Nasib Generasi Tergadai Sistem Destruksi

Oleh: Yuke Octavianty

Forum Literasi Muslimah Bogor

 

Lensa Media News-Beragam agenda konser menjadi arah baru generasi masa kini. Konser “Berdendang Bergoyang” yang belum lama mengguncang, dengan jumlah peserta yang over capacity, terpaksa harus disudahi sebelum waktunya. Karena tak memenuhi syarat diselenggarakannya acara (kompas.com, 4/11/2022). Acara serupa, konser K-Pop, NCT yang luar biasa meriah. Konser yang direncanakan akan terselenggara selama 127 hari, bertarif fantastis (kompas.com, 6/11/2022) . Tiket yang dibanderol mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 3 jutaan, tetap disambut meriah para penggemar (Tribbunnews.com, 4/11/2022).

 

Ternyata, tak hanya konser K-Pop, konser – konser artis dalam negeri pun dilahap habis para penggemar konser. Konser Sheila on Seven yang bertajuk “Tunggu Aku di Jakarta” yang akan digelar 28 Januari 2023 di JIE Expo, PRJ Kemayoran, Jakarta pun telah ludes terjual dalam waktu singkat, hanya 30 menit (antaranews.com, 7/11/2022). Padahal harga yang ditawarkan pun cukup membuat geleng-geleng kepala, apalagi menilik kondisi ekonomi yang ekstrim saat ini. Terdapat 4 jenis tiket, Festival B (standing) Rp 300.000, Festival A (standing) Rp 450.000, Festival VIP (standing), Rp 750.000 dan VIP Table. Luar biasa.

 

Fenomena yang kini terjadi membuat kita mengelus dada. Fakta yang nyata tersaji memperlihatkan bahwa nasib generasi hari ini tak baik-baik saja. Segala yang terjadi adalah buah sistem rusak yang merusak. Destruktif. Dan terus merongrong nasib generasi. Tak sadarkah kita? Bahwa generasi saat ini akan menjadi pemimpin di masa datang. Lantas akan jadi apa kita semua? Jika generasi yang seharusnya menjadi harapan, justru generasi abai yang doyan perbuatan lalai. Miris.

 

Gaya hidup hedonis, liberal ini pun melahirkan budaya permisif. Budaya serba boleh. Bercampur baur dengan lawan jenis, yang katanya hanya berstatus teman. Meminum minuman keras dengan alasan menghargai gaya hidup komunitas. Dan generasi seperti ini sudah pasti generasi rusak yang abai akan masa depan. Dan semua perbuatan ini biasa didapati dalam pergumulan konser-konser yang kini tengah subur tumbuh di tengah kehidupan generasi muda. Memprihatinkan.

 

Tak bisa dipungkiri. Inilah buah sistem sekulerisme. Sistem yang kini dijadikan pijakan dalam berpikir dan berbuat. Sistem yang benar-benar menjauhkan segala aktivitas dunia dari aturan agama (baca: syariat Islam). Diperparah oleh sistem kapitalistik yang liberal. Yaitu sistem yang selalu menghitung-hitung keuntungan materi, tanpa peduli akibat yang terjadi. Bahkan segala akibatnya ini merusak masa depan generasi.

 

Lebih parahnya lagi, liberalisme yang mengusung Hak Asasi Manusia, dijadikan landasan dalam berpijak. Menganggap bahwa manusia berhak sepenuhnya atas segala keputusan hidupnya. Dan ini adalah gaya Barat dalam memandang makna kehidupan. Bebas sebebas-bebasnya, tanpa perlu ada ikatan dengan aturan. Apalagi aturan agama. Tentu, ini adalah pemahaman yang keliru dalam mengarungi jalan kehidupan.

 

Negara pun tampak abai pada nasib generasi. Padahal negara memiliki kekuatan luar biasa dalam mencipta regulasi yang dapat menjaga potensi dan kehormatan generasi. Namun, nyatanya justru ratusan konser difasilitasi. Konser menjamur dimana-mana. Baik konser artis lokal maupun internasional. Inilah wajah sistem kapitalisme. Yang penting memberi keuntungan secara materi, dan agenda itu akan terus digenjot demi mendongkrak pendapatan.

 

Tak semestinya, potensi pemuda yang seharusnya berprestasi dan luar biasa menjadi hancur lebur karena sistem sekuler liberalisme yang benar-benar merusak.

 

Dalam Islam, generasi muda adalah pemegang tonggak peradaban. Sudah seharusnya melayakkan diri dengan ilmu yang mumpuni. Agar kehidupan cemerlang dapat diraih.

 

Pemuda Islam yang tersohor namanya. Abadi hingga kini. Mush’ab bin Umair. Beliau dalah seorang sahabat Nabi SAW yang utama. Pemuda cerdas yang diutus Nabi SAW untuk mendakwahi penduduk Yatsrib, Madinah. Pendakwah handal yang memberikan pemahaman luar biasa pada penduduk Madinah kala itu. Hingga terbentuklah pemahaman sempurna tentang syariat Islam yang harus diterapkan secara menyeluruh. Tak hanya pendakwah, Mush’ab bin Umair pun menjadi pembawa bendera perang dalam perang Uhud. MasyaAllah. Gambaran seorang pemuda cerdas nan gemilang dalam dekapan syariat Islam.

 

Ternyata tak hanya Mushab bin Umair, ada banyak sekali pemuda cerdas tangguh yang berkepribadian Islam. Diantaranya, Usamah bin Ziad (18 tahun), Sa’ad bin Abi Waqash (17 tahun), Al Arqam bin Abi Arqam (16 tahun), Zubair bin Awwam ( 15 tahun), dan masih banyak lagi pemuda Islam tangguh. Tangguh dalam ilmunya, tangguh dalam jihadnya serta tangguh membela syariat Islam.

 

Hanya sistem Islam yang dapat mencipta generasi cerdas cemerlang yang berkepribadian Islami. Demi meraih peradaban gemilang. Sistem yang dapat sempurna menerapkan syariat Islam yang menyeluruh. Baik dalam proses pendidikan generasi maupun penerapannya untuk membenahi kehidupan. Sistem Islam dalam wadah institusi yang shahih. Institusi yang menerapkan syariat Islam seutuhnya. Wallahu a’lam bisshowwab. [LM/ry]

Please follow and like us:

Tentang Penulis