Santri Sawit dan Santri Singkong Penjaga Negeri
Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
(Institut Literasi dan Peradaban)
LensaMediaNews__Wakil Presiden (Wapres) KH Ma’ruf Amin memberi tiga pesan penting saat menghadiri Peringatan Hari Santri 2023 dan Silaturahmi Nasional (Silatnas) VII Kontak Santri Agribisnis Indonesia (Konsain) di Aula PP Syaichona Cholil, Balikpapan, Selasa (24/10/2023).
Pesan pertama agar para santri tidak bergeser dari nawaitunya, yakni selalu melakukan perbaikan. Perbaikan yang dimaksud meliputi semua aspek kehidupan dan keimanan kepada Allah SWT. Sebab, lngkah-langkah nabi itu adalah perbaikan, bukan kekuasaan. Pesan kedua agar para santri menjadi selalu menjadi penjaga tanah air. Sebab cinta tanah air adalah bagian dari iman. Santri harus mengawal NKRI. NKRI harga mati adalah konsesus nasional dan kesepakatan ini tidak boleh diciderai. Siapa yang melawan ini akan berhadapan dengan para santri di seluruh Indonesia tandasnya.
Fatwa jihad 22 Oktober 2045 menjadi ruh perjuangan para ulama untuk mengusir para penjajah, inilah yang penting untuk ditekankan. Pesan ketiga agar para santri harus bisa menjadi pemakmur bumi dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dan Indonesia secara luas. Saatnya santri bergerak, sebab kegiatan ekonomi kuncinya ilmu pengetahuan dan teknologi. Ma’ruf Amin kemudian memunculkan istilah santri sawit, santri singkong untuk solusi krisis pangan.
Sistem Batil Mungkinkah Bisa Cetak Penjaga Peradaban Cemerlang?
Pesan-pesan wapres kita seolah menepuk angin, begitu tinggi dilambungkan namun tak mendapatkan fakta yang mendukung bagaimana bisa tercapai. Santri adalah aset bangsa, berisi anak muda dengan jiwa dan tenaga terbaik di eranya. Banyak kini dari negara eropa, Jepang, Singapura, Taiwan bahkan Amerika merasa was-was karena potensi penjaga peradaban diisi oleh generasi tua, sedang generasi mudanya rusak bahkan berkurang karena liberalisasi.
Namun, jika ditilik lebih detil lagi, ada beberapa kesalahan penjelasan sehingga berisiko membahayakan pemahaman anak muda jika tidak ada penjelasan yang berimbang. Sejarah mencatat bagaimana keunggulan generasi Islam pertama binaan Rasulullah saw. Mereka generasi terbaik dan dijamin surga, akidah mereka kuat, visi misi mereka adalah akhirat. Perjuangan mereka meninggikan kalimat Allah tak diragukan lagi, penjaga agama yang tangguh. Santri terbaik yang layak jadi teladan.
Maka, sebab Islam adalah rahmatan lil aalamin, tidak mungkin hanya diemban di tempat, maka butuh dakwah dan jihad agar setiap manusia bisa merasakan indahnya Islam, cara yang ditempuh Rasulullah selanjutnya adalah membentuk negara yang artinya mengambil kekuasaan , mutlak, sebab Islam tanpa kekuasaan tidak mungkin bisa memimpin. Diterimalah kekuasaan tanpa syarat dari pemimpin Madinah kala itu Sa’ad bin Muaz.
Kemudian, Rasulullah membuat berbagai perjanjian untuk keamanan dengan berbagai suku di sekitar Madinah, dengan yang dikenal sebagai Piagam Madinah. Bedanya dengan hari ini, kekuasaan hanya untuk memilih pemimpin, sedang Islam adalah untuk melanjutkan kehidupan Islam. Ini yang dimutilasi sedemikian rupa, sehingga dampaknya kaum Muslim sendiri menolak diterapkan Islam sebagai kekuasaan. Maka sebetulnya jika harga mati adalah NKRI adalah bentuk penyesatan, sebab ruhnya adalah nasionalisme. Santri yang notabene bagian dari kaum muslim jelas harus menolak ide batil ini.
Nasionalisme menolak ukhuwah Islamiyyah, karena bertentangan dengan syariat maka bisa kita jawab mengapa hari ini pemimpin muslim menjadi bisu melihat genosida Israel laknatullah kepada rakyat Palestina. Karena akutnya nasionalisme yang melingkupi mereka. Empati dan simpatinya hilang karena sudah mendapatkan kekuasaan , padahal dengan kekuasaannya itulah mereka dihinakan.
Satu lagi, mungkinkah santri akan menjadi pemakmur negeri? Ini jelas bukan tugas mereka melainkan negara. Sebab negaralah penerap sistem yang kemudian dijadikan aturan dalam setiap urusan umat. Ya, sistem itu adalah kapitalisme. Dimana para santri diberi doktrin NKRI harga mati , di sisi lain seluruh kekayaan negeri ini dijual oleh para pejabat negeri ini kepada asing. Bahan pangan pokok impor, industri digenjot hilirisasi tapi eksplorasi oleh asing, negara hidup hanya dari pajak. Ironi! Mencintai bukan berarti memiliki bukannya hanya syair lagu, ternyata riil dalam kehidupan kita.
Islam Ciptakan Santri Hakiki
Memang benar, ilmu pengetahuan dan teknologi adalah kunci kemajuan sebuah bangsa, namun jika keduanya akan memiliki dampak yang berbeda jika diterapkan dalam sistem yang berbeda pula. Dalam sistem kapitalisme keduanya menjadi komoditas yang dimanfaatkan pihak yang memiliki modal besar. Kenyataannya rakyat samasekali tak memiliki akses mudah, pendidikan , kesehatan dan keamanan sangat mahal.
Menjadi keharusan bagi kaum muslim untuk segera mengganti sistem batil dan beralih kepada Islam. Tak ada jalan lain, penderitaan tak akan berakhir sementara harapan hanya tinggal harapan, santri hakiki, yang terwujud dalam diri pemuda kita, teguh dalam iman, kuat dalam takwa dan cerdas dalam ilmu serta teknologi hanya lahir dalam lingkup aturan Islam, yang memposisikan penguasa sebagai periayah rakyat. Wallahu ‘alam bishshawab.