Pernikahan Mewah di Tengah Penderitaan Rakyat


Oleh: Fitri Hasanah

 

Belum lama ini publik mendengar berita pernikahan mewah dari keluarga pemimpin tertinggi di negeri ini. Pernikahan yang melibatkan 11.800 personel pengamanan gabungan TNI dan POLRI (kompas.id) serta 11 ekor anjing yang didatangkan dari Polda Jateng (nasional.okezone.com). Begitu juga ratusan CCTV yang digunakan. Pernikahan ini dinilai memanfaatkan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi. Jajaran Menteri pun membantu pelaksanaan pernikahan tersebut.

 

Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera (populis.id) menyebutkan bahwa tugas utama seorang menteri adalah membantu presiden dalam mengurus negara, bukan membantu mengurusi urusan pribadi. Bahkan seorang wartawan (suara.com) menyebutkan alasannya tidak meliput acara pernikahan tersebut karena keluarga Jokowi tidak memiliki empati kepada rakyat yang sedang susah.

 

Pernikahan ini menjadi ironi di tengah penderitaan rakyat, yang menjadi korban gempa, yang terkena PHK, dan juga persoalan stunting yang masih menjalar di tengah masyarakat. Dalam sistem saat ini, terlihat betapa urusan pribadi dan kepengurusan masyarakat menjadi hal yang sangat berseberangan karena diurus sendiri-sendiri.

 

Kita menjadi rindu terhadap kepemimpinan Umar bin Khaththab, Umar bin Abdul Aziz, dan para khalifah lain yang sangat berhati-hati menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadinya. Yang untuk urusan lilin saja, ia matikan karena yang dibicarakan bukan urusan negara dengan tamunya, karena lilin itu milik negara.

 

Dalam kepemimpinan Islam, akidah Islam menjadi dasar bagi seluruh pengurusan pemerintahan. Penguasa sangat takut jika mereka masih ada rakyat yang menderita, karena mereka memahami bahwa amanah kepemimpinan bukan untuk berbangga-bangga, namun menjadi tanggung jawab yang mereka bawa hingga akhirat kelak.

 

Agama berperan menjaga rakyat. Keberlangsungan pemerintahan yang dijaga oleh Islam akan menjamin semua warga berada dalam kebaikan dan rahmat. Mereka aman dan sejahtera dengan perlindungan negara. Pemimpin mengurusi masyarakat dengan landasan iman dan takwa. Jika memiliki urusan pribadi maupun keluarga pun akan dilangsungkan secukupnya, dan tidak menggunakan jabatannya untuk mendapatkan manfaat dari fasilitas negara.

 

Kita merindukan sistem yang mampu menjamin seluruh masyarakat ada dalam kebaikan. Sejahtera, terjamin urusan pokoknya, dan dapat berkehidupan dengan layak. Pemimpin yang paham dan tahu bagaimana menempatkan diri. Mereka adalah orang yang sulit bermewah-mewah untuk urusan pribadi apalagi jika masih banyak hak rakyat yang belum tertunaikan.

 

Hanya Islam yang dapat mewujudkan impian masyarakat saat ini hingga nanti. Sebagaimana masa pemerintahan Rasulullah hingga kekhilafahan setelahnya. Bersandar pada Islam tidak akan menuai kekecewaan selama dijalankan dengan benar sesuai syariatnya. Wallahu a’lam bish shawwab.

Please follow and like us:

Tentang Penulis