Pindah ke Luar Negeri, solusi hidup sejahtera?

Oleh : Ummu Alhani
Pegiat Literasi
LenSa MediaNews.Com, Opini–Hastag #KaburAjaDulu menjadi tren di kalangan pemuda Indonesia. Tagar ini muncul bagian dari bentuk kekhawatiran kaum pemuda untuk bisa hidup sejahtera di negeri ibu pertiwi. Pasalnya di awal tahun 2025 saja sudah banyak informasi yang beredar akan banyaknya PHK dan perusahaan yang gulung tikar.
Menurut Kepala BKF Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu, beliau menyatakan bahwa jumlah PHK di sektor tekstil mencapai 90.000 orang dan dari sektor pakaian atau produk tekstil mencapai 20.000. sehingga totalnya mencapai 110.000 korban PHK (cnbcindonesia.com, 8-01-2025).
Adapun data pabrik yang gulung tikar dan mengalami PHK besar-besaran jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan data yang dimiliki oleh pemerintah. Dengan jumlah PHK yang bombastis ditambah dengan kebutuhan pokok yang meroket, wajar memunculkan ketakutan di kalangan masyarakat sehingga masyarakat berpikir lebih baik pindah keluar negeri baik melalui beasiswa pendidikan, lowongan pekerjaan dan lainnya.
Hal ini dikarenakan masyarakat menilai kehidupan di luar negeri jauh lebih sejahtera dilihat dari besarnya gaji atau pendapatan pekerjanya. Inilah yang mendorong masyarakat Indonesia berpikir untuk pindah ke luar negeri.
Berdasarkan analisis munculnya PHK dan terbatasnya lowongan pekerjaan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya; (1) Lemahnya pertumbuhan ekonomi, (2) Penggunaan teknologi yang lebih dominan, (3) Perubahan kebutuhan pasar, (4) Kebijakan pemerintah yang tidak terduga, (5) Rendahnya kualitas sumber daya manusia.
Namun hal mendasar yang menyebabkan terjadinya PHK dan kemunduran ekonomi di negeri ini disebabkan oleh kegagalan kebijakan politik ekonomi di dalam negeri untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Bagaimana tidak, sistem ekonomi kapitalisme sejatinya hanya memikirkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pihak pengusaha besar , bahkan sumber kekayaan alam yang melimpahpun bisa dibeli dan dikelola oleh individu atau swasta.
Padahal keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan sumber daya alam tersebut cukup besar dan bisa menyejahterakan masyarakat, namun alangkah sayangnya justru SDA yang melimpah tersebut hanya dinikmati oleh segelintir orang saja. Sedangkan rakyat hanya mendapatkan limbah dari pengelolaan SDA tersebut yang tentunya merugikan masyarakat.
Atas dasar penerapan sistem yang salah inilah melahirkan kebijakan yang menyengsarakan rakyat. Jadi, meskipun ada opini yang berkembang untuk ke luar negeri sebagai pelajar atau pekerja tentu tidak akan menyelesaikan permasalahan yang kita hadapi. Pasalnya di luar negeri juga memiliki tantangan yang cukup besar, selain harga kebutuhan pokok yang mahal, terjadinya persaingan yang sangat ketat akibat banyaknya pemanfaatan robot dalam dunia perindustrian dan dalam segala aspek pekerjaan.
Sejatinya akar permasalahan yang terjadi kepada masyarakat di Indonesia bahkan di dunia adalah sama, yaitu diterapkannya sistem yang hanya mementingkan kepentingan segelintir orang saja. Dengan demikian, kemanapun kita berada tetap tidak akan membawa kesejahteraan dalam hidup kita kecuali sistem kapitalisme dan turunannya di pangkas hingga ke akar-akarnya.
Adapun Islam merupakan satu-satunya solusi yang mengharuskan negara untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memastikan terpenuhinya kebutuhan dasar setiap individu warganya. Negara wajib menjalankan berbagai langkah, termasuk menyediakan lapangan kerja bagi setiap pria dewasa, di sektor pertanian, perdagangan, industri, dan jasa, dengan pengelolaan sumber daya alam yang Allah karuniakan kepada umat Islam.
Selain itu, pendekatan pendidikan dalam Sistem Khilafah mampu mempersiapkan sumber daya manusia yang beriman dan siap untuk berkontribusi membangun negara, sementara negara juga bertanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan hidup mereka sebagai warga negara. Dengan demikian, penerapan Khilafah akan menjadi berkah bagi seluruh umat manusia dan menciptakan dunia yang adil serta sejahtera. Wallahualam bissawab. [LM/ry].