Cara Islam Cegah Stunting

Oleh : Ummu Azkasya

 

Lensa Media News – Hari Keluarga Nasional (Harganas) diperingati setiap tanggal 29 Juni. Harganas dibentuk sebagai peringatan akan pentingnya keluarga. Keluarga dianggap memiliki peran penting terhadap ketahanan nasional. “Dari keluargalah kekuatan dalam pembangunan suatu bangsa akan muncul” (BKKBN).

Tahun ini Harganas ke-28, BKKBN mengangkat tema “Keluarga Keren Cegah Stunting”. BKKBN berpendapat penurunan prevalensi stunting merupakan pilar utama bagi pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas di masa depan. Indonesia saat ini berada pada peringkat kelima tertinggi angka stunting.

Bahkan prediski BKKBN 7 juta bayi berpotensi stunting pada tahun 2024. Pemerintah melalui BKKBN melakukan upaya untuk menurunkan angka ini berupa program intervensi gizi spesifik pada 1000 hari pertama kehidupan anak (HPK). BKKBN bahkan menggandeng berbagai pihak untuk mencapai target ini.

Sulit dipungkiri, faktor ekonomi dan pendidikan adalah penyumbang tingginya angka stunting di Indonesia. Kemiskinan menyebabkan keluarga sulit mencukupi kebutuhan pangan . Karena itu untuk mengatasi stunting perlu menyentuh akar masalahnya. Negara perlu berbenah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sehingga persoalan gizi keluarga dapat teratasi.

Mestinya menjadi persoalan mudah bagi Negara yang gemah ripah loh jinawi ini. Namun penerapan ideologi kapitalisime dengan sistem demokrasinya lebih memberikan peluang pada swasta dan asing untuk menguasai kekayaan negri ini. Sumber daya alam yang melimpah tak serta merta memberikan kesejahteraan bagi masyarkat, karena terserap habis oleh para pemodal.

Minimnya lapangan pekerjaan diperparah era pasar bebas, yang memberikan karpet merah pada tenaga asing untuk menempati berbagai bidang pekerjaan di negeri ini. belum lagi merajalelanya korupsi bahkan untuk bantuan sosial pun acap kali menyusut ketika sampai ke masyarakat. Selain itu pendidikan memegang peran penting dalam terpenuhinya gizi keluarga.

Pendidikan yang rendah akan menurunkan tingkat pengetahuan makanan dan kebutuhan gizi dari orang tua dalam menyediakan pangan keluarga. Sebuah keluarga bisa jadi mampu menyediakan bahan pangan berkualitas, namun makanan yang di sajikan tak memenuhi gizi seimbang karena minimnya pengetahuan yang dimilikinya.

Baik faktor rendahnya ekonomi maupun tingkat pendidikan tak bisa lepas dari penerapan idelogi kapitalisme yang diterapkan saat ini. Penerapan kapitalisme melahirkan kesenjangan sosial, tidak terjaminnya kebutuhan dasar baik pangan maupun pendidikan. Oleh karena itu, mewujudkan generasi bebas stunting perlu menyentuh persoalan mendasar yaitu terkait sistem kehidupan yang dianut.

Mustahil mengharapkan kehidupan yang sejahtera dari sistem kaptalisme. Sehingga saatnya kita beralih kepada sistem yang lebih baik, yaitu Islam dengan menegakkan khilafah. Dalam Islam, pangan dan pendidikan adalah kebutuhan dasar yang harus terpenuhi bagi semua warga Negara.

Dalam Islam, negara wajib memberikan pelayanan kesehatan, pendidikan dan keamanan secara gratis karena termasuk kebutuhan dasar warganya. Termasuk menyediakan berbagai fasilitas untuk mengakses kebutuhan tersebut. Seperti tersedianya rumah sakit, sarana pendidikan beserta infrastruktur dan sarana lain yang mendukung. Selain itu negara juga wajib menciptakan kondisi yang dapat menjamin kebutuhan pokok secara tidak langsung berupa menyediakan lapangan pekerjaan yang layak bagi semua kepala rumah tangga. Jika ada individu yang tidak sanggup bekerja, keluarga atau ahli waris berkewajiban menanggungnya. Jika tidak ada maka negara wajib menanggungnya melalui kas baitul mal.

Demikianlah mekanisme yang dilakukan negara Khilafah dalam menjamin kebutuhan masyarakat. Dengan terjaminnya kebutuhan masyarakat, melalui kualitas ekonomi dan pendidikan yang tinggi maka akan dihasilkan keluarga yang kuat secara ekonomi dan berilmu pengetahuan tinggi sehingga memahami pemenuhan gizi keluarga. Akhirnya angka stunting dapat teratasi ketika akar persoalannya telah terselesaikan.

Wallahu a’ lam bish showab.

 

[ry/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis