Remaja: dari Mental Lemas Menuju Generasi Emas?

20250321_171624

Oleh: Mahpujah

 

LenSaMediaNews.Com, Opini–Gangguan kesehatan mental dikalangan remaja hari ini masih terus terjadi.  Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) melaporkan bahwa 34,9% atau sekitar 15,5 juta remaja mengalami gangguan kesehatan mental dalam setahun terakhir (Goodstats.id, 30-10-2024).

 

Padahal kebanyakan hari ini remaja hanya berfokus untuk sekolah dan bermain. Darimana stress datang? Ternyata, banyak faktor yang menyebabkan remaja mudah stress, bisa karena tuntutan akademik yang terlalu tinggi, menggunakan gadget secara berlebihan, dan kehidupan media sosial yang berorentasi pada persaingan gaya hidup.

 

Jika kondisi ini terus terjadi, Generasi Emas 2045 sepertinya akan sulit dicapai. Sementara, estafet kepemimpinan umat akan terus berlanjut. Generasi emas dan tangguh harus dimiliki Indonesia. Bahkan bukan hanya Indonesia saja, tapi juga dalam cakupan global yaitu sebuah dunia.

 

Dunia yang akan terus terjaga dan kesinambungannya harus tetap terpelihara. Dan menjadi tugas manusia untuk menjaga bumi. Generasi penerus, beberapa tahun akan datang digantikan dengan anak remaja hari ini. Maka menyiapkan generasi emas wajib diusahakan oleh sebuah negara. Karena sistem yang berlaku ditengah masyarakat sangat bergantung pada kebijakan negara.

 

Generasi Emas tidak serta-merta tercipta dengan sendirinya. Harus paham dan mengetahui misi kehidupan untuk apa mereka hidup. Bukan habis waktu hanya berkutat dengan urusan pribadi semata.

 

Adanya sistem Kapitalisme-Sekular menjadikan  gangguan kesehatan mental remaja melonjak. Sistem ini menjadikan remaja kehilangan jati diri, terkungkung dalam tekanan hidup, dan tidak memiliki solusi untuk menghadapi masalah mereka sendiri.

 

Menjadikan remaja jauh dari pemahaman akan jati diri dan makna hidup. Mereka malah membebek sistem liberal barat yang menjunjung tinggi kebebasan, tanpa melihat nilai-nilai moral, bahkan nilai spiritual diindahkan. Tak punya sandaran yang benar (Tuhan Yang Esa). Mereka menganggap seolah tak ada tempat bersandar. Maka pentingnya ada keimanan yang kuat ada pada diri setiap remaja, pedoman hidup yang pasti dan solusi atas permasalahan kehidupan.

 

Banyak remaja yang hidup dalam lingkungan keluarga rapuh. Ayah-Ibu tak harmonis. Bahkan banyak hari ini laki-laki yang bertanggung jawab dan sosok Ibu yang mengayomi anakpun telah hilang. Sehingga anak bingung mau bercerita kepada siapa ketika mendapati banyak masalah.

 

Akhirnya dia tanggung semua kepahitan hidup sendiri. Semakin menumpuk dan akhirnya stress sendiri. Sementara itu, masyarakat yang semakin individualistis akibat sistem sekular yang diterapkan negara justru memfasilitasi kerusakan moral generasi muda.

 

Contoh marak tayangan yang isinya  malah menjerumuskan. Mudah mengakses video terlarang, media sosial hanya ajang untuk pamer harta atau gaya semata. Gaya hidup bebas dan kebarat-baratan seolah menjadi tontotan biasa, seperti pacaran, perzinahan, dan pergaulan bebas. Tanpa ada monitor negara sedikit pun.

 

Sudah lengkaplah serangan kerusakan, dari dalam mental lemah, dari keluarga tidak harmonis, masyarakat yang individualis, dan negara yang abai akan perannya mencetak dan melindungi generasi umat.

 

Islam memberikan sistem pendidikan terbaik. Dalam Islam tidak hanya menekankan akademik, tetapi juga membentuk karakter remaja dengan akidah Islam yang kuat. Ditanamkan pemahaman bahwa tujuan hidup itu harus jelas, sesuai tujuan manusia diciptakan itu untuk beribadah (TQS. Adz-Dzariyat: 56).

 

Negara Islam juga bertanggung jawab memastikan pendidikan berbasis Islam untuk membentuk kesehatan mental dan moral generasi. Sekolah-sekolah yang ada baik negeri ataupun swasta wajib berbasis Islam. Negara akan menetapkan kebijakan untuk menjauhkan remaja dari pemikiran yang bertentangan dengan Islam dan membimbing mereka menghadapi tantangan hidup sesuai syariat.

 

Membentuk keluarga tangguh dan berideologi Islam adalah kewajiban Negara Islam. Agar menjadi wasilah menjaga generasi umat. Menyediakan lapangan pekerjaan yang layak untuk Ayah sebagai kepala keluarga. Ayah dan Ibu selalu diedukasi agar menjalankan kewajibannya dengan benar baik sebagai qowwam untuk laki-laki dan sebagai madrasatul ula’ yaitu guru bagi anak-anaknya untuk tugas Ibu.

 

Negara Islam akan menjadi pengawas dan pengontrol media juga budaya yang masuk agar tidak merusak generasi. Mem-filter tontonan dan tayangan di media sosial agar hanya konten yang beredukasi dan bermanfaat saja. Dan menindak dengan tegas oknum yang menjerumuskan dan memberikan hukuman yang memberikan efek jera.

 

Negara Islam juga menciptakan budaya amar ma’ruf nahi mungkar, yaitu saling menasehati dalam kebaikan. Sehingga masyarakat saling peduli dengan sesama. Karena sejatinya umat Islam itu adalah umat yang satu.  Wallahualam bissawab. [LM/ry].

 

Please follow and like us:

Tentang Penulis