Eliminasi TBC Butuh Solusi Islam
Oleh : Nurjannah Sitanggang
Lensa Media News—Kasus Tuberkulosis (TB) di Indonesia mengalami pola peningkatan dari tahun ke tahun.
TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Berdasarkan data yang dirilis oleh WHO Global TB Report. Ada 834.000 insiden (kasus baru) di Indonesia pada 2010 yang meningkat menjadi 842.000 di tahun 2019 dan puncaknya mencapai 1.060.000 kasus pada 2022.
Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara dengan kasus tuberkulosis atau (TB) terbanyak. WHO Global TB Report 2023 juga merilis bahwa pada tahun 2022, angka mortalitas pasien TB tanpa HIV dan TB dengan HIV di Indonesia secara berturut-turut sebanyak 134.000 dan 6.700 kasus. Apabila dijumlahkan, total pasien TB yang meninggal selama setahun sebanyak 140.700, yang artinya, terdapat 385 pasien meninggal setiap harinya atau 16 orang meninggal setiap jamnya karena TB.
Permasalahan TB bertambah karena belum optimalnya temuan kasus, sehingga menjadi sumber penularan di masyarakat, serta rendahnya kepatuhan pasien TB dalam pengobatan yang menyebabkan meningkatnya risiko TB resisten obat.
Selain itu, di bidang sosio-ekonomi, pasien TB menghadapi stigma, diskriminasi, hingga kehilangan kesempatan untuk belajar, bekerja, dan bermasyarakat. Secara global, sekitar 50% pasien TB dan keluarganya menghadapi pengeluaran total melebihi pendapatannya hingga lebih dari 20%, yang terdiri dari pengeluaran biaya medis langsung, biaya non medis, dan biaya tidak langsung seperti kerugian pendapatan.
Untuk mengakhiri epidemi TB pada 2030 dan menekan kasus TB kurang dari 1 kasus per 1 juta penduduk pada 2050, Indonesia menjalankan upaya eliminasi TB yang selaras dengan program End TB Strategy yang diinisiasi oleh WHO.
Tiga pilar utama dalam program tersebut mencakup pelayanan dan pencegahan TB yang terintegrasi dan berpusat pada pasien, kebijakan dan komitmen politik dalam sektor kesehatan untuk eliminasi TB di Indonesia. serta penelitian dan inovasi dalam menyikapi tantangan terkait TB di Indonesia. End TB Agenda menargetkan penurunan angka kematian TB sebanyak 90%, penurunan kasus TB sebanyak 80%, serta peniadaan beban biaya yang ditanggung oleh pasien TB dan keluarga pada 2030.
TBC sangat berbahaya sebab tingkat kematiannya sangat tinggi. Disisi lain mahalnya biaya kesehatan, menjadikan rakyat kesulitan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan tuntas dalam pengobatan TB. Pengobatan TB yang cukup lama yaitu minimal 6 bulan tentu tidak mudah dijalani individu rakyat, sebab selain memikirkan biaya berobat rakyat juga harus bekerja banting tulang untuk menafkahi diri dan keluarga. Apalagi berbicara terkait penelitian dan inovasi tentu disini peran pemerintah seharusnya lebih dominan.
Mahalnya biaya kesehatan disebabkan konsep dalam sistem kapitalisme sekuler menetapkan pemerintah hanyalah sebagai regulator, cukup mempersiapkan aturan berupa undang-undang. Sementara pengusahalah yang menjadi eksekutor, dimana keuntungan menjadi targetnya.
Selama kesehatan dijadikan ajang bisnis mencari cuan, kita tidak mungkin berharap terwujud eliminasi TB dari kehidupan rakyat. Sebab rakyat sekedar bisa makan kenyang saja sudah melalui perjuangan berat. Memang ada BPJS, akan tetapi dalam BPJS rakyat tetap membayar premi. Lebih dari itu tidak semua rakyat mendapatkan kartu BPJS.
Di tengah kesehatan yang berbiaya mahal, sebenarnya Islam punya solusi yang sangat relevan. Islam menjadikan kesehatan sebagai salah satu fasilitas umum yang harus digratiskan oleh penguasa selain pendidikan dan keamanan. Tiga hal ini adalah kebutuhan kolektif asasi masyarakat. Dalam Islam ketiganya gratis. Penguasa harus menjalankan fungsinya sebagai riayah atau pengurus kehidupan rakyat.
Penguasa yang melalaikan urusan ini bisa dianggap zalim karena tidak menunaikan kewajiban syariat yang telah diwajibkan Allah dipundaknya. Dalam pandangan Islam rakyat berhak untuk mendapatkan pelayanan pendidikan, kesehatan, dan keamanan secara gratis.
Disisi lain berbicara tentang inovasi dan penelitian untuk eliminasi TB tentu juga butuh tenaga dan biaya tidak sedikit. Lagi-lagi ini mungkin terwujud jika pemimpinnya benar-benar sadar akan tanggung jawab terhadap rakyat dan paling utama adalah tanggung jawab dihadapan Allah.
Sebab pemimpin yang dilahirkan oleh sistem sekuler tidak jauh dari lingkaran korporasi, semua proyek demi cuan bukan demi amanah mulia dan tanggung jawab di akhirat.
Dalam bukunya berjudul “Sumbangan peradaban Islam pada dunia“, yang ditulis oleh Prof.Dr.Raghib As-Sirjani menyebutkan bahwa rahasia terbesar dibalik keunggulan dan keberhasilan peradaban Islam adalah adanya ikatan yang erat dengan kitabullah dan Sunnah RasulNya.
Penerapan Islam telah melahirkan para pemimpin yang benar-benar memberikan pelayanan terbaik untuk rakyatnya. Rumah sakit dan tenaga kesehatan yang memadai dan gratis menjadikan rakyat di masa khilafah hidup dalam kebaikan dan sejahtera. Wallahu’alam. [LM/ry].