Anak Cewek pun Jadi Pembully? Hii, Ngeri!
Oleh: Faiza Kameela
LenSa MediaNews__Sadis! Kata ini sepertinya pas untuk menggambarkan perilaku bullying yang dilakukan oleh beberapa remaja putri di Batam. Gimana enggak sadis, sebuah video viral menayangkan aksi bullying yang brutal.
SC (17) terlihat beberapa kali dipukuli oleh beberapa remaja. Menurut pengakuan korban, ia dipukuli karena sedang membela adiknya yang kabarnya mau diperjual belikan. Adiknya berhasil lari, eh, SC deh yang jadi korban (Tribun.com, 2/3/2024). Aksi bullying inipun viral di media sosial, lo, Sob! Bahkan anggota DPR Ahmad Sahroni ikut memberikan atensi terhadap video tersebut.
Cewek, kok Bisa Sadis?
Sob, rasanya enggak percaya deh kalau anak cewek yang biasanya berperilaku manis, kalem, enggak neko,-neko, bisa berubah kasar, sadis dan bengis. Sepertinya enggak masuk di akal, deh. Tapi realitasnya, banyak juga, kok cewek-cewek yang membuat geng dan suka menyakiti temannya.
Sob, masalah bullying sekarang bukan lagi cuma dialami dan dilakukan anak cowok. Kejadian di Batam jadi bukti, betapa cewek pun bisa agresif dan sadis. Banyak penyebab kenapa anak cewek pun bisa sebagai pelaku bullying. Di antaranya:
Korban bully sebelumnya.
Seperti yang dikatakan oleh salah satu pelaku, dia melakukan bullying sebagai balas dendam karena pernah menjadi korban.
Kurang perhatian orang tua.
Para pelaku bullying sering kali berasal dari keluarga yang enggak harmonis. Nina selaku Wakil Ketua Divisi Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) dan Pengasuhan Komisi Pengawasan Perlindungan Anak Kota Batam mengatakan, kasus bullying terjadi karena kurangnya perhatian dan pengawasan kepada anak dan tingginya angka anak yang putus sekolah.
Pengaruh teman.
Salah dalam memilih teman bisa jadi faktor jadi pelaku bullying, lo. Awalnya sih sekadar ikut-ikutan, lama-lama terbiasa deh. Biar dibilang kompak dan solid di antara teman kelompok. So, hati-hati dalam memilih teman, ya.
Pengaruh media.
Sob, zaman serba digital seperti sekarang, pengaruh media kepada masyarakat kuat banget. Belum lagi gim. Tontonan film, sinetron, atau kehidupan nyata yang terekspos di media sosial akhirnya membentuk budaya kekerasan. Nah, budaya ini dilihat oleh anak-anak dan punya potensi besar untuk memengaruhi pikiran mereka. Akhirnya, rasa kasih sayang sesama teman atau kepada orang lain semakin tergerus, Sob. Ada masalah sedikit, kaki dan tangan deh yang maju. Duh, miris banget, enggak sih?
Pendidikan dan Kehidupan Sekuler Biang Masalah
Sob, mau enggak mau harus kita akui, kalau kehidupan kita saat ini jauh banget dari nilai-nilai agama Islam. Sekalipun dalam kurikukum pendidikan kita ada pelajaran agama, tapi ternyata enggak mampu mencetak pelajar yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Benar, enggak?
Sistem kehidupan yang menjauhkan nilai agama sebagai tuntunan hidup, akhirnya hanya menempatkan agama sebagai ranah ibadah individu saja. Itupun kondisinya sekarang makin banyak, kok anak-anak yang enggak ngerti agamanya. Enggak pernah salat, enggak menutup aurat bahkan berani dan bangga berbuat maksiat. Astagfirullah!
Kehidupan yang dilandasi sistem kapitalisme dan segala sesuatu dinilai dengan uang, akhirnya melahirkan permasalahan sistemik nan kompleks. Mau sekolah yang penuh dengan pelajaran agama mahal. Karena kesulitan ekonomi, akhirnya banyak pelajar putus sekolah. Orang tua sibuk mencari nafkah, akhirnya abai dalam pengasuhan anak. Ruwet dan mumet ya.
Ayo Kembali Kepada Islam
Sob, masalah bullying bisa dipastikan nihil terjadi andai saja kita hidup di bawah naungan syariat Islam. Islam sudah menjaga manusia dari perilaku kekerasan melalui perintah saling menyayangi sesama. Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang tidak menyayangi, niscaya ia tidak akan disayangi.” (HR Al-Bukhari No. 328)
Melalui lisan Nabi-Nya pula, Allah Swt. mencela orang yang tidak punya rasa kasih sayang sebagai orang yang sengsara. Sabda Nabi saw.: “Tidaklah kasih sayang itu dicabut kecuali dari orang yang sengsara.” (HR Abu Dawud No. 4942)
Tuh, dalil ini menjadi bukti kalau Islam sebenarnya agama yang penuh nasihat, rahmat dan kasih sayang. Karena enggak diterapkan dengan paripurna, akhirnya seakan-akan enggak kelihatan powernya. Belum lagi kalau sistem sanksi yang tegas diberlakukan juga oleh negara, insyaallah masalah bullying akan kelar, Sob.
Selama ini negara terkesan enggak bisa menerapkan sanksi karena terhalang undang-undang tentang batasan umur anak. Definisi anak adalah yang berumur kurang dari 18 tahun. Padahal, banyak juga pelaku yang sudah baligh sebelum usia 18 tahun. Apa masih dianggap anak-anak? Sedangkan Islam hanya mengategorikan yang bisa terkena hukuman dan yang tidak adalah jika sudah baligh. Tuh, terlihat kan timpangnya hukum buatan manusia dengan Islam.
Nah, bagaimana? Masih sangsi kalau Islam adalah solusi dari semua masalah kehidupan? Yakin kalau kamu masih mau bertahan dengan sistem yang sekarang? Hmm, just think about it!
Wallahua’lam bishshawab.[]