Fenomena L9BT dalam Bayangan Sekularisme Liberal
Oleh : Farrah Fathimah Azzahra
Aktivis Mahasiswa
Lensamedianews.com__ Polres Metro Jakarta Selatan memeriksa lima saksi terkait dugaan pesta L9BT di salah satu bar wilayah Permata Hijau, Kebayoran Lama. Kelima saksi adalah karyawan bar dan warga. “Kita memeriksa dari karyawan tentunya, kemudian dari warga yang ada yang tempat kejadian waktu itu. Lima orang yang kita periksa atau kita mintai keterangan,” tutur Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan, Kompol Nurma Dewi kepada wartawan, Senin (6-1-2025). (Detik.com)
Propaganda L9BT kini perlahan terus meluas di Indonesia setelah terjadinya pemberitaan mengenai taman kota yang dijadikan lokasi praktik mesum oleh kelompok L9BT. Ditambah saat ini, tayangan kartun berbahasa Indonesia juga mulai digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan paham L9BT. Gempuran propaganda L9BT semakin hari semakin meluas di Indonesia, mulai dari lingkungan masyarakat, tempat hiburan, tayangan media, hingga beberapa sekolah yang mulai memberikan ruang bagi penyebaran paham L9BT. Beberapa tempat hiburan malam bahkan terlihat dengan terang-terangan mengusung tema-tema L9BT.
Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan seseorang terjerumus ke dalam kehidupan L9BT, baik faktor internal maupun eksternal. Namun, faktor eksternal cenderung memiliki pengaruh yang sangat besar, ketika individu tumbuh di lingkungan yang lebih terbuka merasa lebih nyaman mengungkapkan dan mengeksplorasi orientasi seksual atau identitas gender mereka. Secara umum, faktor internal yang mendorong seseorang untuk terlibat dalam kehidupan L9BT adalah dorongan dari dalam diri mereka sendiri, yaitu saat mereka mengembangkan ketertarikan emosional terhadap sesama jenis, meskipun pada awalnya mereka mungkin tidak menyadari atau mengidentifikasi orientasi seksual mereka. Rasa keterikatan ini dapat berkembang menjadi kecenderungan untuk mengeksplorasi hubungan atau perasaan yang lebih mendalam terhadap sesama jenis.
Generasi yang kehilangan jati diri tergambar melalui fenomena ini. Pada dasarnya, manusia memiliki fitrah untuk tertarik kepada lawan jenisnya. Namun, fenomena L9BT yang dianggap oleh sebagian kalangan sebagai hak individu yang patur diterima dalam masyarakat, menunjukkan adanya kelemahan dalam ketahanan mental generasi saat ini. Hal ini terjadi karena adanya penyimpangan pola pikir yang benar.
Allah menciptakan manusia dalam dua jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan, yang saling melengkapi satu sama lain untuk tujuan kehidupan yang mulia, termasuk untuk melestarikan keturunan melalui pernikahan yang sah.
Akan tetapi, pemikiran liberalisme yang mengakar kuat di negara ini berhasil memengaruhi sebagian besar kaum muslim. Praktik L9BT ini dapat mengarah pada perbuatan zina yang diharamkan dalam Islam. Seharusnya, mereka tidak memandang remeh dosa besar yang dilakukan terhadap Allah. Meskipun negara ini mayoritas berpenduduk muslim, aturan yang diterapkan adalah aturan sekuler yang mengabaikan prinsip-prinsip agama. Kerusakan perilaku tersebut akan semakin terasa, terlebih lagi dengan adanya perilaku masyarakat yang kapitalis, standar benar salah tidak berlandaskan halal-haram.
Oleh karena itu kehidupan masyarakat akan sangat berbeda jika diatur dengan aturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Beberapa ajaran Islam, seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadis, melarang praktik homoseksual, dengan kisah kaum Luth sebagai rujukan. Dalam Islam, solusi terhadap perilaku L9BT berfokus pada pembinaan kepada individu dari segi fitrah atau kodrat yang ditentukan oleh Allah, yaitu laki-laki dan perempuan sebagai pasangan hidup yang saling melengkapi.
Pendekatan ini mencakup pendidikan agama yang mendalam, pemahaman tentang peran gender, serta pentingnya memilih lingkungan yang mendukung nilai-nilai keislaman. Jika diperlukan, dukungan profesional dari psikolog atau konselor yang memahami konteks agama dapat membantu. Doa dan tawakal kepada Allah juga menjadi bagian penting dalam proses perubahan. Islam mengajarkan untuk menunjukkan kasih sayang dan tidak bersikap diskriminatif, dengan mengajak kembali individu ke jalan yang benar melalui hikmah dan kebijaksanaan.