Cinta Ditolak, Emosi Memuncak

20250128_095033

Oleh:Yuke Octavianty

Forum Literasi Muslimah Bogor

 

LenSa MediaNews Com, Warga Desa Made, Lamongan dikejutkan dengan penemuan jasad remaja yang sudah membusuk di warung kopi yang telah lama tidak beroperasi.  Jasad ditemukan dalam keadaan mengenaskan dengan bagian tubuh yang terpisah  (kompas.com, 17-1-2025).

 

Berdasarkan hasil visum dan pemeriksaan, korban ternyata dibunuh temannya sendiri. Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa pembunuhan terjadi karena cinta pelaku ditolak oleh korban. Karena emosi, pelaku pun nekat menghabisi nyawa korban dengan membenturkan kepala korban ke tembok warung. Jasad ditinggalkan begitu saja hingga akhirnya ditemukan setelah lima hari kejadian.

 

Dampak Rusaknya Sistem

 

Motif pembunuhan pelajar oleh pelajar ini dipicu oleh penolakan cinta yang mendorong pelaku melakukan kekerasan hingga menghilangkan nyawa korban. Beragam faktor bisa menjadi pemicu kejadian seperti ini. Mulai dari lemahnya kontrol emosi, minimnya pendidikan adab dan moral, dan pengabaian kasus krisis kesehatan mental yang banyak dialami remaja saat ini. Lingkungan sosial yang kurang mendukung peran remaja di lingkungan juga ikut andil memperburuk kondisi ini.

 

Parahnya lagi, kemudahan akses media sosial semakin memperburuk keadaan sosial generasi khususnya pelajar. Media sosial dijadikan tuntunan tanpa batasan. Media sosial pun diposisikan sebagai guru generasi yang minim literasi. Segala hal yang disampaikan media sosial, dengan mudahnya ditiru. Alhasil, perilaku generasi saat ini semakin mengkhawatirkan. Generasi kian abai dengan konsep norma dan aturan yang dijunjung dalam menentukan perilaku individu.

 

Di sisi lain, sistem pendidikan yang kini diterapkan lebih berfokus pada kuantitas lulusan. Sementara kualitasnya terus dipertanyakan. Generasi kian tidak mengenali konsep iman, akidah dan penjagaan adab. Wajar saja, saat generasi mudah terbakar emosi dan sulit mengendalikan diri.

 

Inilah buah kehidupan yang diatur dengan sistem sekuler kapitalisme. Sistem rusak ini membuat generasi kian jauh dari aturan agama. Halal haram ditinggalkan. Konsep benar salah pun dilalaikan. Individu hilang arah dalam menentukan tujuan hidup.

 

Sekulerisme membuat jauh dari agama. Sistem kapitalisme yang mengadopsi aturan rusak telah menyelewengkan konsep pemikiran yang benar. Konsep rusak ini menetapkan ukuran kebahagiaan hanya bersumber dari materi dan pemenuhan keinginan jasadiyah tanpa mempedulikan jalan yang ditempuh. Hawa nafsu dijadikan satu-satunya panduan sehingga mengabaikan standar agama yang semestinya dijadikan sandaran.

 

Fakta ini memperlihatkan bahwa generasi saat ini tengah dalam ancaman sistem rusak. Sehingga dibutuhkan seperangkat sistem yang bijaksana untuk memutus mata rantai masalah generasi yang membelit hingga kini.

 

Penjagaan Islam

 

Sistem Islam menjanjikan solusi berbagai persoalan generasi. Islamlah, satu-satunya sistem yang mampu menjaga kekuatan dan kemuliaan generasi melalui strategi dan mekanisme sistemik yang menyeluruh. Islam pun menempatkan generasi, sebagai amanah yang harus dijaga. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. “Imam adalah ra’in (pengurus) dan ia bertanggung jawab atas urusan rakyatnya” (HR. Al Bukhari).

 

Terkait pendidikan generasi, Islam menjadikan pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek akademis. Namun, juga berfokus pada pembentukan akhlak mulia, pengendalian diri dan emosi serta pemahaman yang benar terhadap hubungan antar manusia.

 

Pendidikan dalam Islam menyandarkan setiap ajarannya pada akidah Islam untuk membentuk syakhsiyyah Islam (kepribadian Islam) yang mampu melahirkan sikap tunduk pada setiap aturan Allah SWT.

 

Islam juga mengatur aturan yang jelas terkait pergaulan laki-laki dan perempuan untuk mencegah timbulnya fitnah dan perilaku yang melampaui batas. Batasan hukum syarak terkait pergaulan laki-laki dan perempuan akan menjaga keduanya dari perbuatan fahisyah (keji).

 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.”(TQS. Al-Isra’: 32).

 

Sistem sosial dalam Islam juga diterapkan sempurna untuk menjaga pergaulan generasi agar sesuai dengan tuntunan syarak. Dengan aturan ini, hubungan remaja laki-laki dan perempuan diarahkan dan dijaga agar tetap dalam batas yang wajar sehingga mampu mencegah terjadinya hubungan yang merusak moral atau memicu konflik emosional.

 

Dengan dukungan penerapan syariat Islam di setiap bidang secara menyeluruh, kasus tragis seperti ini dapat dicegah dari akar masalahnya. Demikianlah sistem Islam menjaga kemuliaan dan kekuatan generasi. Sistem bijaksana ini hanya mampu diterapkan dalam institusi khas yang amanah menjaga kepentingan rakyat. Khilafah minhaji Al-Nubuwwah.

 

Dalam tatanan khilafah, pelajar mampu mengoptimalkan potensinya untuk kebaikan dan amal salih, memiliki akhlak mulia sesuai tuntunan syarak. Terlahirlah generasi gemilang dengan pemikiran cemerlang yang menguatkan tatanan peradaban. Wallahu’alam bisshowwab. [ LM/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis