Pujian Tak Selesaikan Genoside Di Palestina

20250129_213304

Oleh: Rut Sri Wahyuningsih

Institut Literasi dan Peradaban

 

LenSa MediaNews.Com–Tentang Gencatan Senjata Israel-Palestina, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengingatkan bahwa Israel dan perdana menterinya saat ini, Benjamin Netanyahu, memiliki sejarah melanggar kesepakatan gencatan senjata, sehingga tak boleh begitu saja membiarkan pelanggaran terjadi kembali dalam kesepakatan kali ini.

 

Erdogan juga memuji perlawanan yang diperlihatkan rakyat Palestina di Jalur Gaza. Genosida yang dilakukan Israel selama 467 hari tak lantas mematahkan tekad perlawanan rakyat Palestina. Erdogan kemudian menegaskan kembali komitmen Turki untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku kejahatan perang di Palestina (republika.co.id,19-1-2025) tersebut.

 

Cukupkah Hanya Memuji dan Menghentikan hubungan Diplomatik?

 

November tahun lalu, Erdogan mengumumkan bahwa Ankara telah memutuskan semua hubungan dengan Israel, “Sebagai bangsa dan pemerintah Republik Turki, kami telah memutuskan untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel, dan saat ini kami tidak memiliki hubungan dengan mereka,” kata Erdogan.

 

Namun, Kementerian Luar Negeri Israel membantah adanya perubahan dalam hubungan diplomatiknya dengan Turki.  Bantahan itu disampaikan hanya beberapa jam setelah pengumuman Erdogan. Kedutaan besar Turki di Israel pun berfungsi seperti biasa, sementara misi diplomatik Yerusalem di Ankara juga tetap buka.

 

Turki dan Israel sejatinya menjalin kekariban bisnis. Menurut Asosiasi Ekspor Turki, TIM, perdagangan bilateral antara Turki dan Israel, “memiliki struktur yang stabil dan independen secara politik (detikNews.com, 9-5-2024).

 

Meski Israel membantah, usai pengumuman Erdogan, Kementerian Perdagangan akhirnya mengumumkan penghentian kerja sama ekspor dan impor dengan Israel. Dan Turki berencana “membatasi” ekspor sebanyak 54 jenis komoditas ke Israel disebut baru berupa ancaman. Oguz Oyan, ekonom dan tokoh oposisi Turki, menilai, penghentian dagang dengan Israel jelas akan berdampak pada ekonomi Turki yang sedang dilanda krisis, sebab akan menyulitkan Ankara menemukan investor asing.

 

“Negara Barat, terutama Amerika Serikat dan Eropa, memandang negatif negara yang menjatuhkan sanksi terhadap Israel,” kata Oguz “Penghentian dagang tidak hanya memperburuk hubungan dengan Israel, tetapi juga dengan pasar keuangan, dan artinya juga aliran dana investasi ke Turki.”Salah satu sektor ekonomi yang akan paling terdampak di Turki adalah pariwisata. Bagi turis Israel, negeri dua benua itu selama ini merupakan negara tujuan wisata paling populer.

 

Pada tahun 2022, misalnya, sebanyak 850.000 warga Israel berpelesir ke Turki. Tahun 2023 jumlahnya berkurang sembilan persen. Di Israel, Menteri Luar Negeri Israel Katz merespons keras keputusan Turki untuk sepenuhnya menghentikan hubungan dagang. Dan menganggap tindakan Erdogan melanggar perjanjian internasional sekaligus menyematkan sifat diktator untuk Erdogan

 

Melihat kembali agresi Israel ke Jalur Gaza yang dimulai pada Oktober 2023 telah menyebabkan lebih dari 45 ribu warga Palestina di sana wafat. Dan hingga saat ini krisis kemanusiaan masih berlangsung di Gaza karena sebagian besar infrastruktur-infrastruktur vital, seperti rumah, sekolah, dan fasilitas kesehatan, telah hancur terhantam serangan Israel. Rasanya tindakan Erdogan tak sepadan. Ia terlihat berdiri di dua kaki, politiknya sangat licik mengecam Genoside , di sisi lain bergandeng mesra dengan negara pembunuh kaum muslim.

 

Israel yang didukung Amerika jelas akan semakin menekan Palestina, sungguh memalukan jika tindakan Erdogan hanya berhenti pada pujian kepada mujahid Palestina dan memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel. Sebagai negara yang pernah menjadi jantungnya kekhilafahan Turki Utsmani tentulah masih mengalir darah para pemimpin yang adil dan bertakwa warisan pimpinan tertinggi bagi seluruh kaum muslim di dunia.

 

Pemimpin Muslim Saatnya Serukan Persatuan Umat

 

Gen pejuang Khilafah jelas masih ada pada muslim Turki, meski Attarturk laknatullah telah mengganti sistem pemerintahan Islam dengan demokrasi namun sejarah tak bisa dihapus, Turki sempat menjadi junnah (perisai ) bagi kaum muslim di dunia. Maka hari ini tidak ada upaya yang lebih besar selain menyerukan persatuan kaum muslim di dunia. Dimulai dari Erdogan misalnya.

 

Gencatan senjata atau pun solusi dua negara hanyalah sementara. Hanya sedikit memberikan waktu untuk bernafas, sementara, serangan lebih dahsyat lagi sedang disusun oleh penjajah. Belum saatnya kita menghentikan seruan bela Palestina, tetap memboikot produk yang berafiliasi dengan Israel, terus mengopinikan persatuan umat asal bukan melupakan.

 

Tentara muslim yang tangguh dan canggih dalam persenjataan dimiliki hampir semua negeri muslim, berikut kekayaan alamnya. Terlebih lagi jika dilontarkan bahwa ikatan akidah jauh di atas segalanya, insyaallah kita akan mampu meraih kemenangan. Apa yang sudah dilakukan hingga hari ini, tak boleh surut hingga Palestina sebagai tanah Kharajiyah kembali kepada kaum muslim.

 

Sembari menguatkan barisan mencerdaskan umat agar muncul kesadaran betapa negeri ini butuh segera pengaturan yang baru dan sahih. Butuh pemimpin yang tak hanya pandai tapi juga bertakwa. Wallahualam bissawab. [LM/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis