Banjir Marak, Akibat Maraknya Deforestasi Lahan
Oleh: Rey Fitriyani, Amd. KL
LenSa Media News _ Opini_ Bencana banjir di akhir tahun selalu menimpa berbagai daerah di Indonesia. Sebut saja banjir yang terjadi di sejumlah wilayah Kabupaten Sukabumi akibat hujan deras yang mengguyur sejak Senin (2/12), mengakibatkan rumah salah satu warga yang bernama Ineu porak poranda. Sekitar pukul 06.00 WIB, air mulai merayap masuk ke dalam rumahnya yang awalnya hanya setinggi lutut, namun seiring berjalannya waktu, air dari Sungai Cimandiri terus meluap hingga meninggi yang akhirnya menenggelamkan seluruh ruangan rumahnya.
Banjir yang terjadi itu merupakan dampak dari hujan deras yang mengguyur Kabupaten Sukabumi selama dua hari berturut-turut. Sungai Cimandiri meluap dan pas akhirnya merendam puluhan rumah di Kampung Mariuk, RT 01, RW 01, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi.
Bencana yang menerjang sejumlah wilayah Kabupaten Sukabumi, nyaris merata. Catatan terakhir yang diperoleh Detikjabar.com, tercatat 10 orang meninggal dunia dan dua lainnya masih dalam pencarian akibat bencana alam di berbagai wilayah. Korban meninggal dunia sebagian besar berasal dari Kecamatan Simpenan, Tegalbuleud, dan Ciemas (Detik.com, 08-12-2024).
Bencana banjir tidak hanya menelan korban jiwa, namun juga mengganggu akses jalan warga dalam bertransportasi menjadi terbatas. Sebanyak 202 warga harus mengungsi di posko darurat karena pemukiman mereka terendam setinggi 1-2,5 meter, akibat banjir yang disebabkan oleh luapan Sungai Cilemer yang terjadi sejak Senin (2/12). Anggota BPBD Kabupaten Pandeglang bersama relawan dan Babinsa menggunakan perahu untuk membantu warga melewati banjir di Pagelaran, Pandeglang, Banten, Kamis (5/12/2024). (Kumparan.com; 5-12-2024).
Sukabumi memang dikenal dengan keindahan alamnya, yaitu pegunungan, pantai, hingga air terjun. Namun, wilayah ini juga memiliki kerentanan terhadap berbagai jenis bencana alam. Penyebabnya ada beberapa faktor, diantaranya letak geografisnya yang berada di wilayah dengan aktivitas tektonik yang tinggi dan memiliki topografi yang beragam.
Selain itu, maraknya aktivitas deforestasi untuk lahan pertanian dan permukiman menyebabkan hilangnya fungsi hutan sebagai penahan air dan pengikat tanah. Hal ini diperparah oleh kondisi curah hujan yang makin tidak menentu akibat perubahan iklim sehingga meningkatkan risiko banjir dan tanah longsor. Namun, aspek yang paling patut diperhatikan adalah kurangnya infrastruktur mitigasi. Sistem peringatan dini dan infrastruktur penanggulangan bencana yang belum optimal bisa meningkatkan risiko bencana.
Dengan mencermati faktor-faktor lainnya, penyebab banjir bandang di Sukabumi secara umum erat kaitannya dengan ulah tangan manusia, khususnya dari sisi kerusakan alam dan lingkungan. Salah satu contohnya adalah pembangunan proyek eksplorasi panas bumi (slim hole) pada 2021 di Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi. Banyak juga dampak negatif yang dirasakan oleh warga terkait pembangunan tersebut, misalnya permukiman warga yang harus dilewati oleh kendaraan berat.
Bencana yang terus berulang ini menegaskan lalai dan abainya penguasa untuk mengurus rakyatnya, sekaligus membuktikan bahwa solusi teknis sudah tidak mampu menanggulangi. Hal ini juga menunjukkan bahwa negara tidak menaruh perhatian besar agar tersedia fasilitas umum yang mampu melindungi rakyat dari berbagai bencana yang menimpa negeri ini. Demikian pula dalam mempersiapkan mitigasi bencana alam.
Berbeda jika negara ini diatur dengan sistem Islam. Islam akan memperhatikan perihal tata guna lahan. Lahan yang subur dan efektif untuk pertanian sebaiknya jangan dipaksa untuk dialihfungsikan menjadi permukiman maupun kawasan industri. Sedangkan lahan pesisir, difungsikan menurut potensi ekologisnya, yakni mencegah abrasi air laut terhadap daratan. Untuk kawasan hutan dilestarikan sebagai area konservasi agar dapat menahan atau mengikat air hujan sehingga tidak mudah menimbulkan tanah longsor, sekaligus menjaga siklus air.
Inilah pembangunan yang dilakukan jika negara menerapkan syariat Islam kaffah. Karena motivasi pembangunan diwujudkan untuk kesejahteraan dan keamanan rakyatnya. Saatnya negara ini segera beralih kepada sistem Islam dalam upayanya untuk memitigasi bencana. Semoga Allah memberikan kekuatan dan kesabaran kepada semua pihak yang terdampak banjir ini.
(LM/SN)