Bahaya Narasi Moderasi Berkedok Toleransi

Oleh: Yuke Octavianty

(Komunitas Pejuang Pena Dakwah)

 

Lensa Media News – Moderasi beragama tak pernah habis dibahas di tanah demokrasi yang berpijak pada sistem sekuler. Belum lama diselenggarakan Simposium dan Webinar “Penguatan Pemahaman Moderasi Beragama Untuk Ustadz Pendidikan Pesantren” yang diadakan oleh Universitas Islam Malang (Unisma) (radarmalang.jawapos.com, 30/9/2021). Acara tersebut diikuti oleh ustaz dan ustazah Pondok Pesantren se-Indonesia dan banyak Perguruan Tinggi Nahdhatul Ulama. Rektor Unisma, Prof. Dr. H Maskuri, M.Si., memaparkan bahwa tujuan acara ini untuk menggaungkan misi perdamaian, harmoni dan sikap moderat di tengah perbedaan dalam kehidupan.

Maskuri juga menyebutkan bahwa penguatan moderasi harus dilakukan pada jajaran pondok pesantren, karena institusi ini merupakan paku bumi atau pilar bangsa untuk mempertahankan kesatuan NKRI (radarmalang.jawapos.com, 30/9/2021).

Skenario moderasi beragama begitu cantik dimainkan oleh para pemuka negeri. Tak peduli bahaya laten yang ditimbulkannya. Permainan ini sungguh permainan berbahaya yang menggadaikan akidah umat. Akibatnya, kerusakan akidah yang menjalar pada hancurnya keimanan seorang muslim.

Sistem sekuler salah kaprah dalam memaknai toleransi. Toleransi dimaknai sebagai sikap saling menghormati antar umat beragama tanpa saling menjaga akidah masing-masing. Disinilah bahaya itu timbul. Toleransi yang harus diwaspadai karena dapat merusak akidah umat. Alih-alih ingin menjaga keharmonisan dengan umat beragama lain. Namun, akidah agama sendiri (baca: Islam) ternodai.

Dalam sistem sekularisme, toleransi dianggap sesuatu yang sangat sulit diwujudkan jika masing-masing agama “fanatik” dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Sekularisme, pemisahan kehidupan dari aturan agama, inilah yang menjadi biang keladi munculnya gagal paham toleransi. Sesungguhnya pemahaman yang tertancap dalam paham sekularisme telah mencabut pemahaman umat. Telah merusak makna toleransi yang sahih.

Islam memaknai toleransi sebagai upaya menghormati keyakinan agama lain tanpa merusak akidah umat Islam. Cendekiawan Muslim, Ustaz Muhammad Ismail Yusanto mengemukakan bahwa moderasi Islam yang kini tak pernah berhenti dihembuskan merupakan usaha barat untuk melemahkan kekuatan umat muslim (mediaumatnews.com, 3/7/2020). Dalam Islam, seorang muslim dituntut untuk menjadi muslim kuat yang kaffah dalam penerapan syariat. Dengan adanya moderasi Islam, akan menciptakan lemahnya pemahaman kaum muslimin terhadap ajaran agama Islam. Secara praktis, kaum muslimin dapat dengan mudah membenarkan agama dan kepercayaan lain selain Islam. Disinilah, kelemahan kaum muslimin muncul. Keadaan tersebut yang diimpikan kaum Barat agar mudah memecah belah kekuatan kaum Muslimin.

Hanya dengan penerapan syariat Islam yang kaffah (menyeluruh), toleransi yang sahih dapat diterapkan. Standar sandaran toleransi hanya bersumber dari Al Quran dan As Sunnah. Segala perbuatan yang dibolehkan dalam Al Quran dan As Sunnah, itulah yang menjadi batasan toleransi bagi kaum Muslimin. Bukan bersandar pada aturan manusia, yang pasti rusak dan merusak.

Realita yang nyata terlihat saat syariat Islam kaffah diterapkan. Diterapkan dalam institusi yang sahih, yaitu Khilafah.

Kekhilafahan mencerminkan kehidupan toleransi yang luar biasa. Sistem Islam memberikan batasan yang jelas dan baku tentang makna toleransi dalam kehidupan umat beragama. Sejarah menyebutkan, Spanyol sebagai salah satu cermin hidup toleransi antara Muslim, Yahudi dan Kristen. Di India, sepanjang kekuasaan Abbasiyah dan Utsmaniyyah, Muslim dan Hindu hidup rukun selama ratusan tahun. Sistem Islam mempunyai tujuan yang jelas.

Instansi kekhilafahan, sangat menghargai kehidupan antar umat beragama. Tentu berdasarkan aturan Allah SWT dan Rasulullah SAW. Kekhilafahan pun melayani seluruh rakyatnya dengan pelayanan yang istimewa tanpa membedakan agama, strata atau status sosial. Tujuannya jelas, yaitu untuk mendakwahkan Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamiin. Agama sahih yang menebar kebaikan bagi seluruh umat. Dan institusi yang sahih pun berperan dominan dalam menjaga akidah rakyatnya.

Wallahu a’lam bisshowwab.

 

[el/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis