Efektifkah Program MBG Cegah Stunting?
Oleh: Ummu alkhalifi
Komunitas Setajam Pena
LenSa MediaNews.Com, Telah berjalan selama dua pekan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan pemerintahan baru Presiden Prabowo Subianto. Meski menuai pro dan kontra ditengah masyarakat baik secara nyata maupun maya, program Makan Bergizi Gratis (MBG) telah direalisasikan di beberapa daerah.
Namun pembagian Makanan Bergizi Gratis ini belum tersalurkan 100 persen kepada seluruh anak Indonesia, sehingga membuat pemberitaan di berbagai media menjadi kurang positif. Hal ini membuat Presiden Prabowo Subianto mengalami kebingungan dan kegelisahan. Pasalnya anggaran yang dibutuhkan sangatlah besar yakni Rp 100 triliun rupiah, untuk menuntaskan pemberian makan gratis ke 82,9 juta penerima manfaat. Padahal anggaran untuk program ini yang berasal dari APBN mencapai Rp 71 triliun, hanya cukup untuk memberikan 15-17,5 juta penerima manfaat (CNBCindonesia,17-1-2025).
Jika dicermati lebih dalam, kebijakan MBG ini masih menyimpan berbagai permasalahan. Mulai dari pendanaan, makanan yang tidak sesuai, baik kualitas maupun keamanannya, hingga pendistribusian. Ini menunjukan bagaimana negara menangani dan mengambil kebijakan atas problematika masyarakat. Bisa dipastikan bahwa program MBG ini sama sekali tidak menyentuh akar permasalahan yang ada saat ini, yakni kasus stunting pada anak.
Jika demikian, hal ini menunjukan bahwa negara bingung dalam menjalankan programnya. Karena tidak ada keselarasan antara program dan pendanaan. Meskipun pendanaan tersebut berasal dari APBN, namun faktanya dana tersebut tidak dapat menutupi kekurangannya. Sehingga apakah nantinya pajak yang dibebankan kepada rakyat akan dinaikan kembali? Alih-alih menyelesaikan stunting, rakyat kelaparan karena kemiskinan saja belum terentaskan.
Beginilah jika negara menggunakan pajak sebagai sumber utama pendapatan. Bukannya mengelola sumber daya alam yang melimpah, pemerintah lebih memilih menyerahkannya kepada swasta. Sehingga rakyatlah yang semakin sengsara. Inilah buah dari sistem kapitalisme. Segala sesuatu diukur dari manfaat dan keuntungan belaka.
Dalam Sistem Kapitalisme, proyek tambal sulam adalah sasaran empuk untuk menyolusikan permasalahan rakyat. Jika program MBG dimaksudkan untuk meminimalisir malnutrisi generasi, tapi yang ada hanyalah para penguasa mencari celah keuntungan. Negara tidak betul-betul optimal dalam mengurusi rakyatnya. Dan tidak memberikan solusi yang benar sampai ke akarnya. Karena sejatinya Program MBG ini hanyalah proyek pencitraan semata, bukan sepenuhnya untuk kepentingan rakyat, namun justru membebani rakyat.
Jika negara menggunakan sistem Islam maka akan lain ceritanya. Segala kebutuhan pokok rakyat akan disediakan dengan harga yang murah dan tidak membebani. Sehingga orang tua tidak akan repot dalam menyiapkan kebutuhan gizi anaknya. Negara juga akan menggunakan mekanisme yang sesuai dengan syariat Islam. Kasus tentang generasi kurus, malnutrisi hingga stunting tidak akan terjadi.
Negara juga akan mengelola sendiri sumber daya alamnya yang melimpah ruah. Sehingga keuntungannya dapat kembali ke tangan rakyat. Mengerahkan para ahli di bidangnya untuk menyukseskan program-program yang akan dilaksanakan untuk kepentingan rakyat. Ketersediaan lapangan kerja juga akan dijamin oleh negara. Sehingga tidak mustahil jika nantinya kedaulatan pangan yang akan membawa kemaslahatan dan kesejahteraan akan tercapai. Wallahua’lam bishowab. [LM/ry].