Say No To Pacaran
Oleh: Nabila Zidane
(Forum Muslimah Peduli Generasi dan Peradaban)
Putus cinta bisa membuat orang berani bertindak nekat melakukan hal yang keji hingga menghilangkan nyawa orang lain.
Dilansir dari jpnn.com, (12/5/2021) menurut Psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi., mengatakan penumpukan emosi yang bercampur menjadi satu yaitu sedih, kecewa, dan marah menjadi salah satu motif pelaku berbuat hal nekat.
Namun, bukan hanya karena faktor emosi saja, tapi memang dari kepribadian mereka yang impulsif, sehingga semakin menguatkan dan mendorong orang tersebut untuk melakukan tindakan yang nekat. Ikhsan juga menjelaskan, patah hati bisa membuat seseorang cenderung berpikir negatif.
Islam Melarang Aktivitas Pacaran
Aktifitas pacaran umumnya aktifitas yang mendekati zina. Biasanya aktivitasnya berdua-duaan, sayang-sayangan, berboncengan, makan romantis berdua, liburan berdua dan faktanya banyak kasus yang berujung perzinaan hingga kasus aborsi.
Allah Swt. melarang keras aktivitas pacaran ini. Allah Swt. berfirman di dalam Al-Quran surat Al-Isra ayat 32,
وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.“
Sayangnya, kehidupan yang sekuler ini sukses membuat para milenial gagal paham mana yang halal dan mana yang haram. Walaupun tahu hukum pacaran haram tapi tetap saja dilakukan karena tidak paham bahwa hidup ini untuk beribadah kepada Allah Swt. (QS. Adz-Dzariyat: 56).
Sistem kapitalis yang diterapkan saat ini telah membuat para milenial berpandangan bahwa hidup untuk mendapatkan keuntungan materi sebesar-besarnya. Salah satu caranya dengan pacaran, terlebih kalau mendapat pasangan anak Sultan wuih bakalan dimanja-manja abis. Kemana-mana ada yang nganterin dan dibayarin lagi. Sekolah ada yang nyemangatin dan seribu alasan lainnya.
Masyarakat kapitalis memandang pacaran adalah sesuatu yang wajar, justru yang tidak mendapat pacar sering di bully dan dikatakan tidak laku. Begitulah kemunduran berfikir umat Islam, yang benar dianggap salah dan yang salah dianggap benar. Mirisnya orang-orang yang paham pun takut meluruskan karena dianggap ikut campur urusan pribadi orang lain serta takut dibilang melanggar HAM.
Ditambah lagi negara yang menerapkan sistem kapitalisme ikut-ikutan menyebarkan racun ini dengan membiarkan konten-konten percintaan tayang bebas di media kita. Gencarnya sinetron percintaan mulai dari sinetron ABG hingga rumah tangga yang sering menayangkan adegan romantis. Film-film layar lebar juga tak mau kalah mengangkat tema percintaan remaja. Belum lagi postingan di media sosial mulai dari facebook, instagram, twitter dan youtube semua berlomba-lomba memamerkan keromantisan pasangan masing-masing. Bagaimana gak baper para milenial yang nonton? Hingga mereka tertarik ingin memiliki pacar juga.
Ingat, apa yang kita tonton sehari-hari secara tidak sadar telah mempengaruhi cara berfikir dan berperilaku kita. Inilah yang membuat milenial semakin rusak pemikirannya, mengakses media bukannya tambah pintar tetapi justru terinspirasi untuk melakukan maksiat.
Makanya, milenial butuh sekali mengkaji Islam secara kaffah. Mengkajinya harus serius, istiqamah dan sabar serta wajib ada guru yang membina. Dengan begitu insyaAllah para milenial akan memiliki kepribadian Islam yang kokoh. Orang yang memiliki kepribadian Islam paham sekali bahwa hidup ini untuk beribadah kepada Allah Swt. Alhasil para milenial akan menjadi lebih produktif dalam kebaikan serta takut melakukan kemaksiatan. Milenial seperti inilah yang akan selamat dunia akhirat.
Tapi tidak cukup sampai di sini saja, sebagai wujud sayang kita kepada sesama, maka kita harus ikut mendakwahkan Islam. Kita buat semua orang terinspirasi, memahami dan ingin menjalankan semua aturan Allah Swt. Dengan begini, maka lingkungan kita akan menjadi lingkungan yang Islami. Alhasil kita menjadi semakin mudah dalam menjalankan ketaatan. Karena lingkungan yang Islami pasti suasananya berlomba-lomba dalam kebaikan bukan malah pamer pasangan seperti yang terjadi sekarang.
Sistem bernegaranya juga harus Islami agar tidak ada lagi sumber-sumber racun pemikiran. Sebuah negara dikatakan Islami apabila negara tersebut menerapkan semua aturan Allah Swt. termasuk dalam aturan per-media-an.
Negara inilah yang disebut dengan negara khilafah. Dalam khilafah, media digunakan untuk mengedukasi dan menguatkan ketakwaan individu masyarakat. Konten-konten yang merusak pemikiran Islam tak akan pernah mendapat ruang. Jadinya, orang yang mengakses media akan semakin pintar dan semakin terinspirasi untuk menjadi salih dan salihah. Ternyata sistem Islamlah yang kita butuhkan untuk memusnahkan aktivitas maksiat pacaran.
Selain itu, kita juga wajib memperjuangkannya. Karena tanpa sistem Islam, maka kemaksiatan akan terus merajalela, bukan hanya kemaksiatan pacaran saja tetapi juga berbagai macam kemaksiatan lainnya.
[ra/LM]