Tentara dan Negara, Strategi Bela Gaza

20250103_070459

Oleh: Yuke Octavianty

Forum Literasi Muslimah Bogor

 

LenSa Media News.com, Peperangan di Gaza belum juga mereda. Korban terus berguguran dari waktu ke waktu. Berdasarkan data Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) pada 24 Desember 2024, menyebutkan bahwa satu anak tewas per jam di Jalur Gaza sebagai dampak kebrutalan Israel (beritasatu.com, 24-12-2024). Tidak kurang dari 14.500 anak Palestina meninggal dunia sejak awal penyerangan, pada Oktober 2023.

 

Genosida anak-anak terus berlanjut hingga kini. Korban perang yang selamat pun tidak kalah memprihatinkan. Masa depan dan harapan mereka direnggut berbagai luka, mulai dari luka fisik, psikis dan emosi. Seruan gencatan senjata dan beragam solusi yang dilayangkan Badan PBB tidak mampu menghentikan kekejaman zionis Israel terhadap Palestina.

 

UNICEF, selaku badan PBB yang melindungi hak anak, mengungkapkan bahwa tahun 2024 merupakan tahun terburuk dalam sejarah yang dialami anak-anak (cnnindonesia.com, 28-12-2024). Lebih dari 473 juta anak tinggal di wilayah konflik. Dampak konflik wilayah menjadi satu hal yang merenggut harapan dan masa depan mereka.

 

Ketiadaan Perlindungan

 

Kondisi penduduk Gaza terutama anak-anak, makin mengkhawatirkan. Krisis kesehatan, perlindungan, pendidikan hingga ancaman kondisi emosi dan nyawa menjadi santapan harian yang tidak bisa terhindarkan. Keadaan fisik pun kian parah saat kondisi musim memasuki musim dingin. Minimnya perlindungan membuat mereka hanya mampu pasrah dan menerima atas segala yang terjadi.

 

Kaum muslim benar -benar tidak bisa menyandarkan harapan pada dunia internasional. Termasuk para pemimpin mereka yang terlalu sering menjadikan isu Palestina sebagai bentuk pencitraan. Solusi dua negara selalu digadang-gadang sebagai solusi jitu untuk menghentikan peperangan antara keduanya. Padahal solusi ini faktanya tidak mampu menjadi solusi yang adil menuntaskan.

 

Negara-negara Barat pengusung ide kapitalisme hanya mampu memberikan solusi yang berorientasi pada materi. Padahal nyatanya peperangan antara Israel dan Palestina merupakan peperangan ideologi yang tidak mampu diselesaikan dengan solusi two state nations.

 

Sistem kapitalisme sama sekali tidak mampu memberikan keadilan yang pasti. Justru sistem inilah yang membuka jalan pada penjajah zionis untuk membantai anak-anak dan seluruh penduduk Gaza.

 

Demokrasi dan konsep Imperialisme (gold, glory dan gospel) terus menjadi ide yang merusak tatanan dunia. Konsep ini diadopsi demi memperkaya materi negara penjajah. Tanpa memandang penderitaan, kerugian, dan bencana kemanusiaan yang terjadi akibat penjajahan.

 

Tidak hanya itu, peperangan ini pun sebagai akibat hilangnya perlindungan. Karena setiap negara mengadopsi konsep nasionalisme (kebangsaan) yang mementingkan ego negaranya masing-masing. Batas khayali negara menjadi batas yang menihilkan perlindungan. Alhasil, sekat nasionalisme ini mengenyahkan rasa persaudaraan dan kemanusiaan yang semestinya ada dalam persaudaraan kaum muslim.

 

Kekuatan Ideologis Islam

 

Kaum muslim mestinya memiliki kekuatan dan agenda khas agar Ukhuwah Islamiyah mampu kuat terwujud. Pemikiran dan gerakan menjadi satu hal yang mampu menggugah dengan menciptakan kesadaran dan perasaan yang sama. Kesamaan pemikiran dan perasaan ini akan menggerakkan para pemuda di Timur Tengah untuk bersatu dan membela Gaza. Menumbangkan rezim kejam dan bergerak membela Palestina untuk membebaskannya dari segala bentuk penindasan dan peperangan.

 

Aktivitas demikian hanya mampu terwujud dalam tubuh partai politik ideologis. Gerakan inilah yang mampu menuntut tegaknya Ukhuwah Islam. Sehingga rasa persaudaraan ini mampu menjelma menjadi kekuatan yang mengenyahkan kezaliman.

 

Inilah gerakan tangguh yang mampu membela Gaza. Konsep ini hanya mampu diwujudkan dalam wadah khilafah. Satu-satunya institusi tangguh yang mampu mengenyahkan beragam penjajahan. Kekuatan tentara khilafah akan mengalahkan zionis kejam yang terus merongrong negara-negara muslim.

 

Sebagaimana yang dipaparkan Syekh Taqiyuddin an Nabhani dalam kitab ad Daulah Islam. Tentara-tentara Islam memiliki kekuatan tangguh dalam membela hak kaum muslim. Termasuk hak tanah, tempat tinggal sekaligus kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Salah satunya dalam sejarah penaklukan Konstantinopel pada 1453 M. Tentara Ottoman yang kuat dan memiliki kecerdasan strategis mampu mengalahkan Kekaisaran Bizantium.

 

Kekuatan tentara Islam tidak mampu dibandingkan dengan tentara manapun. Kekuatannya mencerminkan kekuatan persaudaraan kaum muslim yang memiliki ikatan akidah yang kuat. Kekuatan kavaleri yang terlatih dilengkapi dengan infanteri yang disiplin dan terorganisir. Tidak hanya itu, artilerinya pun tidak tertandingi. Semua kekuatan ini disempurnakan dengan strategi perang yang efektif.

 

Demikianlah khilafah menjaga dan melindungi nyawa, darah dan keselamatan seluruh kaum muslim. Segalanya ditetapkan sebagai bentuk keimanan yang sempurna pada Allah Azza wa Jalla. Wallahu’alam bisshowwab. [ LM/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis