Larangan Hijab di India dan Standar Ganda HAM
Oleh: Ulfah Sari Sakti S,Pi
(Jurnalis Muslimah Kendari)
Lensa Media News – Fakta kaum muslim tidak akan tenang hidup di negeri yang jumlah mereka minoritas, berbeda dengan jika kaum muslim sebagai mayoritas, maka umat lain akan hidup tenang, semakin nyata dengan adanya fakta pelarangan hijab bagi pelajar di India.
Dilansir dari suara.com (18/2/2022), negara bagian Karnataka di India mengeluarkan perintah untuk menutup sekolah dan perguruan tinggi selama tiga hari setelah terjadi sejumlah unjuk rasa, yang menanggapi beberapa sekolah menolak masuk murid yang memakai hijab.
Partai-partai oposisi dan kritikus di India menuduh jika pemerintah di tingkat federal dan negara bagian telah melakukan diskriminasi terhadap agama minoritas dan beresiko memicu kekerasan.
Pengadilan Tinggi Karnataka sedang mempertimbangkan untuk menentang larangan hijab tersebut.
Senin kemarin (7/2), ratusan dari siswa dan siswi, termasuk orang tua mereka, turun ke jalan menentang larangan penggunaan hijab di sekolah. Mereka menuntut agar siswi diizinkan menghadiri kelas meski mereka memakai jilbab.
Aktivis HAM, termasuk Malala Yousafzai, pemenang Nobel, sudah menyuarakan keprihatinan mereka dengan menyebutkan pelarangan hijab beresiko meningkatkan Islamophobia.
Mereka mengatakan kekerasan dan ujaran kebencian terhadap muslim semakin meningkatkan di bawah pimpinan Modi dan Partai Nasionalis Hindu.
“Mengecam hijab adalah tidak adil dan diskriminatif. Mereka yang menentangnya tercatat merusak sekularisme dan secara terbuka mendukung mayoritarianisme,” kata Zakia Soman, Pendiri Bharatiya Muslim Mahila Andolan, sebuah kelompok Muslim Perempuan.
Padahal menurut mereka India adalah sebuah negara multikultural yang memiliki jaminan kebebasan beragama yang tercantum dalam konstitusi.
Islamphobia dengan Melarang Hijab, Melanggar HAM
Wakil Ketua Umum (Waketum) MUI, Anwar Abbas menyesali larangan penggunaan hijab di beberapa lembaga pendidikan di India. Tindakan tersebut dinilai sebagai Islamphobia bagi umat muslim di sana.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) sangat menyesalkan adanya larangan memakai hijab di sejumlah sekolah di India terutama di negara bagian Karnataka. Hal ini jelas-jelas mencerminkan Islamphobia, permusuhan dan kebencian dari pihak pemerintah terhadap rakyatnya sendiri yang beragama Islam.
Anwar mengatakan perlakuan buruk yang diterima oleh umat Islam di India, juga telah menyakiti hati umat Islam yang ada di Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia.
Senada itu, Pengamat Masalah Perempuan, Keluarga dan Generasi, dr Arum Harjanti pelarangan hijab di India merupakan salah satu bentuk kebencian terhadap Islam. Pelarangan ini juga merupakan bukti bahwa slogan HAM yang selalu digembar-gemborkan Barat hanyalah omong kosong.
“Ini menunjukkan perlakuan yang berbeda terhadap kaum muslim, termasuk juga sikap Barat kepada Taliban. Sikap yang jelas-jelas sangat berbeda ternyata juga ditunjukan Barat ketika dengan keras menuntut Taliban untuk memberikan porsi menteri kepada perempuan sebagai wujud kesetaraan, bahkan dijadikan sebagai syarat bagi Taliban untuk mendapat pengakuan sebagai sebuah negara berdaulat,” katanya.
Menurutnya, semua ini semakin membuktikan adanya standar ganda pada ide HAM yang diterapkan oleh Barat. “Padahal Barat terus mengkampanyekan hak untuk mengelola tubuh perempuan melalui Kampanye My body is my own. Namun, ternyata yang dikampanyekan Barat hanyalah kebebasan untuk mengelola tubuh yang terkait dengan fungsi reproduksi dan seksual,” ungkap Arum (muslimahnews.net, 13/2/2022).
Perlakuan umat Hindu India terhadap umat Muslim sangat jauh berbeda dengan umat Hindu yang berada di negeri Islam, tidak terkecuali di Indonesia. Mereka bebas melakukan aktivitas keseharian dengan rasa aman.
Umat Muslim Indonesia sadar bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Islam mengakui lakum dinukum waliyadin “(Untukmu agamamu dan untukkulah agamaku” (ayat ke-6 QS Al Kafirun).
Tidak heran jika hal-hal yang berkenaan dengan syariat dilecehkan, tidak terkecuali dengan kewajiban menutup aurat perempuan, maka tentunya mereka akan membela. Seperti fakta sejarah yang ditunjukkan oleh Khalifah Al Mu’tasim Billah Dinas Abbasiyah.
Pada tahun 837, beliau menyahuti seruan seorang budak muslimah dari Bani Hasyim yang sedang berbelanja di pasar yang meminta pertolongan karena diganggu dan dilecehkan oleh orang Romawi. Kainnya dikaitkan ke paku sehingga ketika berdiri, terlihatlah sebagian auratnya.
Setelah mendapat laporan tentang pelecehan tersebut, beliau pun menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu Kota Ammuriah (Turki). Catatan sejarah menyatakan bahwa ribuan tentara muslim bergerak di bulan April 833 Masehi dari Baghdad menuju Ammuriah.
Hal ini menunjukkan jika hanya kekhalifahanlah yang dapat mempersatukan kaum muslim untuk menolong kaum muslimah India. Semoga kaum muslim dunia semakin tersadarkan bahwa hanya penegakkan Islam Kaffah, solusi islamphobia di India.
Wallahu’alam bishowab
[el/LM].