Al-Qur’an Petunjuk Kehidupan

Oleh : Aini Ummu Aflah
LenSaMediaNews.Com, Opini–Nuzulul Qur’an merupakan momentum agung dimana Al-Qur’an diturunkan saat bulan puasa. Berbagai aktifitas dilakukan seperti khataman, lomba hafalan, santunan anak yatim, kajian islam dan lain-lain. Kemenag Sulsel Makasar menggelar acara bertajuk Nuzulul Al-Qur’an di Aula kantor wilayah Kemenag Sulsel. Acara tersebut diikuti oleh KUA, MT, Pesantren, Madrasah, masyarakat umum dan lainnya (metronews.com, 16-3-2025).
Tidak berbeda dengan Sulsel, Wakil Bupati Bogor juga memperingati Nuzulul Qur’an yang bertempat di Masjid Agung Nurul Faizin Cibinong. Beliau melaksanakan peringatan Nuzulul Qur’an sesuai arahan dari Bupati Bogor agar pejabat pemerintah meningkatkan iman dan takwa serta pelayanan pada masyarakat (kabarindoraya.com, 16-3-2025)
Semua lapisan masyarakat maupun pejabat memperingati Nuzulul Qur’an karena Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam sebagai pedoman hidup.
Namun peringatan yang dilakukan tiap tahun saat bulan puasa hanya sekedar simbolis. Kenyataan yang ada, bahwa umat Islam maupun pejabat pemerintah di negeri ini telah mencampakkan Al-Qur’an. Al-Qur’an hanya sekedar bacaan, hafalan, pajangan di lemari. Pedoman yang dipakai oleh umat Islam hari ini adalah pedoman selain Islam. Perintah yang ada dalam Al-Qur’an tidak semuanya diambil. Bahkan hampir seluruh kehidupan kaum muslimin diatur oleh sistem kufur.
Inilah yang mengakibatkan umat Islam semakin jauh dari Al-Qur’an. Islam hanya dipakai sekedar ritual semata. Islam hanya diletakkan pada KTP, KK, SIM dan lain-lain. Sistem hidup yang diberlakukan pada umat Islam adalah siatem sekulerisme yang berasal dari sistem Kapitalisme.
Nuzulul Qur’an hanya sekedar diperingati namun tidak menyentuh esensi umat yang taat dan patuh terhadap apa yang diperintah dan dilarang oleh Al-Qur’an.
Padahal dalam Allah swt. telah menjelaskan. yang artinya : “Dan ingatlah akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri” (TQS An-Nahl :89).
Apapun perkara dalam kehidupan yang berkaitan dengan hukum perbuatan manusia maka harus dikembalikan pada Al-Qur’an. Islam memuat dua hal yakni akidah dan syariah. Masalah keimanan pada Allah, para malaikat, kitab-kitab para rasul, hari kiamat dan qadha qadar maka harus dikembalikan pada Al-Qur’an.
Sedangkan syariah adalah hukum perbuatan manusia yang mencakup hubungan pada pencipta, hubungan dengan dirinya, dan hubungan sesama manusia juga harus dikembalikan pada Al-Qur’an.
Contoh hubungan dengan penciptanya seperti perintah salat, puasa, dan haji. Contoh hubungan dengan diri sendiri adalah perintah menutup aurat, memakan makanan yang halal dan toyyib . Sedangkan hubungan dengan sesama manusia meliputi sistem pendidikan, sistem pemerintahan, sanksi, jual beli, politik dan lain-lain.
Perintah salat adalah wajib, sama wajibnya dengan perintah meninggalkan riba. Puasa itu wajib hukumnya, maka memotong tangan bagi pencuri itu juga wajib. Begitupun dengan menegakkan Khilafah dan jihad itu wajib.
Bagi seorang muslim maka tidak boleh mengambil satu perintah dan meninggalkan perintah lain sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-nisa : 150 dan surat Al Maidah : 47.
Jadi Al-Qur’an seharusnya tidak hanya diperingati pada bulan puasa, namun diambil secara keseluruhan kapan saja dan dimana saja. Itulah makna Islam kafah. Sebagaimana Allah berfirman yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara menyeluruh dan janganlah ikuti langkah-langkah setan! Sesungguhnya ia musuh yang nyata bagimu“. (TQS Al-Baqarah: 208).
Maha benar Allah dengan segala firmanNya. Agar Al-Qur’an menjadi petunjuk bagi kehidupan maka sudah saatnya kita kembali pada pengaturan Allah dan mencampakkan sistem Kapitalisme. Wallahu A’lam bishshowab. [LM/ry].