Jadilah Sekuat Wanita Gaza, Menjadi Ibu Para Syuhada

Oleh : Anita Rachman

(Muslimah Peduli Peradaban)

 

Lensa Media News –Ya Allah, kami sampaikan kepada-Mu, bahwa kami masih tinggal di bumi Syam, berjaga-jaga, mengharap pahala dan bersabar, maka turunkanlah kami janji dan pertolongan-Mu, Ya Jabbar, Ya Qohhar. Tolonglah kami atas kezaliman nusyairiyah dan orang-orang yang bersamanya, dan berilah kami rezeki dari salah satu kebaikan mati syahid atau kemenangan”

Sepenggal seruan di atas bukan disampaikan ulama besar, tokoh ternama, ataupun panglima perang. Melainkan oleh seorang anak Syam yang bahkan belum masuk usia remaja. Begitulah mereka, lantang menyerukan perjuangan, tak gentar berhadapan dengan tentara Israel penjajah yang usianya jauh di atas mereka, bahkan lengkap dengan atribut perang.

Jiwa pejuang anak-anak Gaza tidaklah muncul tiba-tiba, bukan pula bakat yang diwariskan begitu saja. Ada peran besar keluarga dalam menanamkan akidah hingga menghujam kuat dan kokoh dalam dada. Memahami betul dilahirkan di tanah Syam yang suci dan diberkahi. Maka, menjaganya pun menjadi sebuah kebanggaan, hingga rela menebusnya dengan harta, benda, nyawa bahkan keluarga mereka.

Dalam sebuah diskusi “Women and Children in Gaza Palestine” tahun 2016 di Jakarta, muslimah Palestina, Widyan Sha’at menyampaikan, ibu-ibu menanamkan kepada anak-anak mereka, menjaga Al Aqsa adalah suatu kehormatan dan wujud cinta kepada Allah, “Kami yakin Allah telah menjanjikan surga bagi orang-orang yang membela Al Aqsa”, ucap Widyan (Republika, 20/07/2016).

Irilah pada wanita Gaza, yang dari rahimnya lahir para mujahid tangguh. Mereka adalah orang-orang terpilih, lahir di tanah yang dijanjikan. Sementara kita, lahir di negeri aman damai, jauh dari deru tank, luncuran rudal dan dentuman bom. Hidup berkecukupan, makan kenyang, tidur nyenyak penuh kenyamanan.

Sesungguhnya kondisi kita tak jauh berbeda dengan wanita Gaza. Sama-sama dijajah. Sama-sama menghadapi musuh. Bedanya, mereka dijajah secara fisik, menghadapi musuh secara langsung. Sedangkan kita dijajah secara pemikiran, secara akidah, yang menyerang kemurnian iman. Tak ada yang lebih baik, karena dampaknya sama-sama buruk.

Ujian mereka adalah kesulitan hidup yang luar biasa, sementara kita diuji dengan kemudahan yang melenakan, bahkan sanggup menjauhkan dari ketaatan. Terjajahnya pemikiran pula yang membuat kita tidak merasa terpanggil untuk mengangkat senjata menolong mereka karena sudah berbeda negara. Padahal sesama muslim adalah saudara, di manapun berada.

Anak-anak kita tidak disiapkan untuk menjadi pejuang. Perhatikan apa yang menyibukkan hari-hari mereka? Obrolan apa yang keluar dari mulut-mulut mungil mereka? Tanyakan siapa tokoh idolanya? Mana yang lebih menarik perhatian mereka? Kepahlawanan Khalid bin Walid, Shalahudin Al Ayubi, Muhammad Al Fatih, ataukah tokoh-tokoh fiktif dalam film super heroes? Dalam kondisi seperti ini dari mana jiwa pejuang mereka akan bangkit?

Anak-anak kita tidak sedang ditodong senjata, tapi otak mereka dipenuhi euforia pergaulan bebas, game online, dan segala jenis tontonan yang terbukti manjur memalingkan mereka dari Islam. Membuatnya jarang berinteraksi dengan Al Quran. Seandainya pun ada, sekadar membaca tanpa tahu makna. Jauh dari aktivitas mengkaji kitab para ulama.

Wahai ibu, tugas kita tidak ringan, maka jadilah sekuat wanita Gaza, melahirkan para mujahid tangguh dalam keadaan apapun. Gempuran ide moderasi dan kebebasan yang terus menyerang pemikiran, tidak boleh membuat kita lemah kemudian menyerah pasrah.

Dari rahim kitalah pemimpin masa depan itu lahir. Persiapkan dirimu ibu, perluas wawasan, perdalam tsaqafah Islam. Mengutip pernyataan Kyai Hafidz Abdurrahman, Khadim Ma’had Syarafulharamain “generasi Shalahuddin tidak lahir dari ruang hampa”. Shalahuddin lahir dari proses panjang. Dimulai dari pertemuan orang tua yang ber-visi surga, sama-sama ingin melahirkan anak yang akan membebaskan Baitul Maqdis, terus berlanjut dengan kerja keras berburu ilmu dari para ulama, dan doa yang tak pernah putus.

Jadilah sekuat wanita gaza, mencetak para penolong agama Allah, tak melulu dengan senjata, tapi dengan dakwah, membangkitkan pemikiran umat, membebaskannya dari penjajahan sistem kufur sekularisme, kapitalisme, liberalisme, menuju cahaya Islam yang rahmatan lil’alamin.

Wallahu a’lam bishshawab.

 

[ah/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis