Solusi Strategis Polusi Ibu Kota

Solusi Strategis Polusi Ibu Kota

Oleh: Ummu Sovuhi 

 

LenSaMediaNews.com – Jakarta kembali mendapatkan peringkat kedua sebagai kota dengan udara paling kotor di dunia. Sehingga udara di ibu kota pun masuk kategori kotor dan tidak sehat. Udara kotor ini berbahaya jika dihirup oleh manusia yang terkategori sehat apalagi untuk orang yang tidak sehat. Sering menghirup udara kotor bisa mengakibatkan gangguan kesehatan termasuk yang berhubungan dengan ISPA (infeksi saluran pernafasan akut). Banyaknya polusi yang mencemari udara tidak ayal membuat pemerintah harus turun tangan.

 

Ada 3 sektor utama yang menyebabkan rendahnya kualitas udara di ibu kota: sektor transportasi, sektor industri dan banyaknya gedung-gedung yang tinggi. Sektor transportasi menyumbangkan polusi terbanyak diatas 60% dan sektor industri lebih dari 30%, Sementara banyaknya gedung yang tinggi menjadikan sirkulasi udara tidak lancar.

 

Wajar saja ini terjadi sebab hampir 80% uang ternyata memang beredar di wilayah metropolitan Jakarta dan sekitarnya. Posisi Jakarta sebagai ibu kota dan banyaknya industri di Jabodetabek yaitu Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi memang telah menjadikan wilayah ini sebagai pusat mobilitas manusia. Arus urbanisasi pun meningkat tiap tahunnya. Tak ayal ini diikuti dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang menyumbang polusi terbanyak dari sektor transportasi.

 

Guna menurunkan tingkat polusi udara di Jakarta dan sekitarnya, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi: mulai dari uji emisi, menyiram jalan, sampai menyemprotkan air dari atas gedung pencakar langit. (BBC,2/9/2023)

Selain itu pemerintah juga menghimbau masyarakat untuk menggunakan transportasi umum, mengurangi aktifitas di luar ruangan dan kalau terpaksa harus keluar disarankan menggunakan masker dengan spesifikasi khusus.

 

Berbagai solusi yang diambil pemerintah hanyalah parsial tidak menyentuh akar masalah. Jika begitu kapan persolan ini bisa tuntas? Kapan ibu kota bisa mendapatkan udara bersih?

Jika kita melihat secara jeli akan tampak jelas bahwa ada dua akar persoalannya polusi ibu kota. Pertama adanya pembangunan yang tidak merata. Jakarta sebagai ibu kota nyatanya telah menjadi pusat mobilitas uang dan manusia. Banyak wilayah yang tidak menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup membuat rakyat terpaksa harus mendatangi Jakarta sebagai ladang mencari nafkah. Harus kita akui bahwa arus urbanisasi ke ibu kota tersebab lapangan pekerjaan yang minim.

 

Kedua, bahan bakar yang kotor dan tidak ramah lingkungan. Pemerintah memang mengijinkan bahkan mensubsidi penggunaan bahan bakar yang tidak sehat. Padahal seandainya negara memang benar benar peduli dan memikirkan nasib rakyat seharusnya bahan bakar yang disediakan dan disubsidi adalah bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Namun ini sepertinya tidak akan terjadi sebab pemerintah dalam demokrasi memang memposisikan diri sebagai mitra bisnis bagi rakyat. Wajar saja akhirnya fokusnya adalah keuntungan.

 

Dua hal ini terjadi karena akutnya sistem sekuler kapitalis yang diterapkan. Sistem kapitalisme ini telah menjadikan udara bersih jadi barang mahal. Sistem ini telah membuat penguasa gagal faham bahwa keberadaannya adalah untuk mengurusi rakyat bukan untuk berbisnis dengan rakyat. Dalam Islam negara wajib menjamin terpenuhinya kehidupan yang layak bagi rakyatnya termasuk menyediakan lapangan kerja. Lapangan kerja seharusnya mudah dijangkau dan tersebar di berbagai wilayah dengan tetap mempertimbangkan tata letak kota. Yakni wilayah industri tetap jauh dari pemukiman penduduk demi keselamatan rakyat.

 

Di sisi lain negara menyediakan bahan bakar yang sehat untuk industri dan transportasi. Memang dalam sistem demokrasi ini akan mahal, tetapi dalam Islam ini terkategori kepemilikan umum yang mana negara mengelola bukan demi untung. Jika kekayaan alam dikelola dengan benar maka bahan bakar yang sehat sangatlah murah atau bahkan gratis.

 

Inilah solusi strategis polusi ibu kota, hanya saja ini bisa diterapkan dalam sistem Islam. Dalam naungan sistem Islam, pemerintah memahami hakikat kekuasaan ditangannya semata-mata untuk meraih ridaNya. Bahwa kekuasaan itu hanyalah jalan meraih surga.

Wallahu’alam bishawwab.

 

Please follow and like us:

Tentang Penulis