Santri Sejati: Siap Mengembalikan Kehidupan Islami!

Oleh: Sabila Herianti

 

Lensa Media News–Pada Minggu, 22 Oktober 2023, Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana Joko Widodo beserta para menteri mengadiri apel Hari Santri 2023 yang digelar di Monumen Tugu Pahlawan, kota Surabaya, provinsi Jawa Timur. Pada apel tersebut, presiden Jokowi, sebagai pembina apel mengajak semua pihak untuk terus menjaga semangat hari santri dalam menghadapi situasi dan kondisi saat ini yang mengalami krisis di berbagai sektor akibat perang Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina.

 

Presiden juga mengingatkan akan latar belakang dibentuknya hari santri, yaitu tidak lain merujuk kepada resolusi jihad, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Kiai Haji Hasyim Asy’ari selaku Rais Akbar Nahdltul Ulama pada masa kemerdekaan Indonesia (tirto.id, 22/10/2023).

 

Sedangkan, di tempat yang berbeda, Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat, mengatakan bahwa hari santri merupakan momentum untuk meningkatkan peran para santri dalam proses pembangunan nasional. Lestari juga mengatakan bahwa para santri harus dibekali nilai-nilai kebangsaan yang kuat dalam menumbuhkan nasionalisme didalam diri setiap santri dan santriwati (antaranews.com, 25/10/2023).

 

Sejatinya, motivasi para santri dan ulama dalam mempertahankan tanah air mereka tidak lain adalah perintah jihad karena panggilan agama bukan panggilan nasionalisme. Namun, nyatanya kini sistem sekularisme telah membajak motivasi tersebut sehingga mengalami degradasi. Kehidupan dalam sistem sekularisme (sistem yang memisahkan agama dengan kehidupan) menjadikan manusia tidak lagi diatur oleh syari’at, melainkan diatur oleh aturan buatan manusia yang tujuannya hanya untuk kepentingan-kepentingan manusia itu sendiri dan materi.

 

Hal inilah yang mengakibatkan potensi pesantren dibajak. Pesantren hanya dijadikan sebagai lembaga pendidikan yang mencetak para wirausahawan, dan bukan mencetak santri faqih fiddin yang sadar akan permasalahan umat dan mampu menyelesaikan persoalan tersebut.

 

Miris, kaum santri sekular hanya mencukupkan belajar agama di pesantren. Seolah-olah keilmuan yang mereka dapat dari pesantren hanya berlaku di pesantren. Begitu keluar dari pesantren, mereka ibarat buku-buku berjalan, sebab mereka mengetahui hukum syari’at namun enggan untuk menerapkannya.

 

Pada faktanya, Indonesia memiliki 36.000 pondok pesantren yang hal ini menjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam menentukan masa depan bangsa. Namun, potensi ini akan terbiarkan sia-sia jika negara masih menerapkan sistem kapitalis sekularisme. Sejatinya, potensi besar ini hanya dapat dirasakan apabila cara pandang kehidupan yang dipakai adalah cara pandang yang benar, yaitu cara pandang kehidupan Islam. Dalam Islam, setiap muslim didorong untuk berperan dalam kehidupan sesuai tuntunan Islam.

 

Dengan demikian, sudah menjadi suatu keharusan bagi kaum muslimin, termasuk para santri untuk memperjuangkan sistem kehidupan Islam ini sesuai dengan metode perubahan yang diajarkan Rasulullah saw. Yaitu, melalui thariqah umat untuk mewujudkan kembali kehidupan Islam. Wallahualam bissawab [LM/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis