Rusaknya Keluarga dalam Sistem Tidak Berdaya

Oleh: Yuke Octavianty

Forum Literasi Muslimah Bogor

 

LenSa News Media–Berbagai peristiwa tragis yang menimpa keluarga terus terjadi di sekitar kita. Keluarga yang mestinya saling menjaga, justru kini saling menyakiti bahkan perbuatan yang lebih ekstrim daripada itu.

 

Salah satunya kejadian tragis yang terjadi di Balikpapan. Warga dibuat geger gegara seorang ibu yang dibunuh anak kandungnya sendiri. Pelaku diduga mengalami gangguan jiwa dan menebas leher ibunya hingga tewas (kompas.com, 24-8-2024).

 

Kejadian serupa juga terjadi di Bogor. Seorang ibu tega menghabisi nyawa anak tirinya yang masih berusia 6 tahun. Awalnya anaknya sering disiksa hingga berakhir dengan meregang nyawa. Alasannya sang suami lebih menyayangi anaknya daripada dirinya sendiri (sindonews.com, 24-8-2024).

 

Kondisi Keluarga dalam Sistem Rusak

 

Miris. Berbagai kejadian tragis menimpa anggota keluarga dan pelakunya adalah kerabat terdekatnya.

 

Kasus kekerasan dalam keluarga begitu sering terjadi. Berbagai regulasi dan kebijakan terkait perlindungan anak, perempuan dan keluarga telah ditetapkan. Namun, faktanya, kekerasan makin menjadi. Setiap individu sangat mudah tersulut emosi hingga tidak mampu berpikir panjang saat menetapkan suatu perbuatan.

 

Berbagai faktor ditengarai mampu menyulut masalah kekerasan dalam keluarga. Baik faktor internal maupun eksternal. Beberapa faktor internal diantaranya masalah ekonomi yang kian terpuruk yang kian diperparah dengan komunikasi dan edukasi pendidikan yang buruk antara anggota keluarga. Hal ini berkaitan dengan tingkat kesejahteraan yang mestinya disiapkan oleh negara.

 

Namun sayang, kesejahteraan saat ini menjadi masalah sistemik yang melahirkan kemiskinan kian mencekik individu. Alhasil, keadaan emosi individu menjadi tidak stabil dan mudah terbakar sehingga mengakibatkan perbuatan yang tidak manusiawi.

 

Sementara dari faktor eksternal, perselingkuhan dan tata pergaulan yang ada saat ini niscaya memantik perbuatan buruk. Bercampurnya pergaulan antara laki-laki dan perempuan tanpa batasan jelas melahirkan perbuatan rusak.

 

Sehingga hawa nafsu antara laki-laki dan perempuan diumbar bebas. Keadaan ini pun semakin parah, karena liarnya konten unfaedah di media sosial. Pergaulan kian bebas tanpa disandarkan pada aturan pergaulan yang menjaga. Halal haram diterjang demi hawa nafsu dan kesenangan jasmaniyah semata.

 

Inilah refleksi diterapkannya sistem rusak yang merusak tata aturan kehidupan. Sistem sekularisme yang menyandarkan aturannya pada konsep kebebasan yang menjauhkan nilai agama dari kehidupan. Wajar saja, individu kian rusak dengan paradigma yang semakin tidak beradab.

 

Tidak hanya itu, sekularisme pun menjadikan pandangan hidup hanya berdasarkan pada materi dan keuntungan duniawi saja. Individu pun kian jauh dari aturan yang sesuai fitrahnya.

 

Paradigma inilah yang menciptakan individu-individu sakit mental, depresi dan berbuat sesuka hati. Memprihatinkan.

 

Penjagaan Sistem Islam 

 

Dalam Islam, kehidupan imdividu dalam keluarga adalah relasi yang saling menjaga dengan dasar ibadah kepada Allah SWT. Syariat Islam pun jelas dalam menentukan hak dan kewajiban setiap anggota keluarga. Pergaulan yang makruf diwajibkan diantara anggota keluarga. Sehingga mampu menciptakan keluarga yang senantiasa saling menjaga.

 

Rasulullah SAW. bersabda, ” Orang yang paling baik diantara kalian adalah orang yang paling baik pada keluarga (istrinya) dan aku adalah yang paling baik pada keluarga (istriku)” (HR. Al Hakim dan Ibnu Hibban dari jalur Aisyah ra.)

 

Pergaulan makruf akan tercipta ketika anggota keluarga saling mengingatkan dan memahami syariat Islam yang menyeluruh. Sehingga keluarga mampu berfungsi secara intensif dalam membangun penjagaan bagi seluruh anggotanya.

 

Terkait masalah ekonomi, sistem Islam memposisikan kepentingan rakyat sebagai pelayanan utama. Termasuk penyediaan lapangan pekerjaan yang layak bagi setiap kepala keluarga. Tidak hanya itu, negara dalam wadah sistem Islam, yakni khilafah akan memenuhi setiap kebutuhan rakyatnya, mulai dari sandang, pangan dan papan.

 

Semua terjamin dalam strategi dan mekanisme yang amanah dalam mengelola sumberdaya alam yang melimpah dengan amanahnya tata kelola sumberdaya yang dimiliki negara. Dengan demikian, setiap rakyat mampu menggapai sejahtera yang merata.

 

Demikianlah sistem Islam mampu menjaga rakyat dengan pengurusan yang ideal. Konsep ini niscaya menjauhkan individu dari depresi dan berbagai perbuatan keji. Nyawa umat terjaga, jiwanya pun terlindungi sistem yang mumpuni.Wallahu alam bissawab. [LM/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis