Indonesia Gelap dan #Kaburajadulu, Potret Buram Negara

20250321_200742

Oleh: Maya

 

LenSaMediaNews.Com, Opini–Potret buram Indonesia gelap adalah suatu bentuk kekecewaan mendalam rakyat terhadap carut marut keadaan negeri, yang sudah di ujung tanduk.   Ibarat  gunung yang siap meletus kapan saja. Hingga BEM di sejumlah universitas mengadakan aksi demonstrasi dengan tema Indonesia Gelap pada 17-02-25.

 

Mereka meminta akuntabilitas atas berbagai kebijakan dari pemerintahan yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat, dengan permintaan untuk mencabut Perpres terkait efisiensi anggaran, menolak perubahan UU Minerba, menolak perubahan Peraturan Tata Tertib DPR, serta mengevaluasi program MBG (Tempo.com, 17-02-2025).

 

Apakah kita rela dengan kondisi seperti ini? Negeri yang dulu dengan kekayaan SDAnya membuat iri Negera lain,  dengan semboyan gemah ripah loh jinawi, namun sekarang hasil SDA pun entah kemana rakyat tidak bisa menikmatinya, korupsi merajalela, kriminalitas tinggi, sarana pendidikan dan kesehatan sulit di akses, pemimpin dan para pejabat lalai mengayomi umat dan berdalih semua kebijakan yang dibikin untuk rakyat nyatanya hanya untuk kepentingan pribadi dan memperkaya diri.

 

Dimana rakyat hanya dijadikan kambing hitam atas semua kekisruhan yang terjadi saat ini. Beginilah jadinya apabila kita hidup di sistem Sekulerisme yang jauh dari agama, dimana kehidupan umat jauh dari sejahtera, sistem keadilan hanya sebuah lambang belaka karena hukum bisa diperjual belikan.

 

Dalam situasi ini sampai muncul hastag #kabur aja dulu# hal itu menunjukan rakyat Indonesia memang  tidak baik-baik saja. Fenomena ini menggambarkan bagaimana generasi muda bersikap kritis dan memberikan sindiran terhadap keadaan sosial politik yang terjadi di negara kita.

 

Keadaan negeri dirasa tidak memberikan banyak keuntungan, dan pemerintah dipandang “tidak cukup hadir” dalam mencari solusi untuk berbagai tantangan yang dihadapi oleh masyarakat. Tagar ini juga menggambarkan keprihatinan masyarakat, terutama generasi muda, mengenai keadaan di dalam negeri, yang mencakup sistem pendidikan yang tidak memadai, akses kesehatan yang sulit dijangkau, biaya kebutuhan pokok yang terus meningkat, kurangnya kesempatan kerja, adanya kekurangan dalam aspek keamanan dan perlindungan, jaminan kualitas hidup yang tidak dirasakan, serta kurangnya penghargaan terhadap kecerdasan dan karya-karya anak bangsa.

 

Banyak generasi muda mengalami tantangan serupa, berusaha keras namun tidak melihat imbalan yang setara. Dari penghasilan yang minim jika dibandingkan dengan pengeluaran hidup hingga aturan yang seolah tidak menguntungkan.

 

Namun ada seorang oknum menteri yang menanggapi tagar kabur aja dulu dengan kurangnya rasa nasionalisme. Padahal, rasa cinta terhadap negara dapat diekspresikan dengan banyak cara, tidak hanya dengan tinggal di dalam negeri.

 

Banyak orang Indonesia yang tinggal di luar negeri tetapi tetap memperhatikan kemajuan negara, berkontribusi dengan berbagai cara, bahkan mempertahankan reputasi Indonesia di arena internasional. Contohnya, para ilmuwan dan atlet yang mengharumkan nama Indonesia di tingkat global, mereka jelas sekali memperlihatkan semangat nasionalisme meskipun berada jauh dari tanah air.

 

Bukan hanya sekadar keinginan untuk pergi dari Indonesia, tetapi juga merupakan wujud perhatian generasi muda terhadap keadaan negara. Jika semakin banyak individu memutuskan untuk meninggalkan negara, seharusnya menjadi refleksi bagi pemerintah.

 

Apa alasan banyak warga merasa tidak bisa maju di tanah air mereka? Daripada menyalahkan rakyat yang berupaya mencari kehidupan yang lebih baik, pemerintah semestinya berfokus pada peningkatan situasi ekonomi, menciptakan lebih banyak kesempatan kerja yang berkualitas, serta menjamin kesejahteraan bagi rakyatnya.

 

Apabila masyarakat merasakan penghargaan, menjalani hidup yang pantas, dan merasa aman di negara mereka, tidak akan ada yang merasa perlu untuk melarikan diri.

 

Kembali kepada Islam untuk menyelesaikan semua masalah problematika hidup saat ini. Islam tidak pernah melarang individu untuk berpindah lokasi demi menemukan kehidupan yang lebih baik.

 

Walaupun  Islam memperbolehkan seseorang untuk mencari nafkah di negara lain, terdapat juga kewajiban yang tetap perlu diingat. Jika individu pergi merantau dan sukses, ia mempunyai kewajiban untuk berkontribusi dalam pembangunan negaranya sendiri. Banyak sahabat Nabi yang telah hijrah, kembali ke negara asal mereka untuk menyebarkan ajaran Islam dan mengembangkan peradaban.

 

Seperti Imam Syafi’i berpindah ke berbagai wilayah dari Makkah – Madinah – Baghdad dan Mesir untuk mencari pengetahuan dan menyebarluaskan ajarannya. Bumi ini sangat besar, dan peluang mencari penghidupan ada di mana pun. Hal yang paling penting adalah tetap menjalani kehidupan sesuai syariat, menjaga iman dan takwa, dan selalu mengenang asal usul serta tanggung jawab kita terhadap negeri ini. Wallahu a’lam bishawab. [LM/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis