Refleksi Hari Ibu : Benarkah Perempuan Berdaya, Indonesia Maju?

Oleh : Hj. Sopiah

 

Lensa Media News- Hari ibu diperingati setiap tanggal 22 Desember, dan tahun ini mengusung slogan ‘Perempuan Berdaya, Indonesia Maju’. Kata ‘maju’ di sini diartikan sebagai kemajuan ekonomi dan kata ‘berdaya’ diartikan bahwa perempuan harus dapat menggunakan potensi dirinya di dunia kerja untuk menafkahi diri dan keluarganya. Negara berpendapat bahwa dengan terjunnya para perempuan ke dunia kerja maka akan menaikkan angka GDP (Gross Domestic Product) dengan demikian maka angka kesejahteraan masyarakat naik. Inilah logika yang dianut oleh ideologi kapitalisme, di mana standar kemajuan suatu bangsa diukur dengan angka GDP.

Faktanya Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim, namun miris pengelolaan negara yang diemban oleh pemerintah tidak menerapkan ideologi Islam, melainkan menganut sekuler kapitalisme. Yang pada hakikatnya prinsip ini justru menipu kaum perempuan. Di mana perempuan dieksploitasi dengan dalih kebebasan dan menjadikan perempuan sebagai poros berputarnya roda ekonomi, sehingga menanggung tekanan psikis dan fisik yang berat. Dengan demikian tidaklah aneh ketika terjadi berbagai macam masalah yang menimpa para perempuan seperti kekerasan di dunia kerja dan merajelalanya kemaksiatan dan penyakit HIV-AIDS dikarenakan pemerintah tidak memikirkan apakah pekerjaan tersebut halal/haram. Dan faktanya meskipun banyak perempuan bekerja hal tersebut tidak mengenyahkan kemiskinan. Sehingga jelas slogan perempuan berdata Indonesia maju adalah tidak benar karena faktanya angka kemiskinan terus meningkat. Dan akar masalah sebenarnya adalah pendistribusian kekayaan negara yang tidak adil dan pengelolaan SDA yang diserahkan kepada asing dan swasta, dan para perempuan hanya sebagai buruh rendahan dengan upah yang tidak mencukupi untuk memenuhi segala kebutuhan hidup. Apalagi di tengah kehidupan yang semakin tidak jelas seperti saat ini.

Sejatinya kewajiban untuk mencari nafkah adalah tugas kepala keluarga/suami dan negara wajib menyediakan lapangan pekerjaan untuk para kepala keluarga sehingga rakyat dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Namun yang terjadi saat ini pemerintah lepas tangan akan tanggung jawab tersebut, negara abai akan tugasnya sebagai pelayan umat.

Eksploitasi perempuan tidak akan terjadi apabila negara menerapkan sistem Islam dalam kehidupan bernegara karena Islam sangat memuliakan perempuan, Islam meletakkan fungsi perempuan pada fungsi dan peran keibuannya yakni mendidik generasi penerus yang berkualitas yang memiliki jiwa pemimpin yang berasaskan pada Islam. Hanya dengan sistem Islam maka para perempuan akan fokus untuk menjalankan tanggung jawabnya di rumah dan para lelaki mencari nafkah di luar rumah untuk mencukupi kebutuhan seluruh anggota keluarga dengan layak. Semua itu akan terwujud di dalam naungan daulah Islamiyah, karena hanya dengan sistem Islam kehidupan akan barokah dan kesejahteraan akan tercipta di negeri ini.

Wallahu’alam.

 

[LM/nr]

Please follow and like us:

Tentang Penulis