Harga Beras Melejit, Hidup Rakyat Kian Terjepit

Lensa Media News—Seperti peluru yang meroket. Kenaikan harga beras setahun terakhir ini kian melejit. Kenaikan harga beras naik hingga 20% di tahun 2023. Bahkan siapa yang menyangka, sejak awal tahun 2024 hingga sepekan terakhir ini kenaikan harga beras tembus di harga Rp. 16.000.

 

Sungguh ini angka yang fantastis untuk harga sebuah kebutuhan bahan pokok. Tak hanya itu, kebutuhan lain pun harganya turut serta melonjak. Di saat kondisi ekonomi yang terhimpit justru ini membuat rakyat semakin terjepit.

 

Mengapa kenaikan harga beras melambung tinggi? Salah satu penyebabnya adalah rusaknya rantai distribusi beras yang hari ini dikuasai sejumlah pengusaha, termasuk adanya larangan bagi petani untuk menjual langsung kepada konsumen.

 

Dan hal inilah yang menjadikan terjadinya permainan harga, penahanan pasokan, oleh pelaku usaha yang tentu merugikan petani. Semua ini begitu mudah terjadi karena penerapan aturan kapitalisme. Dimana jalan untuk mendapatkan keuntungan menjadi tujuan utama. Cara yang dilakukannya pun bebas, tanpa peduli halal dan haram.

 

Berbeda dengan Islam. Dalam Islam, semua kebutuhan pokok termasuk beras wajib dikelola oleh negara termasuk distribusinya. Negara Islam menjadikan pemenuhan kebutuhan pokok sebagai satu kewajiban negara individu per individu.

 

Negara juga memberikan bantuan pertanian kepada rakyat yang bekerja sebagai petani. Khilafah begitu sangat detail memperhatikan kondisi rakyatnya dan menelaah adanya kebutuhan bantuan dari negara. Karena peran negara adalah sebagai pelindung rakyat.

 

Islam juga mengatur perdagangan dalam negeri termasuk beras dan membiarkan harga ditetapkan oleh penawaran dan permintaan di pasar. Selain itu, Islam juga melarang praktek monopoli dan menimbun beras dan kebutuhan pokok lainnya.

 

Sehingga yang dilakukan oleh negara benar-benar untuk kepentingan rakyat, bukan yang lain. Semua ini bisa terlaksana, jika aturan Islam diterapkan dalam bingkai khilafah. Wallahualam bissawab. Dewi Wisata. [LM/EH/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis