Ulah Sikap ‘Santuy’ Corona Makin Tancap Gas
Oleh: Perawati
Lensa Media News – Sepekan setelah libur Idul Fitri, kasus covid-19 kembali meningkat. Satgas Covid mencatat kenaikan kasus nasional pada pekan pertama setelah Idul Fitri mencapai 56 persen. Jawa masih menjadi episentrum lonjakan kasus. Sementara Jakarta masuk fase genting penyebaran covid-19.
Lonjakan kasus meningkat secara signifikan hingga mencapai 302 persen.
Diantara faktor yang menyebabkan masifnya penularan yaitu: Tingginya mobilitas masyarakat, prokes yang semakin longgar dan diperparah dengan rendahnya pemeriksaan dan pelacakan. Bahkan, kondisi ini bisa tidak terkendali apabila jumlah pasien terus meningkat sementara fasilitas kesehatan tidak mampu menampung pasien.
Penyebab lain Covid-19-19 makin masif karena penyebaran varian Delta, Beta, Alfa dan Gamma. Varian baru tersebut memiliki tingkat penularan lebih tinggi.
Berdasarkan data Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, sudah ada 70 kasus corona yang berasal dari varian tersebut. Dengan rincian Delta (34 kasus), Alfa(31 kasus) dan Beta (5 kasus).
Bukan hanya itu covid yang makin menggila menyebabkan keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) dan perawatan intensif (ICU) rumah sakit meningkat. DKI Jakarta tercatat memiliki tingkat keterisian tertinggi, yakni 74 persen. Bahkan rumah sakit darurat covid Wisma Atlet Kemayoran tingkat keterisian mencapai 92 persen. Hal serupa juga terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Barat tingkat keterisian BOR dan ICU mencapai 70 persen.
Kondisi ini membuat rumah sakit rujukan covid sulit menerima pertukaran pasien. Yang tak terelakkan krisis alkes, matkes dan nakes sudah di depan mata. Jika laju Covid-19-19 tidak segera diredam maka rumah sakit berpotensi mengalami stagnasi atau kolaps.
Menanggapi hal ini, pakar epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman mengatakan sudah saatnya pemerintah pusat dan daerah mengubah strategi dalam menangani pandemi Covid-19.
Strategi selama ini terbukti tidak mumpuni menangani wabah. Apalagi pemerintah terlihat ‘santuy’ menyikapi wabah Covid-19-19 sejak awal penyebaran. Kebijakan plin-plan membuat penularan makin tak terkendali. Himbauan karantina wilayah dari para ahli tidak dihiraukan. Sumbang saran para kapital lebih didengar ketimbang saran para ahli dalam menangani wabah. Pemerintah cendrung mengambil kebijakan praktis untuk menyelamatkan perekonomian. Ujungnya ekonomi terus merosot, wabahpun makin tancap gas.
Edukasi minim mengaburkan pemahaman masyarakat mengenai Covid-19. Sikap plin-plan pemerintah juga menambah buruknya komunikasi publik mengenai Covid-19. Seperti kebijakan pilih-pilih mengenai kerumunan. Kerumunan Pilkada, ultah pejabat tak mengapa, sementara kerumunan yang lainnya kena pidana.
Di saat negara lain perketat pintu masuk warga negara asing akibat perkembangan kasus varian baru corona. Pemerintah masih melonggarkan masuknya WNA secara bergelombang demi investasi. Seolah corona memilih tempat dan waktu di mana kasus positif melonjak.
Sementara masyarakat dilarang mudik, ziarah kubur dan silaturahmi. Saat korona makin tancap gas yang disalahkan masyarakat yang mudik, masyarakat yang tidak taat prokes. Apakah pemerintah juga menyalahkan WNA yang membawa varian baru sehingga menyebar di masyarakat? Rasanya tidak ada deretan berita dari media mainstrem yang memberitakan. Atau deretan berita lonjakan kasus setelah pilkada? Sangat terlihat tebang pilih dan ketransparanan pemberitaan covid dari pemerintah.
Perilaku mengabaikan protokol kesehatan sejatinya bukanlah sepenuhnya kesalahan masyarakat. Pemerintah mestinya muhasabah diri apa yang menjadi penyebab masyarakat mendapat informasi tak utuh mengenai Covid-19.
Edukasi yang selama ini masih minim bisa jadi menjadi penyebab ketidak pahaman masyarakat tentang bahaya Covid-19. Bahkan, sikap pilih kasih dan kebijakan plin-plan yang setengah hati pemerintahlah yang menjadi sebab ketidakpercayaan publik.
Jika pemerintah serius, sepenuh hati melayani apalagi menjamin kebutuhan rakyat, bukan hal sulit untuk menundukkan mereka menaati pemimpin serta kebijakannya. Dan bukan hal yang sulit untuk mengendalikan wabah jika kebijakannya tepat. Apalagi pemerintah memberi contoh teladan yang baik pada masyarakat. Wallahu’alam. [LM/El]