Imajinasi Gila Trump: Relokasi Tanpa Nurani

Oleh : Wahyuni M
(Aliansi Penulis Rindu Islam)
Lensa Media News – Donald Trump kembali memunculkan gagasan kontroversial dengan mengusulkan relokasi warga Palestina atas nama pembangunan (bbc.com, 06-02-2025). Trump menganggap pemindahan mereka ke wilayah lain dapat menjadi solusi bagi konflik yang berkepanjangan di Timur Tengah. Namun, banyak pihak menilai ide ini sebagai bentuk pengusiran terselubung yang tidak menghormati hak-hak rakyat Palestina. Alih-alih menawarkan solusi yang adil, gagasan tersebut dianggap sebagai langkah sepihak yang justru dapat memperburuk situasi.
Kecaman dan kritik datang dari berbagai pihak, termasuk organisasi hak asasi manusia dan komunitas internasional yang menilai bahwa relokasi paksa tidak bisa dianggap sebagai solusi yang sah. Pemindahan warga dari tanah mereka sendiri melanggar hukum internasional dan berpotensi menciptakan krisis kemanusiaan baru. Selain itu, usulan ini mengabaikan fakta bahwa akar masalah konflik bukan hanya soal lokasi fisik, tetapi juga hak-hak politik, ekonomi, dan sosial rakyat Palestina yang terus-menerus ditekan.
Bukan dengan mengusulkan relokasi, banyak pihak berpendapat bahwa solusi yang lebih adil adalah dengan mengakui hak-hak rakyat Palestina atas tanah mereka serta mendorong upaya perdamaian yang berbasis keadilan. Gagasan Trump ini justru menimbulkan ketakutan bahwa kebijakan sepihak seperti ini hanya akan memperpanjang konflik dan penderitaan. Jika solusi yang ditawarkan tidak menghormati hak asasi manusia, maka perdamaian sejati akan semakin sulit dicapai.
Donald Trump begitu terobsesi untuk mengambil alih dan mengusir warga Gaza. Isu ini terus memanas di tengah penyerangan masif di seluruh wilayah Tepi Barat oleh militer dan pemukim zionis hingga korban terus berjatuhan, padahal masih dalam fase gencatan senjata.
Trump menunjukkan pola pikir imperialis yang kejam dan mengerikan. Trump memandang tanah-tanah muslim sebagai komoditas yang dapat dirampas sesuka hati. Pengabaian Trump terhadap Gaza, tanah yang telah mengalami pemboman, blokade, dan genosida tanpa henti di tangan entitas Zionis, yang sepenuhnya didukung oleh Amerika merupakan pengakuan yang mengerikan atas ambisi kolonialnya.
Dengan arogansinya yang khas, Trump memaksakan kehendaknya terhadap Raja Yordania. Hal ini kembali menunjukkan bahwa para pemimpin di kawasan tersebut hanyalah alat bagi kepentingan barat dan enggan menentang karena takut akan konsekuensinya. Sikap Raja Abdullah tidak berani menolak tekanan Trump. Bahkan sebaliknya, ia justru bersikap ragu-ragu dan melempar tanggung jawab kepada Arab Saudi dan Mesir. Hal ini kembali membuktikan bahwa para pemimpin yang disebut-sebut itu tidak memiliki martabat, akal sehat, maupun keberanian.
Dunia pun tetap bungkam dan para pemimpin Arab lebih mengamankan posisinya. Semua ini menunjukkan sistem kapitalisme dengan segala aturan yang dilahirkannya tidak layak memimpin dunia dan diharapkan mewujudkan kehidupan yang aman damai.
Rencana pemindahan penduduk Gaza merupakan ancaman serius yang harus ditolak. Anggapan sebagian muslim bahwa warga Gaza seharusnya meninggalkan tanah mereka karena mengalami penindasan juga merupakan pandangan yang keliru. Justru pemikiran semacam ini dapat membuka jalan bagi perampasan wilayah Palestina yang lebih luas lagi.
Dunia butuh kepemimpinan Islam yang mampu membungkam kepongahan zionis dan negara adidaya pendukungnya. Untuk itu harus ada kelompok Islam ideologis yang akan membongkar persekongkolan penguasa Arab dan menyadarkan umat tentang urgensi kepemimpinan Islam. Umat tidak memerlukan pemimpin boneka yang hanya pandai berpidato tanpa tindakan nyata. Sebaliknya, yang dibutuhkan adalah sebuah kepemimpinan sejati dalam bentuk Khilafah yang dipimpin oleh seorang khalifah. Khalifah inilah yang akan menjadi pemimpin bagi seluruh kaum muslim dan berperan sebagai perisai dalam melindungi mereka. Rasulullah saw. telah bersabda:
إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
Imam (Khalifah) adalah perisai; di belakang dia kaum Muslim berperang dan berlindung (HR al-Bukhari Muslim).
[LM/nr]