Pelajar Bunuh Pelajar, Generasi Kriminal ?
Oleh: Rizky Damayanti, ST
Praktisi Pendidikan
LenSa MediaNews.Com, Warga Lamongan digegerkan dengan penemuan mayat wanita di warung kopi, tepatnya di Perumahan Made Great Residence, Lamongan, Jawa Timur. Diketahui bahwa korban adalah FPR (16), seorang pelajar SMK yang dibunuh oleh teman dekatnya sendiri.
Berdasarkan hasil identifikasi dan autopsi oleh tim Labfor, identitas korban serta penyebab kematian terungkap. Setelah mengumpulkan alat bukti, polisi berhasil menangkap pelaku di kediamannya. Menurut pengakuan pelaku, motif pembunuhan adalah sakit hati karena korban menolak cintanya yang memicu amarah pelaku hingga akhirnya melakukan tindakan keji tersebut (Beritasatu.com, 17-1-2025).
Polres Lamongan mengungkap bahwa pelaku mengaku membunuh korban dengan cara menjerat leher korban menggunakan kerudung milik korban. Selain itu, pelaku juga memukul korban berulang kali di bagian perut dan mata kanan, lalu membenturkan kepala korban ke tembok hingga mengakibatkan pendarahan. Setelah pelaku memastikan korban telah meninggal, ia meninggalkan korban di TKP sekitar warkop (Kompas.com, 17-1-2025).
Dari terungkapnya kasus pembunuhan pelajar ini menambah panjang catatan kriminalitas di kalangan pelajar. Kasus pembunuhan yang serupa bukan kali pertama terjadi. Kejadian ini sudah sangat sering terjadi dengan motif yang berbeda-beda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kasus pembunuhan pelajar bukan hanya kesalahan individu semata.
Pertama dari aspek pendidikan yang memiliki output besar pembentukan kepribadian pelajar. Hari ini yang lahir adalah generasi yang lemah dalam mengontrol emosi. Diakibat dari minimnya pendidikan moral dan kepribadian yang bertakwa dalam diri generasi. Hasilnya generasi jadi tidak mengenali jati dirinya yang berujung pada ketidakpahaman dalam menyelesaikan persoalan hidupnya. Generasi juga rentan dengan penyakit mental yang merugikan dirinya dan orang lain.
Kedua lingkungan sosial yang kurang mendukung juga berkontribusi memperburuk kondisi generasi. Terbentuk masyarakat yang tidak memiliki standar baku perihal benar salah, baik buruk, serta aklak terpuji maupun tercela menjadikan generasi bingung dan mengikuti hawa nafsu semata. Standar hidup dalam masyarakat hanya mengandalkan akal yang lemah. Pembunuhan dianggap sadis namun aktivitas pacaran, ikhtilat dan khalwat dianggap hal lumrah.
Faktor ketiga media yang hari ini menjadi ‘guru’ generasi yang rendah literasi. Tak jarang kita melihat konten-konten yang melegalkan kekerasan dalam menyelesaikan persoalan. Konten itu pula yang dijadikan panutan oleh generasi. Sehingga besarnya potensi yang dimiliki generasi diluapkan dengan emosi yang keliru.
Berbagai kondisi yang melingkupi ini adalah buah dari kehidupan yang diatur dengan Sistem Sekuler Kapitalisme. Sekulerisme adalah paham yang memisahkan agama dalam kehidupan. Sehingga pemikiran yang terpatri dikalangan generasi ialah saat beraktivitas meniadakan aturan Allah, dan agama hanya perkara ibadah ritual yang bersifat privat.
Di sisi lain, Kapitalisme membuat ukuran kebahagiaan hanya dari materi atau terpenuhinya keinginan seseorang. Sehingga akhirnya tujuan dapat menghalalkan cara, demikian pula emosi dilampiaskan dengan sesuai dengan hawa nafsu.
Berbagai persoalan generasi jelas membutuhkan sistem yang mampu memberikan solusi komprehensif untuk penyelesaiannya. Sistem ini adalah sistem Islam. Sistem yang diterapkan dalam naungan intitusi Daulah Khilafah.
Dalam sistem Islam negara bertanggung jawab penuh menyelesaikan persoalan umat termasuk membentuk kepribadian Islam pada generasi. Sistem ini menjadikan pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek akademis, tetapi juga pada pembentukan aklak mulia, pengendalian diri, dan pemahaman yang benar terhadap hubungan antar manusia, atau dengan kata lain membentuk kepribadian islam.
Hasilnya generasi akan mengenali dirinya sebagai hamba Allah yang selalu berusaha untuk taat kepada Allah baik dalam lingkungan maupun sendirian. Mereka akan takut menyakiti orang lain ataupun sesamanya. Generasi Islam akan mengisi hidupnya dengan hal-hal yang bermanfaat dan mendedikasikan dirinya untuk berdakwah ditengah-tengah masyarakat.
Daulah Islam juga memiliki aturan yang jelas terkait pergaulan laki-laki dan perempuan untuk mencegah timbulnya fitnah dan perilaku yang melampaui batas. Sistem sosial Islam akan menjaga pergaulan sesuai dengan tuntunan syara. Dengan aturan ini, hubungan remaja laki-laki dan perempuan diarahkan agar tetap dalam batas yang wajar, mencegah terjadinya hubungan yang merusak moral atau memicu konflik emosional.
Dengan dukungan penerapan syariat Islam dalam berbagai bidang lainnya (secara menyeluruh) kasus tragis seperti ini dapat dicegah sejak akar permasalahannya. Pelajar dapat mengoptimalkan potensinya untuk kebaikan dan amal shalih, sehingga menjadi generasi hebat taat syariat dan paham ilmu yang dipelajari.Wallahu,alam. [LM/ry].