Kapitalisme Tegak, Bangunan Keluarga Rusak
Oleh. Ummu Haidar
LenSa Media News–Media pemberitaan diramaikan dengan berbagai kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Tindak kekerasan yang berujung hilangnya nyawa korban tersebut memiliki penyebab yang beragam. Mulai dari perselisihan antar anggota keluarga, perselingkuhan, kesulitan ekonomi dan lain-lain.
Salah satunya, kasus pembunuhan Nizam Ahmad Alfahri (6), oleh ibu tirinya, IF (24) di sebuah rumah kawasan Pontianak, Kalimantan Barat. Hasil penyelidikan menemukan anak tersebut sering mengalami penyiksaan sebelum akhirnya dibunuh dan dimasukkan dalam karung. Polisi mengungkap jika motif pelaku menghabisi nyawa korban lantaran cemburu terhadap ayah korban karena tidak perhatian kepada pelaku saat hamil (Sindonews.com,24-08-2024).
Terungkapnya kasus KDRT di Pontianak tersebut hanya bagian kecil dari fenomena gunung es kasus yang terjadi di negeri ini. Sementara kasus serupa yang tak terungkap kemungkinan lebih besar lagi. Hal yang mengundang keprihatinan bersama. Mengingat KDRT seolah terus berulang dan tak bisa tercegah.
Korban kekerasan kebanyakan anak-anak dan perempuan. Kaum lemah yang harusnya mendapatkan perlindungan. Seperti peribahasa “bagai pagar makan tanaman”.
Rusaknya Bangunan Keluarga
Maraknya kasus KDRT menunjukkan rusaknya bangunan keluarga. Keluarga yang harusnya memberikan ketenangan, ketentraman dan tempat ternyaman bagi seluruh anggota keluarga. Faktanya tak mampu berperan sebagaimana mestinya. Hal ini tentunya dilatarbelakangi berbagai faktor pemicu. Terutama impitan ekonomi dan minimnya pemahaman agama.
Setiap anggota keluarga idealnya memahami dan menjalankan peran dan fungsinya masing-masing. Laki-laki hendaknya menjadi pelindung yang mampu menghadirkan sakinah, mawadah warahmah. Sementara istri yang mengatur rumah tangga juga memahami tugas-tugasnya sebagai ibu dan tidak menuntut diluar batas kemampuan suami.
Berbagai masalah keluarga harusnya disikapi dengan kepala dingin dan tidak dengan emosional. Emosi justru memperburuk kondisi dan jauh dari solusi.
Kapitalisme Merusak Bangunan Keluarga
Sistem kapitalisme dengan cara pandangnya yang sekuler sangat berpengaruh cara pandang masyarakat khususnya dalam hubungan keluarga, meniscayakan sulitnya pemenuhan kebutuhan di tengah impitan ekonomi. Mendorong orang tua berjibaku memenuhi kebutuhan keluarga.Hingga tak tersisa waktu tuk merawat cinta kasih dan kehangatan antar anggota keluarga.
Masing-masing sibuk mengejar kebahagiaan semu berhias gemerlap duniawi ala kapitalis yang mengagungkan materi. Akibatnya antara satu sama lain anggota keluarga terkikis rasa saling peduli, empati, saling menghormati dan menyayangi hingga meski dekat secara fisik, selalu ada yang membuat jarak di hati.
Aneka problematika hidup yang menghampiri keluarga tak pernah menemukan solusi hakiki. Pendidikan ala kapitalisme sekuler telah melahirkan generasi bergaya hidup barat yang penuh kebebasan dan jauh dari ajaran Islam.
Dampaknya persoalan dalam keluarga tak pernah terselesaikan. Malah makin runyam dan berujung tindak kekerasan. Karena komunikasi dan budaya saling nasehat menasehati tak berjalan.
Undang-undang terkait kekerasan rumah tangga yang diberlakukan oleh negara selama 20 tahun lamanya. Nyatanya tak mampu mengatasi persoalan terkait kekerasan dalam rumah tangga. Kasus KDRT justru marak dan menunjukkan angka peningkatan. Penegakan hukum yang cenderung berpihak pada kekuasaan dan pemilik kapital membuat keadilan susah diwujudkan.
Hal ini menjadi bukti bahwa hukum buatan manusia yang penuh keterbatasan. Tidak akan pernah membuat kasus kekerasan dalam rumah tangga terhentikan.
Islam Menjaga Bangunan Keluarga
Islam dengan mekanisme yang sempurna, akan menyediakan support sistem yang mendukung bagi terselesaikannya seluruh persoalan hidup manusia. Akidah Islam sebagai pondasi akan mengatur seluruh perbuatan manusia berdasarkan aturan halal-haram. Islam menetapkan bahwa tujuan berkeluarga adalah melestarikan keturunan dan mewujudkan keluarga sakinah mawadah warahmah, dengan landasan untuk beribadah kepada Allah SWT semata, bukan selainnya.
Kesadaran akan tujuan inilah yang akan mengantarkan seluruh anggota keluarga untuk menjalankan perannya dalam keluarga sesuai hal dan kewajiban masing-masing sesuai ketentuan syariat.
Masyarakat yang terdidik dengan cara pandang Islam akan senantiasa menjadikan kontrol sosial dan budaya saling menasehati hadir dalam kehidupan. Memberi efek terhindarkannya tindak kekerasan.
Islam menetapkan bahwa negara wajib menjamin pemenuhan kebutuhan pokok rakyatnya, dengan harga terjangkau bahkan murah. Lapangan pekerjaan pun disediakan oleh negara.
Bahkan laki-laki pencari nafkah yang tidak dapat bekerja karena keterbatasan fisik ataupun kecelakaan akan mendapatkan bantuan untuk menafkahi keluarganya. Alhasil kesejahteraan rakyat tercipta dan kokohnya bangunan keluarga pun terjaga. Wallahualam bissawwab. [ LM/ry].