Mantan Presiden sekaligus Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jusuf Kalla (JK) menyebut bahwa tidak ada masjid yang radikal. JK juga meminta agar masjid tidak dianggap salah. Menurut JK, jika terdapat pihak yang salah, yang Radikal adalah orang yang berbicara di masjid tersebut (1/2).

Kedudukan masjid bagi umat Islam bukan sekadar tempat salat, namun juga sebagai tempat berdakwah, berkoordinasi, mengajarkan ilmu, silah ukhuwah dan tak jarang masjid menjadi tempat aman dan nyaman dalam berlindung saat terjadi musibah. Karenanya tak heran umat Islam berupaya menjaga dan memakmurkan masjid dalam rangka ibadah dan meraih kemaslahatan bersama.

Pengaitan masjid dan radikalisme bukanlah hal tepat. Apalagi ada wacana pemetaan masjid. Hal ini menunjukkan adanya islamophobia di negeri ini yang harus segera dituntaskan. Apalagi negeri ini berpenduduk mayoritas muslim. Pemetaan masjid sangat berpotensi menimbulkan perpecahan dan kegaduhan di negeri ini.

Isu radikalisme bukanlah permasalahan urgen yang harus direspon secara tuntas. Pasalnya belum terdapat bukti nyata pengaruh buruk radikalisme terhadap berbagai permasalahan yang melanda negeri ini. Semisal buruknya kondisi ekonomi, hal itu jelas bukan karena isu radikal. Bahkan banyaknya kriminalitas bukanlah akibat dari radikalisme.

Dengan demikian, sangat tak layak mengkaitkan radikalisme dengan masjid. Tak ada masjid yang radikal. Jangan memunculkan kegaduhan dan perpecahan, apalagi kondisi negeri ini masih dilanda beragam permasalahan yang butuh solusi secara nyata.

Nanik Farida Priatmaja,

 

[hw/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis