Aksi Tak Pantas di Tepi Jalan, Keamanan Kota Dipertanyakan
Oleh: Siska Juliana
LensaMediaNews__Beredar di media sosial, video yang menggemparkan warga Kota Bandung. Video tersebut memperlihatkan aksi tak senonoh seorang pria dan wanita yang bersanggama di sebuah halaman ruko di Jalan Moch. Toha Kota Bandung pada Senin malam (23-10-2023). Tanpa rasa malu, mereka melakukan hal itu. Warga yang melintas, melihat persis kejadian tersebut. (Republika[dot]co[dot]id, 25-20-2023)
Kapolsek Regol AKP Aji Riznaldi Nugroho mengatakan bahwa petugas menduga pelaku yang melakukan aksi tersebut adalah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Petugas sudah berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan Satpol PP Kota Bandung.
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris MUI Jabar, Rafani Akhyar mengungkapkan bahwa aparat kepolisian harus segera menangkap pelaku aksi tak senonoh itu. Kalau itu ODGJ, masih bisa dimaklumi. Tetapi kalau bukan ODGJ, ini merupakan hal yang memprihatinkan dan memalukan bagi masyarakat Kota Bandung.
Beliau menambahkan, meskipun para pelaku ODGJ, polisi harus tetap menangkap mereka dan hal tersebut jelas tidak diperbolehkan. Karena peristiwa tersebut akan menumbuhkan kesan bahwa Kota Bandung amoral.
Beliau menegaskan, seharusnya pemerintah hadir mengurusi ODGJ dan gelandangan. Dengan adanya kasus tersebut, membuktikan bahwa pemerintah tidak hadir mengurus mereka.
Beginilah jika kita hidup dalam sistem kapitalisme sekuler. Para penguasa hanya berfungsi sebagai regulator. Keberpihakan mereka hanya kepada para pemilik modal. Janji manis untuk mengurus permasalahan umat hanya terucap saat pemilu saja. Faktanya ketika sudah menjabat, kepentingan para kapitalis lebih diutamakan.
Rakyat harus berjuang sendiri dalam memenuhi kebutuhannya. Ditambah harga kenaikan bahan pokok seperti beras dan bahan bakar minyak yang makin tinggi, menambah beban mereka. Lapangan pekerjaan pun menjadi hal yang sulit untuk didapatkan.
Sistem sekuler yang meniscayakan kebebasan juga membuat masyarakat terjebak dalam gaya hidup hedonisme. Apa pun dilakukan agar bisa memenuhi keinginan bukan kebutuhan. Alhasil, pengguna pinjol meningkat dan makin bertambah pula beban hidup mereka.
Tak ayal, makin banyak masyarakat yang mengalami depresi bahkan berujung bunuh diri. Inilah salah satu penyebab maraknya ODGJ dan gelandangan. Impitan hidup terus melanda dari berbagai aspek kehidupan.
Hal ini jelas berbeda dengan Islam. Sistem Islam memosisikan penguasa sebagai pemelihara, pelayan, dan pelindung urusan umat. Seluruh kebutuhan pokok (pangan, sandang, papan), maupun pendidikan, kesehatan, dan keamanan dijamin pemenuhannya oleh negara. Begitu pula dengan lapangan pekerjaan, negara akan menyediakan seluas-luasnya untuk para lelaki agar bisa mendapatkan nafkah bagi keluarganya.
Sebagaimana hadis Rasulullah saw.
“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR Al-Bukhari)
Negara juga menerapkan sistem pendidikan yang berlandaskan akidah Islam, sehingga akan menghasilkan generasi yang memiliki kepribadian Islam. Mereka akan taat kepada aturan Allah SWT senantiasa menjaga kehormatan dan memelihara rasa malu sehingga akan terhindar dari perbuatan negatif yang jelas dilarang oleh Allah.
Selain itu, negara mengontrol media agar tidak menayangkan konten-konten negatif yang dapat merusak pemikiran, seperti pornografi, gaya hidup hedonis dan materialistis. Media digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan pemahaman dan pemikiran Islam. Kehidupan masyarakat dipenuhi dengan suasana keimanan, melaksanakan amar makruf nahi mungkar agar aturan Allah SWT senantiasa ditegakkan.
Dengan begitu, hanya Islam yang bisa melindungi fitrah manusia dan menjaga kemuliaan serta kehormatannya. Sehingga, peristiwa bersanggama di pinggir jalan tidak akan pernah terjadi.
Namun, semua itu bisa terlaksana ketika syariat Islam diterapkan secara menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan, di bawah naungan sebuah kepemimpinan Islam. Lantas, apakah kita akan berdiam diri dengan sistem kapitalisme yang menyengsarakan atau ikut berjuang untuk mengembalikan kehidupan Islam?
Wallahu ‘alam bishshawab.