Kasus DBD Mewabah, Dampak Buruk Sistem Kapitalis

Oleh: Hanif Eka Meiana

 

LenSaMediaNews.com__Jumlah kasus maupun kematian akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) di Klaten terus bertambah. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, hingga pekan ke-19 atau Januari-Mei 2024 ini, total ada 512 kasus DBD dengan 25 orang meninggal dunia (solopos.com, 25/05/2024).

 

Warga Klaten yang meninggal gara-gara DBD itu didominasi usia anak-anak di bawah 11 tahun. Ada beberapa kasus kematian akibat DBD pada orang dewasa. Usia warga meninggal dunia karena DBD paling muda yakni lima bulan dan paling tua usia 54 tahun. Sekretaris Daerah (Sekda) Klaten, Jajang Prihono, mengakui kasus DBD di Klaten saat ini menjadi yang tertinggi di Jateng.

 

Kembali menjadi sorotan, kasus DBD memakan korban jiwa. Kali ini di daerah Klaten termasuk yang cukup serius dibandingkan dengan kota-kota lainnya di Jawa Tengah. Mengapa hingga detik ini belum ada antisipasi yang tuntas untuk membendung melonjaknya kasus DBD ini? Di mana peran negara dalam mengatasi hal ini? Sudahkah masyarakat paham betul apa faktor utama dari merebaknya kasus DBD?

 

Menjadi pemahaman bersama bahwa DBD disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini berkembang biak pada air yang tergenang dan tidak beralaskan tanah. Penyebaran nyamuk ini sesungguhnya dapat diantisipasi dengan mudah bila kita menerapkan pola hidup sehat, mengkonsumsi makanan yang bergizi dan keterlibatan setiap lapisan aspek di masyarakat dalam membendung kasus DBD.

 

Maraknya kasus DBD tak bisa lepas dari penerapan sistem yang salah kaprah. Peradaban sampah yang diunggulkan nyatanya tak memberikan solusi melainkan menambah masalah dalam kehidupan di masyarakat. Sistem kapitalisme sekuler mendidik umat untuk memiliki gaya hidup hedonis, konsumtif, individualis, pragmatis dan materialistis.

 

Dampaknya ialah meningkatnya jumlah sampah yang tidak didukung dengan pengolahan sampah yang baik. Di sisi lain buruknya kurikulum pendidikan yang ada, tak mampu mencetak generasi menjadi manusia yang ber-akhlakul karimah dan berkepribadian Islam. Sehingga membudayalah generasi yang tak peduli dengan lingkungannya dan tak mencintai alam.

 

Masyarakat satu sama lain tengah disibukkan dengan aktivitas mencari materi hingga tak sadar kondisi lingkungan sekitar dan keluarganya. Tuntutan kebutuhan yang tinggi menjadi faktor abainya keluarga dan masyarakat dalam menjaga generasi. Kurangnya asupan nutrisi dan gizi yang baik serta minimnya suplemen dalam menjaga kondisi tubuh setiap individu turut mendukung bertambahnya kasus DBD. Ditambah minimnya kesadaran masyarakat untuk memiliki pola hidup yang sehat.

 

Di samping itu, minimnya peran negara dalam mencegah maraknya kasus DBD membuat panjang deretan korban yang tewas akibat penanganan negara yang buruk. Penanganan kasus DBD tidak hanya dengan langkah kuratif saja melainkan harus didukung dengan langkah preventif. Selama ini pemerintah hanya fokus pada langkah kuratif saja, juga setengah hati dalam membantu masyarakat. Fasilitas kesehatan dikomersialisasi, kebijakan pesanan oligarki, struktur pemerintahan yang korupsi serta keberpihakan pemerintah yang dapat dibeli. Kesemuanya akibat sistem yang diterapkan jauh dari aturan sang Pencipta.

 

Islam memiliki aturan yang sempurna dalam mengatur kehidupan manusia. Kesempurnaan aturannya terbukti mampu memberikan kehidupan yang sejahtera, sehat dan penuh dengan keberkahan. Pemahaman Islam yang diemban oleh individu, masyarakat dan negara mampu memberikan sinergi yang baik dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan asri demi meraih rida Allah SWT.

 

Seorang muslim yang taat, ia akan senantiasa menjalankan perintah dari Rabb-nya dan menjauhi larangan-Nya. Sehingga ia akan berupaya untuk menjaga lingkungannya, memiliki pola hidup yang sehat, menjauhi sifat boros atau berlebih-lebihan, fastabiqul khairat dan senantiasa melakukan amar ma’ruf nahi munkar.

 

Sedang masyarakat yang hidup dalam sistem yang baik maka serta merta mereka akan saling menjaga, saling nasehat-menasehati, saling membantu dan membangun kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan ketaatan. Akan halnya dengan negara, maka ia akan paham betul bahwa kepemimpinan itu adalah amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

 

Maka negara akan berperan penuh dalam menjaga rakyatnya, menjamin kebutuhan dasarnya, memberikan fasilitas kesehatan yang gratis dan terbaik, memberikan kebijakan tegas terhadap mereka yang merusak lingkungan. Negara juga akan memberikan edukasi kepada masyarakat dalam menangani suatu wabah dan mengedukasi pentingnya menjaga kesehatan.

 

Jika diperlukan maka negara akan mendorong para ilmuwan untuk melakukan berbagai riset atau penelitian guna kemaslahatan umat. Negara akan mengedepankan rakyatnya dan menolak setiap bentuk politik kepentingan. Demikianlah bila Islam diadopsi dan menjadi sistem yang mengatur kehidupan umat. Kasus-kasus seperti DBD yang menewaskan beberapa orang akan minim terjadi.

Wallahu a’lam. [LM/Ss] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis