Pandemi Covid-19 itu Nyata dan Belum Berakhir
Oleh: Arie Nurfianti, S.Pd.I.
(Pendidik di Pondok Tahfiz Khoiru Ummah Sumedang)
Lensa Media News- Laman berita di Indonesia setiap saat dipenuhi suguhan informasi semakin tingginya angka korban Covid-19. Berita kematian tetangga, saudara, kenalan, menghiasi speaker mesjid juga beranda media sosial. Banyak RS yang menambah ruang isolasi bagi pasien Covid-19-19. IGD pun penuh oleh pasien Covid-19-19. Bahkan ada RS yang sampai membuat fasilitas beberapa tenda darurat (Liputan6com).
Covid-19 tidak memandang siapa korbannya, baik tokoh publik maupun grassroot, intelektual ataupun orang yang tak pernah mengenyam bangku sekolah, tua atau muda, kaya atau miskin, orang yang percaya covid itu ada maupun orang yang menganggap keberadaan covid ini hanyalah sebuah konspirasi. Tenaga kesehatan pun, baik dokter maupun perawat, sudah banyak yang jadi korban virus ini. Jika nakes banyak yang tumbang, sementara pasien covid semakin banyak, lantas siapa yang akan merawat mereka?
Indonesia telah dikelompokkan oleh WHO dalam kategori A1 High Risk Covid-19. Artinya, posisi Indonesia sejajar dengan India, Pakistan, Brasil, Filipina, dan sejumlah negara Arfrika. Seperti pada peta ini.
Melihat Covid-19 semakin menggila, tentulah kita semua mesti melakukan evaluasi bersama. Kenapa ini bisa terjadi? Virus ini Allah yang ciptakan. Harusnya keimanan kita kepada Allah semakin tinggi. Allah itu Maha Kuasa. Dengan virus yang kecil mampu menumbangkan banyak manusia di banyak negara hingga akhirnya berpengaruh terhadap berbagai sisi kehidupan. Banyak usaha bangkrut, kemiskinan meningkat. Pendidikan formal pun terganggu, KBM menjadi online, dengan berbagai permasalahan yang menyertainya.
Taubatan nasuha, tobat yang sungguh-sungguh itu yang harusnya kita lakukan, kita terlalu banyak dosa, membangkang terhadap perintahnya, tak acuh terhadap aturannya. Baik secara individual maupun dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Penanganan pandemi pun harus total. Total mengambil solusi penanganan pandemi dari Islam. Karena hanya Islam yang dapat memberi solusi yang paripurna, tidak tambal sulam. Rasulullah Saw. telah memberikan teladan terbaik di masa wabah penyakit tha’un. Beliau sampai membuat tembok penghalang antara daerah wabah dan yang bebas wabah. Istilah saat ini “lock down”. Hingga wabah bisa segera berakhir. Orang-orang yang ada di daerah wabah tidak boleh keluar.
Begitu pun sebaliknya, orang-orang dari daerah yang sehat tidak boleh masuk daerah wabah. Jadi, di luar daerah wabah, semua aktivitas berjalan normal, belajar tetap tatap muka, aktivitas ekonomi pun tidak terganggu, ibadah di masjid pun berlangsung sebagaimana biasanya, tidak ada salat jamaah dengan jaga jarak.
Lalu, bagaimana kondisinya jika penanganan pandemi sudah salah dari awal? Yang sehat, tetap jaga prokes, stay at home jika tidak ada keperluan yang mendesak.
Pemerintah sebagai institusi yang berwenang dalam menangani pandemi pun harus bertindak tegas dalam melindungi rakyatnya. Konsisten dalam menjalankan solusi, jika sekolah dilakukan secara online, maka tempat wisata dan tempat-tempat yang berpotensi menimbulkan kerumunan pun harus ditutup. Program vaksinasi pun harus mendapat perhatian serius. Yang tidak kalah penting, kita semua senantiasa berdoa agar Allah segera menghilangkan pandemi ini.
Allaahu musta’an. Wal ‘iyaadzu billaah. Wallahu a’lam bish showwaab. [LM/Mi]