Potret Buram Dunia Pendidikan
Oleh : Yumna Nur Fahimah
(Bandung)
Lensa Media News – Berbagai krisis melanda negeri ini bak air bah yang tidak kunjung usai. Kini, potret buram dunia pendidikan kian menjadi sorotan. Tawuran antar remaja, bolos sekolah dan mabuk-mabukan menambah daftar panjang problem bangsa ini.
Tim Patroli Perintis Presisi Polres Metro Depok menangkap tujuh anak muda yang hendak tawuran. Para ABG itu diketahui tengah siaran langsung di media sosialnya untuk mencari lawan tawuran. Katim Perintis Presisi Polres Metro Depok, Iptu Winam Agus mengatakan “Tujuh remaja dapat diamankan, 3 lainnya melarikan diri meninggalkan kendaraannya, 4 senjata tajam ditemukan di badan mereka, 2 celurit dan 2 parang.” Tidak hanya terjadi di Depok, kasus yang sama sebelumnya juga terjadi di Semarang yang melibatkan pelajar SMP. (Detiknews.com,27/02/2022)
Sejumlah pelajar di Kota Bandung terciduk oleh petugas Satpol PP sedang bolos sekolah sambil mabuk-mabukan di Taman Maluku, Jalan Citarum, Bandung Wetan.
Para pelajar tersebut kedapatan bolos sekolah oleh Tim Mojang Satgas Linmas yang sedang berpatroli di area Taman Maluku.
“Pada saat Mojang Satgas Linmas berpatroli didapati para pelajar sedang berkumpul pada jam sekolah dan didapati sedang mengkonsumsi minuman beralkohol di Taman Inklusi (Taman Maluku),” tulis akun Instagram @satpolppbdg, Jumat (4/11/2022).
Mirisnya, pemuda yang seharusnya menjadi pilar peradaban nyatanya kini kian mengalami kebobrokan. Atas dasar mencari eksistensi diri agar diakui keberadaannya, remaja hari ini tak luput dari perbuatan-perbuatan yang tidak terpikir secara matang dampaknya. Bahkan kematangan fungsi organ tubuh tidak diimbangi dengan kematangan berpikir.
Berulangnya potret buram ini sudah sejak lama menimpa remaja, semestinya dilakukan upaya mendasar untuk menuntaskan akar masalah penyebab kenakalan remaja, yakni secara sistemis. Sebab problem remaja di lingkungan pendidikan masih nihil dituntaskan hingga ke akar-akarnya. Buktinya kasus seperti ini selalu terulang setiap tahunnya.
Sejatinya jika kita mengamati ke akar masalah kenakalan remaja adalah masalah sistem pendidikan yang diterapkan untuk generasi saat ini. Sehingga tidak cukup jika hanya berganti kurikulum, apalagi berganti menteri. Sebab berganti kurikulum sudah beberapa kali terjadi begitupun berganti menteri.
Akar masalahnya adalah sistemnya. Sistem pendidikan yang diterapkan hari ini mengikuti sistem kehidupan yang mengatur masyarakat, yakni sekularisme kapitalisme yang memangkas peran agama dalam kancah kehidupan. Agama ditempatkan hanya pada urusan ibadah mahdoh semata. Padahal sangat jelas tertuang dalam undang-undang bahwa tujuan dari pendidikan Nasional di Indonesia yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik.
Islam adalah agama yang sempurna. Ajarannya mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Tidak hanya dalam perkara ibadah dan akhlak semata, bukan hanya sebagain lini kehidupan, melainkan kesemuanya ada tuntunannya. Panduan dan pedoman bagi seorang Muslim yakni Al-Quran dan As-Sunnah.
Berkenaan dengan pendidikan, dalam sistem pendidikan Islam paradigma yang digunakan berbasis Islam. Dimana landasannya adalah akidah Islam, yakni di balik penciptaan alam semesta, manusia dan kehidupan ada Al-Khaliq sebagai pencipta, serta keterkaitan kehidupan dunia dengan sebelum dan sesudah kehidupan dunia. Dimana semua yang kita lakukan di dunia akan di mintai pertanggungjawaban di akhirat. Paradigma inilah yang mendasari sistem pendidikan Islam.
Dalam sistem pendidikan Islam, memadukan tiga komponen utama yang berperan penting dalam tercapainya tujuan pendidikan yaitu keluarga, masyarakat dan negara. Tatanan kecil dari masyarakat yang bernama keluarga berperan dalam pembentukan kepribadian Islam. Apabila menginginkan anak yang dibaluti ketaatan, maka pendidikan yang berasaskan akidah Islam pun harus ditanamkan pada anak sejak usia dini agar terbentuk generasi yang yang bertakwa dan berkepribadian Islam.
Sementara masyarakat dalam sistem Islam berperan dalam kontroling terhadap perilaku individu, yakni penegakan amar ma’ruf nahi munkar demi terciptanya lingkungan yang mendukung ketaatan seorang anak. Apabila lingkungan masyarakat baik, maka akan terbentuk pula anak yang berkepribadian baik sesuai dengan tuntunan Islam.
Adapun negara memiliki peran yang paling sentral, yakni penggunaan kurikulum pendidikan yang berbasis Islam. Dengannya ditetapkan tujuan-tujuan pembelajaran yang menghantarkan seorang anak pada ketaatan. Pembuatan kurikulum yang berdasarkan akidah Islam dan paradigma pendidikan berbasis Islam.
Demikianlah kesempurnaan ajaran Islam dalam menciptakan sistem pendidikan yang mumpuni berasaskan Islam. Sehingga akan menghasilkan generasi yang bertakwa, berkepribadian Islam, serta mampu menghasilkan peradaban mulia.
Wallahu a’lam bissawab.
[LM/nr]