Aspek Politik Perempuan Dalam Islam

Oleh : Safira Luthfia

 

Lensa Media News–Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menyatakan, bahwa pada tahun 2023 perempuan semakin berdaya karena meningkatnya indeks pembangunan gender.

 

Yang menggambarkan kesenjangan pencapaian pembangunan antara perempuan dan laki-laki. Jika semakin kecil angka IPG dengan 100, maka semakin setara juga pembangunan antara keduanya.

 

Hal ini dibuktikan dengan banyaknya perempuan yang mendapat kursi, baik di lingkup rumahnya, lingkungan masyarakat, bahkan sampai ke ranah politik legislatif. Banyak juga perempuan yang berhasil mendapat kedudukan kepala desa, kepala daerah, atau bahkan pimpinan di kementrian atau lembaga.

 

Lenny N. Rosalin mengatakan, bahwa keterlibatan perempuan yang lebih jauh mengakibatkan semakin setara gender di Indonesia. Dia menambahkan, bahwa perempuan yang berdaya akan menjadi landasan kuat dalam pembangunan bangsa.

 

Fakta Gelap Dibalik Segala Kebebasan

 

Mungkin benar, bahwa saat ini perempuan banyak yang mendapat ruang dalam lingkup kehidupan umum. Banyak dari mereka yang akhirnya mendapatkan ‘kebebasan’ dalam mengutarakan keinginannya. Tapi apakah hal itu benar terjadi?

 

Namun tak dapat dipungkiri juga bahwa saat ini banyak sekali perempuan yang mendapat perlakuan kontras dari yang saat ini diberitakan. Banyak perempuan yang mendapatkan diskriminasi, pelecehan, dicabut hak kehormatannya. Banyak perempuan saat ini yang berada dalam ambang kesedihan, tak punya cukup uang untuk bertahan hidup, lalu berakhir dengan menjual dirinya pada orang-orang berhidung belang.

 

Bukan hanya satu atau dua kasus yang berkaitan dengan betapa hina dan tidak amannya kondisi perempuan saat ini. Banyak orang yang terlena melihat kebahagiaan orang lain sehingga lupa bahwa ada orang yang sedang mengalami penderitaan saat itu juga.

 

Lantas, apakah benar? Bahwa perempuan baru mendapatkan martabatnya jika berhasil menduduki kursi legislatif? Apakah benar, jika perempuan baru akan dianggap bersinar jika dia berhasil menyetarakan segala kehidupannya dengan laki-laki yang ada di dunia ini? Apakah benar, bahwa ukuran kesuksesan dan kesetaraan perempuan itu harus disamakan dengan laki-laki?

 

Islam Punya Solusi

 

Islam mempunyai peraturan yang lengkap dan komperhensif, jelas bahwa fitrah perempuan tidak bisa disamakan dengan fitrah laki-laki. Tak bisa menyamakan kedudukan jika laki-laki bekerja, maka perempuan harus bekerja juga. Perempuan mendapat keistimewaan tersendiri dalam Islam, yang seringkali disalah pahami sebagai diskriminasi terhadap hak-hak perempuan.

 

Islam mengatur bahwa perempuan tidak bisa menjadi pemimpin, sesuai dengan sabda nabi. “Tidak akan berjaya suatu kaum yang menyerahkan urusan kepada perempuan.”(HR. Bukhari, Tirmidzi, dan An-Nasa‟i).

 

Atau dengan ayat Al-Qur’an yang menyatakn bahwa, “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (TQ.S. an-Nisaa‟ 4: 34).

 

Hal ini menunjukkan bahwa ketidakbolehan perempuan untuk ikut serta dalam lingkup kepemimpinan, sebagaimana yang dimaksud dalam politik demokrasi, karena segalanya memiliki porsi tersendiri dalam Islam.

 

Islam menjadikan kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki sesuai dengan fitrahnya masing-masing. Tak segala hal yang setara harus memiliki kesamaan. Wallahualam bisshawab. [LM/ry]

 

Please follow and like us:

Tentang Penulis