Gen Z, tapi menghadapi midlife crisis? 

20250128_073147

Oleh : Novita Sari, S.I.Kom

 

LenSa MediaNews.Com, Generasi Z atau yang biasa disingkat dengan Gen Z, di era ini selalu menjadi sorotan. Generasi yang lahir antara tahun 1997 – 2012 ini kerap menjadi perbincangan di tengah masyarakat terkait berbagai fakta kehidupan yang mereka jalani.

 

Sebelumnya sebuah survei di tahun 2022 oleh Harmony Healthcare IT menunjukkan bahwa 42 persen dari Gen Z telah didiagnosa mengalami masalah kesehatan mental (Mediaindonesia.com, 10-10-2024).

 

Fakta terbaru mengenai Gen Z kali ini ialah adanya studi yang mengungkapkan bahwa Gen Z tengah menghadapi krisis paruh baya (midlife crisis) lebih awal dari yang seharusnya. Dalam studi tersebut dikatakan bahwa 38 persen dari Gen Z mengalami krisis paruh baya akibat tekanan finansial yang luar biasa.

 

Belum lagi terkait kesehatan holistik dikalangan Gen Z, itu mengalami penurunan 6 persen dibandingkan dengan kelompok usia yang sama di lima tahun yang lalu. Bahkan, survei yang lain menyebutkan bahwa usia 15 sampai 24 tahun saat ini semakin kurang bahagia dibadingkan generasi yang lebih tua (Okezone.com, 18-01-2025)

 

Kok bisa?

 

Pertanyaan seperti ini pasti akan muncul dibenak semua orang. Bagaimana tidak, Gen Z merupakan generasi muda, seharusnya dengan kondisi fisik yang optimal, semangat yang menggebu, daya tangkap yang maksimal, akan mampu produktif dan menjalani kehidupan yang prestisius. Namun yang terjadi kebalikannya. Berbagai survei, penelitian, studi, justru banyak menggambarkan betapa lemahnya generasi ini. Maka wajar pertanyaan yang muncul, kenapa hal ini bisa terjadi?

 

Perlu kita pahami, bahwa berbagai persoalan pelik yang dihadapi oleh Gen Z hari ini sejatinya merupakan buah dari busuknya penerapan Sistem Kapitalisme yang rusak dan merusakkan. Ini tercermin pada sistem Sosial Liberal dan materialistik yang menjunjung tinggi kebebasan, sistem ekonomi kapitalistik yang bersandar pada asas manfaat dan profit oriented, sistem pendidikan yang mahal dan terkesan dipersulit.

 

Semua ini begitu menyesakkan bagi para Gen Z sehingga mereka mudah overthinking, yang itu mempengaruhi kesehatan fisik dan mental mereka sekaligus. Belum lagi mereka kian dijauhkan dengan suasana keagaaman yang dianggap candu dan tidak akan membangkitkan.

 

Mungkin sebagian orang akan menganggap bahwa mereka lemah karena tidak mampu berjuang melawan kerasnya hidup di zaman sekarang dan kemudian dibandingkan dengan generasi sebelum mereka yang mampu bertahan melewati kondisi kehidupan yang penuh perjuangan. Sebenarnya hal ini tidak 100 persen benar, sebab ada peran sistem yang melemahkan mereka, sehingga mereka sulit untuk survive dalam menjalankan kehidupan.

 

Mereka dilenakan untuk mengejar duniawi, sehingga lupa bahwa mereka merupakan hamba dari Rabb yang mengatur segalanya. Pemahaman mereka juga dijauhkan dari hakikat kehidupan ini. Sehingga mereka bingung, dari mana mereka berasal, untuk apa mereka hidup, dan akan kemana mereka setelah kehidupan ini berakhir. Dijauhkannya generasi dari agama dan diterapkannya sistem rusak, inilah yang menjadi akar masalah merosotnya kualitas mereka.

 

Bagaimana Islam membangkitkan Generasi?

 

Hal pertama yang harus dilakukan terhadap generasi ini ialah menyadarkan mereka akan hakikat kehidupan yang tengah mereka jalani. Gen Z harus disadarkan akan realita hari ini dan akar masalahnya, dan dibangun kembali pemahaman bahwa hidup mereka harus dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan.

 

Mereka harus memahami akidah Islam dengan benar, memahami bahwa tujuan penciptaan semata hanyalah untuk beribadah kepada Allah Taala. Seluruh amal perbuatan mereka bersandar pada perintah dan larangan Allah. Maka mereka akan berlomba menjadi sebaik-baik manusia, yakni yang paling bermanfaat untuk sesamanya.

 

Dengan ini, kemampuan Gen Z dalam hal teknologi akan mereka persembahkan untuk kepentingan umat. Ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW., “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR Ahmad, Ath-Thabrani, Ad-Daruquthni).

 

Gen Z juga harus menyadari bahwa penerapan Islam secara kafah membutuhkan institusi negara yang menjalankan hukum Islam. Ada banyak syariat yang hanya bisa dilaksanakan dengan adanya pemimpin yang menjalankan hukum Islam. Dengan kembali pada syariat Islam secara kafah, Gen Z akan sehat mental serta terhindar dari krisis paruh baya. Potensi besar mereka dapat menjadi bekal untuk membangun peradaban mulia.

 

Gen Z pastinya membutuhkan lingkungan yang menyehatkan fisik dan psikisnya untuk bisa tumbuh. Lingkungan tersebut akan bisa terwujud dalam sistem kehidupan Islam di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiah.

 

Dengan kehidupan Islam, gen Z akan mampu mengembangkan potensinya untuk membangun peradaban. Gen Z harus terlibat dalam memperjuangkan tegaknya kalimat Allah, agar kehidupannya berlimpah berkah. Allah Taala berfirman yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (TQS Muhammad 47: 7). Wallahu a’lam bishshawab. [LM/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis