Hijab Syar’i Diterima Karena Dakwah, Begitupun Khilafah!

Oleh: Anita Rachman
(Muslimah Peduli Peradaban) 

 

Lensa Media News – Jika hari ini kita bisa bebas menunaikan kewajiban menutup aurat secara sempurna, maka tidak demikian halnya dengan wanita muslimah di era 80-an. Bahkan mengenakan kerudung pernah dilarang di negeri ini khususnya di sekolah-sekolah negeri.

Kala itu, sanksi yang bisa diterima oleh siswi yang mengenakan hijab bisa berbentuk teguran, interogasi di ruang BK, hukuman skors, dijemur di lapangan sambil hormat bendera, bahkan sampai dikeluarkan dari sekolah negeri dan pindah ke sekolah swasta. Begitu banyak kasus pelarangan hijab yang terjadi sepanjang tahun 1985 sampai 1989 (voi.id, 26/11/2019).

Tak terasa sudah kurang lebih 40 tahun berlalu dan kini keadaan telah banyak berubah, ke arah yang lebih baik. Gelombang hijrah terasa semakin kuat. Banyak umat tergerak mengkaji Islam lebih dalam, hingga salah satunya memahami bahwa berhijab syar’i bukan pilihan, melainkan kewajiban. Meskipun polemik menutup aurat bagi wanita muslimah khususnya di lembaga pendidikan masih saja muncul, namun pemahaman umat jauh lebih kuat. Apakah kesadaran ini muncul begitu saja? Atau ada kekuatan yang mampu membangkitkan pemahaman umat akan hukum syariat?

Sesungguhnya kebangkitan umat yang hakiki hanya akan didapat dengan mengubah pemikirannya. Karena perilaku seseorang lahir dari pemikiran atau pemahamannya. Rasulullah saw mengubah pemikiran, pemahaman hingga perilaku bangsa Arab yang jahiliyah melalui aktivitas dakwah. Sebagaimana Islam sampai ke negeri inipun karena dakwah.

Sesungguhnya dari dulu, selalu ada yang menyeru bahwa menutup aurat secara sempurna adalah wajib, setiap hari, terus menerus. Terutama sejak kitab-kitab para ulama timur tengah masuk ke nusantara. Perlahan namun pasti, dengan ijin dan pertolongan Allah, umat pun paham dan akhirnya mengikuti.

Maka, demikian halnya dengan khilafah. Jika kita amati, 10 tahun lalu belum banyak yang membahas tentang khilafah, bahkan disebut utopis, mimpi. Namun lihat hari ini, opininya menggema di seluruh negeri, bahkan dunia, mulai dari warung kopi hingga para akademisi.

Meskipun tetap ada pro kontra yang mengiringi bahkan cenderung phobia hingga menentang dan memusuhi para pengembannya. Namun, keyakinan kuat bahwa khilafah adalah bagian dari ajaran Islam yang perlu dipahamkan kembali kepada umat, membuat para pengembannya terus maju. Hingga opini khilafah bukannya surut, namun terus membesar dan semakin diterima umat.

Semuanya karena dakwah. Phobia tentang khilafah dengan segala bentuk stigmanya juga terjadi karena belum sampainya dakwah kepada mereka. Umat terlalu jauh terpisah dari kehidupan di bawah naungan Islam sejak khilafah diruntuhkan Kemal Ataturk laknatullah tahun 1924, 97 tahun yang lalu. Digantikan dengan virus sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan secara keseluruhan. Umat menganggap Islam sebagaimana agama-agama yang lain, sebatas mengatur shalat, zakat, puasa, haji dan ibadah ritual lainnya. Islam tak sedikit pun boleh menyentuh urusan pendidikan, sosial, ekonomi, apalagi politik pemerintahan.

Maka, tugas selanjutnya adalah terus mendakwahkan kepada umat, bahwa Islam adalah agama yang sempurna, mengatur seluruh aspek kehidupan. Dan khilafah adalah role model sistem pemerintahan yang telah dicontohkan oleh Khulafaur Rasyidin yang memungkinkan diterapkannya syariat Islam secara menyeluruh. Apalagi tegaknya adalah janji Allah dan telah dikabarkan oleh Rasulullah S.A.W. Adakah yang meragukan apa-apa yang datang dari Allah dan Rasulullah saw?

Sebagaimana hijab syar’i diterima umat karena dakwah, maka begitupun Khilafah. Kapan dan dimana tegaknya maka itu adalah hak prerogatif Allah SWT. Pertanyaannya adalah, dimana posisi kita? Sebagai bagian dari yang mendakwahkannya? sekedar menunggu dan menonton? atau justru ada di barisan orang-orang yang menentang? Maka itu adalah pilihan yang kelak akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.

Mengutip kata-kata dalam sebuah artikel di laman Hidayatullah.com, 22/11/2015 yang berjudul “30 Tahun Perjuangan Melawan Larangan Jilbab”; “Wahai para siswi, resapi, hargai dan teruskan perjuangan pendahulumu! Kelak sejarah akan mencatatmu dengan tinta emas sebagai pejuang-pejuang jilbab”. Maka seruan hari ini adalah; “Wahai para pengemban dakwah, pahami, yakini dan lanjutkan perjuangan menyerukan Islam yang kaffah! Kelak sejarah akan mencatatmu dengan tinta emas sebagai pejuang-pejuang khilafah, Allahu Akbar!”.

Wallahu a’ lam bish showab.

 

[ry/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis