Islamophobia Membendung Kebangkitan Islam

Oleh: Yani Ummu Qutuz

(Pegiat Literasi dan Member AMK)

 

Lensa Media News – Dikutip dari CNN Indonesia, 27/1/2022, Kepala Badan Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Boy Rafli Amar, menyatakan sedikitnya terdapat 198 pondok pesantren yang terafiliasi dengan sejumlah terorisme, baik dalam dan luar negeri, termasuk ISIS. Hal ini disampaikan dalam rapat dengar Komisi III DPR pada 25/1/2022.

Hal ini menimbulkan keresahan banyak pihak yang mempertanyakan pernyataan BNPT terkait pesantren dan terorisme. Sekretaris Jendral Majlis Ulama Indonesia (MUI), Amirsyah Tambunan yang mempertanyakan berdasarkan apa pendataan tersebut dan apa metodologinya. Seharusnya, BNPT melakukan tindakan preventif bersama lembaga terkait dan menjelaskan pada publik agar tidak menimbulkan stigma negatif terhadap pesantren. Karena pesantren adalah tempat menimba ilmu agama bagi generasi bangsa.

Tindakan BNPT dianggap tidak adil karena sering melabeli Islam dengan terorisme. Selama 2021, BNPT bersama Densus 88 telah menindak 364 terduga teroris yang semuanya berafiliasi pada Islam. Berbeda perlakuannya terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua, jelas-jelas mereka membakar masjid-masjid dan membunuhi banyak warga sipil, namun mereka tidak diumumkan sebagai kelompok teroris ke hadapan publik.

Dengan adanya stigmatisasi pesantren, berdampak terhadap semakin menguatnya Islamophobia di tubuh umat. Hal ini akan menjadikan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan berbasis agama. Para orang tua akan merasa takut untuk memasukkan anaknya ke pesantren.

Lebih jauh lagi, stigmatisasi pesantren akan merugikan bangsa di masa yang akan datang. Kita akan kehilangan putra putri terbaik hasil didikan para ulama yang akan menjadi generasi pembangun peradaban cemerlang. Tentu kerugian yang besar bukan? Lantas, mengapa stigmatisasi dan Islamophobia terus diaruskan? Ada motif apa di balik itu semua?

Motif utamanya adalah membendung kebangkitan Islam. Stigma negatif akan melahirkan Islamophobia, yaitu ketakutan akan ajaran Islam dan pemeluknya. Mirisnya, Islamophobia tidak hanya diidap oleh Barat yang non-muslim, tapi juga diidap oleh orang Islam sendiri. Akhirnya umat Muslim merasa takut untuk mempelajari agamanya sendiri dan lebih percaya pada ajaran Islam ala Barat.

Pemahaman Barat yang sekuler akan terus menggerus pemahaman kaum muslimin terhadap agamanya, bahkan hingga menggerus akidah mereka. Sampai kaum Muslimin Brotherhood rida hidup di bawah aturan Barat, yang sebenarnya untuk menggiring mereka agar tunduk pada kepentingan Barat.

Barat paham betul, peradaban Islam adalah satu-satunya gangguan terbesar bagi mereka untuk menguasai dunia. Maka harus sedini mungkin menghadang kebangkitannya dengan cara menjauhkan kaum Muslim dari pemahaman Islam kaffah.

Sungguh telah nyata kebencian kaum kafir terhadap umat Islam. Propaganda pesantren sebagai sarang teroris adalah bentuk pelecehan terhadap syari’at. Hal ini terjadi akibat ketiadaan perisai umat, yaitu khilafah Islam. Dengan institusi khilafah, marwah kaum Muslimin akan terjaga. Maka tidak ada alasan bagi kaum Muslimin untuk berpangku tangan dalam memperjuangkan terwujudnya kembali Khilafah ‘ala minhajinnubuwah.

Wallahu ‘alam bishshowab.

 

[LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis