Getir Pilu Klinik Aborsi Ilegal

Kasus aborsi ilegal kembali muncul ke permukaan. Ditemukannya klinik aborsi ilegal di daerah Kelapa Gading (20/12). Dikabarkan, klinik yang dijalani oleh lulusan SMP dan SMA ini sudah melakukan 20 kali praktek aborsi. Tanpa latar belakang medis, rupanya klinik ilegal ini ‘dipercaya’ orang-orang yang ingin menggugurkan kandungannya.

Sekalipun aborsi dianggap perbuatan kriminal, nyatanya, tidak ada aturan yang benar-benar menghilangkan praktek aborsi. Hal ini dilihat dari lemahnya konsekuensi yang diberikan pada pelaku. Kalimat yang menyatakan bahwa aborsi ilegal adalah konsekuensi belum adanya layanan aborsi aman justru menambah permasalahan. Karena akar masalahnya adalah membolehkan aborsi yang menjadi konsekuensi dari perbuatan zina, pergaulan bebas, dan kebebasan yang kebablasan. Lebih spesifik lagi, dipisahkannya agama dari kehidupan membuat standar kebahagiaan bernilai materi semata. Materi dalam hal ini bukan hanya berupa uang, namun kesenangan sesaat melalui berdua-duaan dengan lawan jenis, bahkan sampai kontak fisik yang kebablasan dinilai sebagai kebahagiaan yang dicari di masa sekarang.

Agama tidak boleh dipisahkan dari kehidupan. Bahkan, agama manapun pasti melarang perbuatan zina yang dapat menyebabkan kehamilan di luar nikah, yang mana ini pasti memicu tindakan aborsi. Apalagi dalam Islam yang telah jelas-jelas bukan hanya melarang perbuatan zina, tetapi juga lebih sempurna lagi, yakni mengatur interaksi antara laki-laki dan perempuan. Jika hal ini dilaksanakan dengan baik, insyaAllah siapapun akan jauh dari perbuatan zina, apalagi sampai melakukan aborsi.

Musni Umar, seorang sosiolog, melalui Radio Republik Indonesia mengatakan bahwa pencegahan tidak dapat dilakukan sebatas dengan menangkap pelaku. Namun kesadaran moral dan spiritual harus dibangun di masyarakat. Pesan-pesan moral perlu terus disampaikan agar anak-anak tidak terjerumus pergaulan bebas yang dapat mengakibatkan kehamilan tak diinginkan.

Kalimat ini semestinya membuat kita berpikir untuk terus mendidik anak-anak dengan moral dan spiritual sebaik-baiknya. Bahkan, hal ini telah termaktub dalam ajaran Islam supaya pendidikan dalam lingkup apapun, semestinya mendekatkan manusia dengan pencipta. Inilah pendidikan yang jauh dari penerapan sekulerisme seperti sekarang ini, di mana agama hanya dipandang sebagai ranah terpisah dari aktivitas sehari-hari manusia. Padahal, justru adanya agama yang mengatur hidup manusia akan mengembalikan manusia pada peran sejatinya, sebaik-baik makhluk di muka bumi. Dengan menjadikan Islam sistem kehidupan, akan tercipta juga lingkungan yang mendukung bagi penerapan syariat dalam setiap lini kehidupan. Karena tentu peran lingkungan juga sangat penting untuk mewujudkan pergaulan sehat dan terjaga, sehingga hal-hal seperti aborsi ilegal ini tak perlu terjadi lagi.

 

Najma Nabila, Bogor

 

[LM/nr]

Please follow and like us:

Tentang Penulis