Solusi Hakiki Palestina, Bukanlah Gencatan Senjata

Oleh : Yuni Ummu Ilyas
LenSa MediaNews.Com–Sejak tanggal 7 Oktober 2023 terjadinya ” Badai Al-aqsha “. Palestina mengalami genosida atau pembantaian. Bagaimana tidak kaum muslimin di sana mengalami kekejaman yang brutal oleh tentara Zionis. Setelah 16 bulan berlangsung , ada rencana akan adanya gencatan senjata. Namun rencana tersebut kemungkinan batal dilakukan.
Update terbaru gencatan senjata Israel- Hamas di Gaza terancam Batal. Namun akhirnya tanggal 19 Januari 2025 terjadi kesepakatan gencatan senjata antara Israiel-Gaza. Fase pertama gencatan senjata dimulai. Berangsur, tentara zionis ditarik mundur dan pertukaran sandera sepakat dimulai (CNBC Indonesia.com, 17-1-2025)
Kesepakatan gencatan senjata disebut sebagai bagian kemenangan penduduk Gaza, meskipun senjata yang dimiliki penduduk Gaza dan ketersediaan logistik seadanya, namun telah berhasil membuat musuh putus asa dan ketakutan.
Kaum muslimin di Gaza menunjukkan ke dunia, kesabarannya menahan segala penderitaan akibat kekejaman oleh tentara Zionis. Korban syahid lebih dari 47.000 , lebih dari 100.000 terluka dan sekitar 11.000 hilang di duga tertimbun reruntuhan.
Zionis juga meluluhlantahkan kota di Gaza termasuk infrastruktur penting. Kondisi memprihatinkan seperti itu tidak lantas membuat penduduk Gaza menyerah, namun semakin menambah keimanan dan ketangguhan mereka (DetikNews, 21-1-2025).
Mirisnya, kekejaman para Zionis terhadap rakyat Palestina dilihat oleh kaum muslimin miliaran di penjuru dunia dan juga pemimpin-pemimpin kaum muslimin yang diam saja, padahal mereka memilik jutaan tentara. Para Mujahid disana tampak sangat gigih melakukan perlawanan tanpa pantang menyerah sedikit pun.
Pelanggaran yang berulang
Semenjak berdirinya Israil , track record bangsa tersebut ingkar janji sudah biasa. Terbukti baru selang satu hari pengumuman gencatan senjata, Zionis melalui sniper nya melakukan pelanggaran, diberitakan oleh Kantor Palestina WAFA (21-01-2025) terjadi penembakan warga sipil dan seorang anak di Kota Rafah, yang mengakibatkan meninggal dan sekitar 9 orang terluka.
Di hari yang sama, drone Yahudi menjatuhkan bahan peledak di bagian timur Rafah yang mengakibatkan 3 warga Palestina terluka,
Diberitakan juga dari Kantor Berita Anadolu tentara Zionis menangkapi warga Palestina di Tepi Barat, ada sekitar 64 warga Palestina termasuk anak-anak dibawa di Utara kota yang mengakibatkan terjadi bentrokan di wilayah Azzun. Di tempat lain sepanjang perbatasan timur Rafah tank-tank Zionis masuk ke arah wilayah Palestina melebihi batas dalam perjanjian.
Melihat itu, meskipun sudah terjadi gencatan senjata namun Zionis sudah terbiasa melakukan pengingkaran dan penghianatan. Maka wajar, banyak para analisis yang menilai tidak mungkin bisa tercapai gencatan senjata berjalan semestinya.
Allah SWT. menyampaikan di dalam Al Qur’an dan di kitab sejarah bahwa Zionis sudah biasa mengingkari janji serta membuat kemungkaran dimana-mana. Ini karena adanya dukungan dan bantuan dari negara besar seperti Amerika yang rela menjadi penggalang dana yang fantastis untuk melakukan genosida rakyat Palestina.
Negara sekitar menganggap persoalan Palestina adalah persoalan dalam negeri. Ini akibat paham nasionalisme yang saat ini diterapkan, urusan disana biar diselesaikan Negara terkait.
Solusi Hakiki Palestina
Apa yang dilakukan Zionis menunjukkan bahwa solusi Palestina tidak bisa dengan gencatan senjata, karena tidak akan bisa mengubah kekejaman Zionis untuk melakukan pembunuhan yang terus berulang, sifatnya hanyalah sementara karena akar masalah persoalan itu sebenarnya masih ada.
Akar masalah yang terjadi di Palestina adalah perampasan tanah yang dilakukan oleh entitas penjahat Yahudi di Palestina. Kapan pun akan bisa menggunakan kekuatannya karena dukungan AS dan juga sekutunya.
Upaya yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan Palestina adalah dengan cara mengusir Penjajah Yahudi dari Negara Palestina. Ini hanya bisa dilakukan oleh Negara yang akan mengirim tentara untuk membebaskan Palestina.
Sebagaimana yang dulu dilakukan oleh Khalifah Umar bin al-Khathab ra.yang saat itu di bawah kekuasaan kekaisaran Romawi. Setelah kekalahan Kekaisaran Romawi di Perang Yarmuk, Baitul maqdis pun kembali dikuasai kaum muslimin.
Begitu juga pembebasan Baitul maqdis yang dilakukan oleh Sultan Shalahuddin Al-ayyubi yang sebelumnya selama 88 tahun dikuasai pasukan Salib. Kondisi ini menunjukkan solusi hakiki Palestina hanya dengan Negara Khilafah. Wallahu ‘alam. [LM/ry].