Ketika Rumah tak Lagi Aman Bagi Anak

 

Oleh: Yulweri Vovi Safitria

 

LenSaMediaNews.com – Rumah adalah sumber kebahagiaan, ketenangan, dan kekuatan. Dalam rumah pula seorang anak serta anggota lainnya merasa aman dan nyaman. 

Namun, belakangan ini, rumah dan anggota keluarga yang merupakan sumber kebahagiaan seorang anak mulai terkikis perlahan. Bahkan rumah yang seharusnya tempat berlindung dari lingkungan luar tidak lagi didapatkan sepenuhnya bagi sebagian anak.

Berbagai kasus kejahatan, kekerasan, pelecehan, bahkan pembunuhan justru dilakukan oleh keluarga terdekat. Seperti orang tua terhadap anak, anak terhadap orang tua, maupun dari kerabat ataupun sebaliknya.

Keluarga yang seharusnya melindungi dan mengayomi justru menyelakai keluarganya sendiri. Deretan kasus kekerasan, pembunuhan, dan pelecehan oleh anggota keluarga menjadi topik pemberitaan akhir-akhir ini.

Sebagai contoh kasus FVA, gadis disabilitas yang berusia 20 tahun tersebut dilecehkan oleh ayahnya sendiri. Sebelumnya, beberapa kasus kekerasan, dan dicekoki pil gila disertai pelecehan, juga terjadi. (batamnews.co.id, 23/10/2022)

Fenomena ini tentu sangat memprihatinkan. Hal itu tidak lepas dari dampak penerapan kapitalisme yang melahirkan liberalisme, hedonisme, juga egoisme. 

Keadaan dan keselamatan anak tidak hanya dikhawatirkan ketika berada di luar rumah. Akan tetapi keberadaannya di dalam rumah tak urung menimbulkan kekhawatiran pula. Apalagi jika dididik oleh orang tua yang tidak memiliki akidah Islam yang kuat. Tidak paham hakikat penciptaannya, dan tidak paham pula akan adanya kehidupan setelah kematian.

Begitu pula dengan anak, mereka berada dalam bayang-bayang ketakutan akan kekerasan serta pelecehan, sebagaimana banyak disaksikan di media elektronik maupun media sosial. Anak juga berpotensi menjadi korban ataupun sebagai pelaku, ini tentu sangat berbahaya. 

Lantas, jika rumah dan keluarga saja sudah tidak aman, ke mana anak harus minta perlindungan?

Liberalisme yang berlindung di balik HAM, telah melahirkan orang-orang bermental serigala, di mana yang kuat menindas yang lemah. Hal ini bisa dilihat dari berbagai kekerasan maupun pelecehan yang dilakukan terhadap anak-anak di bawah umur, maupun anak penyandang disabilitas. Peran orang dewasa yang seyogyanya melindungi tidak lagi berfungsi dan patut dipertanyakan.

Rasa aman begitu mahal, bahkan di dalam rumahnya sendiri. Tidak ada pula jaminan keamanan bagi mereka, saat berada di lingkungan masyarakat.

Peran Keluarga Muslim

Pembetukan karakter seorang anak dimulai dari keluarga dan orang tua. Dari keluarga pula anak tahu tujuan hidup, visi dan pedoman hidupnya yaitu Islam. Dari orang tua, anak bisa mendapatkan gemblengan kedisplinan, kasih sayang dan kemandirian. Kedua orangtuanya lah yang akan mengantarkan dan menjadikannya baik atau sebaliknya.

“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah hingga ia fasih (berbicara). Kedua orangtuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”

Orang tua tak hanya memenuhi kebutuhan materi, tetapi yang paling penting adalah penanaman akidah yang benar yaitu akidah Islam. Cara bergaul, hingga bagaimana ia melindungi dirinya dari tindakan kejahatan.

Bila semua itu gagal anak dapatkan, maka tidak menutup kemungkinan ia akan melakukan tindakan-tindakan yang merugikan dirinya dan orang lain. Menyelisihi dan bertentangan dengan Islam.

Oleh sebab itu, betapa pentingnya menyamakan visi misi kedua orang tua. Dengan mengawali mencari pasangan yang sesuai tuntunan Islam. Jika terlanjur mendapatkan pasangan yang tidak baik, maka didiklah, dan belajar bersama. Sehingga akan lahir anak-anak yang berkepribadian dan berakhlak Islam.

Sementara itu, masyarakat memiliki peran menjadi penjaga generasi dengan melakukan amar makruf nahi mungkar dan muhasabah kebijakan negara.

Sedangkan negara berperan penuh dan menyeluruh  dengan menanamkan ketakwaan individu melalui kurikulum pendidikan dan seluruh perangkat yang dimiliki. Menerapkan sistem pendidikan, sistem ekonomi, sistem sanksi, serta sistem informasi dan sosial berdasarkan akidah Islam.

Dengan demikian, orang tua maupun masyarakat paham peran mereka dalam mendidik anak sebagai penerus generasi. Anak menjadi aman di manapun mereka berada. Baiti jannati tidak hanya sebagai tulisan atau quote semata, tetapi benar-benar terwujud dalam keluarga yang hidup di dalam sistem Islam. Pun, keluarga yang sakinah mawadah wa rahmah tidak hanya isapan jempol belaka, tapi nyata dalam naungan daulah khilafah.

Wallahu’alam bishowwab.

[AAH/LMN]

Please follow and like us:

Tentang Penulis