Bencana Merata, Saatnya Muhasabah Bersama
Oleh: Ida Fitria
LenSa Media News.com, Banjir bandang di Sukabumi dipastikan akibat pendangkalan sungai. Kementerian Pekerjaan Umum (PU) berupaya melakukan pengerukan terhadap sejumlah sungai di Sukabumi. 12 alat berat dikerahkan menormalkan berbagai sungai.
Dalam kunjungannya ke Sukabumi, Wakil Menteri PU Diana Kusumastuti menuturkan bahwa Hari ini (7/12) memang sengaja ke Sukabumi mempercepat mengatasi dampak bencana banjir dan tanah longsor. “Sejak hari pertama ditangani Kementerian PU melalui balai-balai. Ini ada dua bencana ya, yaitu banjir dan longsor,” terangnya, (JawaPos.com, 07-12-2024).
Beberapa tahun terakhir ini banyak sekali terjadi bencana, mulai gempa bumi bahkan sampai tsunami, gunung meletus yang diiringi banjir dan juga terjadinya tanah longsor. Dari banyaknya kejadian itu memakan banyak kerugian materil juga nonmaterial bahkan korban jiwa.
Sungguh kasihan para korban yang harus kehilangan anggota keluarga, tempat tinggal dan harta yang dimilikinya. Mengapa bencana terus terjadi di negeri kita tercinta ini? Apakah penyebabnya semata faktor alam? Karena kita berada di wilayah yang dilalui oleh Sirkum Pasifik atau Cincin Api Pasifik, dilewati sabuk Alpide, dan daerahnya berada di wilayah tropis (garis khatulistiwa). Sehingga berpotensi mudah mengalami bencana alam, seperti gempa bumi, gunung berapi, tsunami, tanah longsor, banjir, dan lainnya.
Ternyata penyebab bencana bukan sekadar faktor alam tapi juga karena ulah tangan-tangan manusia, yaitu banyaknya pelanggaran syariat dalam kehidupan yang tidak diatur dengan syariat yang benar dengan kata lain bukan aturan Islam yang diterapkan.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Alquran Surah Ar Rum ayat 41 yang artinya, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Kerusakan ini karena ketamakan manusia dengan eksploitasi alam atas nama pembangunan. Penebangan liar untuk membuka usaha, mengeruk hasil bumi berupa tambang yang banyak sekali, mulai dari emas, batu bara, timah, nikel, pasir dan lain-lain. Dari gundukan gunung menjadi cekungan yang menganga kian hari kian dalam.
Belum lagi perilaku-perilaku menyimpang dari syariat yang membuat alam murka, banyaknya kemaksitan, mulai dai LGBT, zina, miras, narkoba, judi, riba dan sebagainya. Padahal dalam sebuah hadis disampaikan “Jika zina dan riba tersebar luas di suatu kampung, maka sungguh mereka telah menghalalkan atas diri mereka sendiri azab Allah”, (HR al-Hakim, al-Baihaqi dan ath-Thabrani).
Saatnya kita muhasabah dan bertaubat, karena negeri yang penuh maksiat ini, maka segala musim menjadi bencana, musim kemarau mendatangkan kekeringan, musim hujan mengundang kebanjiran, tentunya muhasabah dan taubat ini tidak hanya dilakukan oleh individu dan masyarakat saja tetapi sampai level negara harus melakukannya.
Karena kerusakan ini sistematis maka kita lakukan upaya yang sistematis juga, mencari akar masalah dan memperbaiki dari sumber masalahnya. Jika hanya individu saja yang memperbaiki tidak akan efektif dan efisien, harusnya tugas negara dilakukan oleh negara dan tugas individu oleh individu bukan terbalik, cara yang bisa kita lakukan adalah berdakwah agar syariat segera tegak di bawah kepemimpinan Islam.
Supaya bisa menangani permasalahan bencana ini dengan benar bahkan preventif dengan mitigasi yang baik. Kepemimpinan Islam akan membangun tanpa merusak sehingga bencana bisa diminimalisir. Negara benar-benar hadir berperan sebagai raa’in (pengurus) dan junnah sehingga rakyat hidup sejahtera penuh berkah.
Sesuai firman Allah dalam Alquran Surat . al-A’raf ayat 96 yang artinya, “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat – ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” Wallahua’lam bishshawab. [ LM/ry ].