Siapa Orang yang Mulia Itu?

Oleh: Novita Ertiana

 

Lensa Media News – Menjadi manusia yang mulia adalah dambaan setiap orang. Karena pada dasarnya manusia memiliki naluri baqa atau naluri untuk mempertahankan diri yang sudah Allah ciptakan sekaligus saat manusia itu diciptakan. Sehingga berbagai macam cara dilakukan agar kemuliaan dirinya dapat dilihat orang lain dan dia dihargai orang lain.

Namun sayangnya, adakalanya standar kemuliaan yang dipandang manusia adalah hal yang berbeda dengan pandangan Allah. Sebagian manusia memandang kemuliaan dapat dia nikmati jika harta bergelimangan dalam hidupnya. Dengan hartanya dia merasa manusia lain akan memuliakan dan menghormatinya. Segala kebutuhan hidup dapat dipenuhi dengan harta yang dimilikinya. Dengan standar ini manusia berlomba-lomba mencari harta dengan berbagai macam cara. Tak pandang cara yang dilakukan halal ataukah haram, yang penting bagaimana dia bisa mengumpulkan harta yang banyak.

Namun faktanya banyak orang yang bergelimangan harta, mampu membeli kebutuhan dan segala yang dia butuhkan, namun akhirnya dia mengakhiri hidupnya dengan cara yang tidak semestinya. Dengan satu alasan, hidupnya tidak bahagia. Jika pun ada yang bahagia ternyata hartanya tersebut hanya membuat dia mulia saat hartanya melimpah, saat dia diambang kebangkrutan, semua orang di dekatnya satu persatu meninggalkannya.

Ada pula yang memandang bahwa agar dia menjadi mulia di mata manusia lainnya jika dia punya kekuasaan yang membuatnya berada pada jabatan kekuasaan tertinggi atau menjadi pejabat tinggi. Sehingga berbagai macam cara dia halalkan untuk meraih kekuasaannya yang dianggap mampu memuliakan dirinya. Tak peduli halal haram dalam pemilihan, yang penting dia bisa meraih kekuasaan dan mulia lah kedudukannya karena lebih tinggi dibandingkan masyarakat biasa. Ternyata faktanya, banyak penguasa yang setelah jabatannya berakhir, masyarakat meninggalkannya begitu saja.

Tak sedikit anggapan kemuliaan akan diraih seseorang jika dia memiliki gelar pendidikan yang tinggi, sehingga dia berupaya sekuat tenaga untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya, bahkan tidak sedikit untuk mendapatkan gelar tersebut seseorang berani menempuh cara yang tidak halal dan memalukan, mendapatkan gelar profesor atau lulus kuliahnya tanpa melalui jalur pendidikan, cukup dengan membeli ijazah. Bahkan membuat skripsi untuk S1, tesis untuk S2 dan disertasi S3 didapatkan tanpa dikerjakan sendiri. Sehingga kebanggaan atas gelar yang diperolehnya bukan atas usahanya namun dianggap akan mampu membuat dirinya dianggap mulia dan hebat oleh manusia lainnya. Namun dia lupa jika waktu hidupnya di dunia sudah berakhir tak akan dibawa mati gelarnya tersebut. Dia hanya membawa gelar almarhum di setiap namanya disebutkan orang yang masih hidup.

Namun, Allah telah mengabarkan bahwa sesungguhnya manusia yang mulia dihadapan Allah adalah yang paling tinggi ketakwaan kepada Allah, sebagai mana dalam Quran surat Al hujurat ayat 13 berikut:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.”

Ketakwaan adalah bukan banyaknya harta, tingginya kekuasaan, atau gelar pendidikan yang tinggi, namun ketakwaan adalah ketika kita sebagai hamba Allah mampu menjalankan perintah Allah secara kaffah dalam kehidupan yang fana ini. Karena dalam kehidupan dunia ini Allah sudah membuat aturan yang lengkap untuk menuntut kita menjadi orang yang mulia di sisi Allah. Karena mulia di sisi manusia belum tentu mulia di sisi Allah. Sementara mulia di sisi Allah, selayaknya di dunia dia akan diangkat derajatnya oleh Allah. Sekalipun banyak pembenci yang tidak suka dengan Islam kaffah yang diterapkan dan diperjuangkannya. Namun, keyakinan nya kepada Allah membuat dirinya kuat dalam menghadapi ujian dan cobaan dalam hidupnya. Bahkan keyakinan tersebut mampu membuat dirinya bertahan dalam mengahadapi isu negatif dan propaganda terhadap dakwahnya. Keyakinan yang kuat bahwa dengan berpegang teguh pada hukum Allah akan membuat dirinya menikmati kehidupan akhir yang menggembirakan.

Wallahu a’lam.

[ra/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis