Gaza Kembali Membara, Tidak Bisa Berharap pada Genjatan Senjata
Oleh Dini Nurrahmah
Lensamedianews.com__ Di tengah bulan suci Ramadan, neraka kembali menghampiri Gaza setelah Israel memutuskan melancarkan serangan besar-besaran lagi. Pada Selasa (18-3-2025), Israel resmi mengakhiri gencatan senjata tahap pertama.
Pemandangan familiar kembali terlihat di Gaza. Gedung-gedung hancur dan warga Gaza kembali menjadi korbannya.
Lebih dari 400 orang tewas dalam waktu kurang dari sehari. (Wartakotalive.com)
Militer Zionis Israel kembali melancarkan serangan udara setelah gagalnya perundingan dengan Hamas terkait pembebasan sandera yang tersisa dan penerapan genjatan senjata tahap berikutnya. Dalam sebuah pernyataan, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan mereka melakukan serangan besar-besaran terhadap target Hamas di Jalur Gaza.
Kantor Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan: “Serangan ini merupakan respons terhadap penolakan Hamas yang berulang kali untuk membebaskan sandera kami, serta penolakannya terhadap semua proposal yang telah diterimanya dari Utusan Presiden Amerika Serikat Steve Witkoff dan dari para mediator.”
“Israel akan, mulai sekarang, bertindak melawan Hamas dengan meningkatkan kekuatan militer,” kata kantor Netanyahu. (international.sindonews.com)
Setelah sebelumnya dilakukan pembatasan Masjid Al-Aqsa oleh tentara Zionis sehingga membuat Kaum Muslim tidak bisa leluasa beribadah, sekarang justru harus kembali berhadapan dengan suasana mencekam pengeboman. Sebagian harus kembali mengungsi, padahal baru beberapa hari bisa kembali dan beraktivitas dengan kondisi yang masih sulit dalam memenuhi berbagai kebutuhan.
Karena pada kenyataannya, genjatan senjata yang ditengahi oleh AS dan negara-negara Arab itu tidaklah sesuai. Pasokan bantuan baik pangan, medis dan lain sebagainya, tetap diblokade oleh Zionis sehingga tidak bisa masuk ke wilayah Palestina. Aliran listrik pun tetap diputus. Palestina masih dijajah.
Ini menunjukkan, genjatan senjata tidak bisa menjadi solusi terhadap sebuah penjajahan. Genjatan senjata yang ditawarkan hanya bagian dari sebuah narasi sesat tentang perdamaian oleh Barat sehingga kaum muslimin masih berharap pada sistem yang sudah nyata kerusakannya ini.
Oleh karena itu, kaum muslimin haruslah mendudukkan persoalan Palestina sesuai dengan apa yang disyariatkan dalam aturan Islam. Palestina sedang dijajah. Zionis Israel -sebagai penjajah- adalah entitas yang secara nyata memerangi Islam dan Kaum Muslimin (Muhariban fi’lan). Maka wajib untuk dihadapi dengan bahasa perang, seruan jihad, bukan perundingan atau perjanjian damai sebagaimana genjatan senjata.
Di satu sisi, terus doakan saudara muslim di Palestina yang tetap tegar berjuang berhadapan langsung dengan para penjajah. Di sisi lain, penting untuk berjuang bersama, membangun kesadaran umat akan pentingnya umat Islam bersatu dalam satu kepemimpinan yakni Khilafah. Karena hanya dibawah komando seorang Khalifah, seruan jihad ini akan efektif dan solutif bagi masalah Palestina. Untuk itu, dibutuhkan dakwah ideologis untuk mewujudkannya.