Diagnosa Dangkal, Ciptakan Solusi Sejengkal

Oleh: Rut Sri Wahyuningsih

Institut Literasi dan Peradaban

 

Lensa Media News–Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendata cakupan calon Pasangan Usia Subur (PUS) yang memperoleh pemeriksaan kesehatan masih jauh dari target. Hal ini menjadi perhatian penting karena pemeriksaan kesehatan pada calon pengantin (catin) merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mencegah terjadinya stunting baru (diagnosa.id, 24/4/2024).

 

Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Nopian Andusti mengatakan “Berdasarkan hasil evaluasi tahun 2023, capaian indikator Cakupan calon Pasangan Usia Subur (PUS) yang memperoleh pemeriksaan kesehatan sebagai bagian dari pelayanan nikah hanya sebesar 39,7% dari target 80%”.

 

Nopian menyampaikan data ini saat ada kegiatan Tim Pendamping Keluarga yang Handal, berEmpati, dan bersahaBAT (TPK Hebat) Seri I Tahun 2024. Nopian menambahkan, keberhasilan dalam pendampingan calon pengantin atau calon pasangan usia subur sangat penting dalam menurunkan angka stunting. Untuk dapat menurunkan angka stunting dilakukan dengan mencegah munculnya kasus stunting dan hal ini dimulai sejak masa pra-konsepsi atau dimulai sejak tiga bulan sebelum menikah.

 

Hal yang sama disampaikan oleh Ahli Gizi dari Rumah Sakit Akademik Universitas Gajah Mada, Ancelma Rayi Sari Pranasti, S.Gz, RD. Ancelma menekankan bahwa mata rantai stunting harus diputus dengan memperhatikan asupan gizi sejak masa remaja. Sebab remaja yang kurang gizi dan anemia nantinya ketika menjadi seorang ibu akan berisiko mengalami kurang gizi dan anemia lebih lanjut berpotensi melahirkan anak yang kurang gizi dan anemia juga. Siklus kehidupan ini menjadi lingkaran setan yang terus-menerus terjadi.

 

Stunting Bukan Hanya Lemahnya Calon Pengantin

 

Sungguh diagnosa yang dangkal jika upaya memutus rantai sunting hanya dengan memperhatikan asupan gizi calon pengantin. Sehingga solusi yang muncul hanya pendampingan dan saran beragamnya sumber makanan. Para ahli ini lupa, kemiskinan, kebodohan dan ketidakamanan lingkungan juga turut menyumbang tingginya angka stunting di negeri ini.

 

Jangankan memikirkan pernikahan bahagia atau merawat anak sejak sebelum hamil dan melahirkan, pemahaman generasi hari ini mengapa harus menikah saja masih dibayangi keraguan. Sebab riilnya, sistem hari ini, kapitalisme yang asasnya memisahkan agama dari kehidupan tidak mendukung kuatnya sebuah keluarga setelah pernikahan, apalagi memandang keluarga sebagai wadah pencetak generasi.

 

Yang menonjol adalah pilar kebebasan memproduksi apapun termasuk produk-produk ide yang intinya berbuatlah bebas tanpa harus menikah. Atau menikahlah asal jangan punya anak sebab biaya hidup tinggi. Padahal akar persoalannya karena kekayaan itu hanya berputar-putar pada segolongan orang saja, ya pemilik modal itu sendiri.

 

Islam Solusi Hilangkan Stunting Hingga Akar

 

Berbeda dengan Islam, pemenuhan kebutuhan pokok terkait sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan adalah jaminan negara. Rakyat mudah mengaksesnya baik secara langsung (layanan listrik, air dan lainnya) maupun tidak langsung seperti penyediaan lapangan pekerjaan, pembangunan sekolah, rumah sakit dan lainnya.

 

Tujuannya agar kesejahteraan bisa terwujud meskipun keadaan individu rakyat beragam, ada yang mampu ada yang tidak. Dengan support sistem negara, maka keluarga akan lebih mudah melakukan apa yang menjadi kewajibannya yaitu membesarkan anak-anak dan mendidiknya dengan kualitas terbaik.

 

Darimana negara mendapatkan dana untuk itu semua? Dari Baitulmal, dimana pos pendapatannya ditetapkan syariat yaitu berasal dari hasil pengelolaan sumber daya alam yang menjadi kepemilikan umum dan harta yang menjadi kepemilikan negara.

 

Negara tidak akan mengandalkan pemasukan dana dari utang luar negeri dan pajak. Sebab keduanya tidak stabil ketika dijadikan sebagai pendapatan negara, pajak menzalimi rakyat, utang luar negeri menghilangkan kedaulatan negara sebagai negara mandiri.

 

Semua ini hanya bisa terwujud dalam sistem Islam Kaffah dan bukan Kapitalisme, namun sayangnya, kaum Muslim masih meragukan metode ini dan mengambil demokrasi sebagai sistem politiknya. Padahal demokrasi itulah yang menyuburkan kapitalisme. Sebab demokrasi hanya melahirkan pemimpin yang tunduk kepada titah asing dan bukan periayah rakyatnya.

 

Rasulullah bersabda, “Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang dipimpin. Penguasa yang memimpin rakyat banyak akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari).

 

Itulah mengapa Stunting tak bisa diatasi, segala sumber daya alam sekaligus sumber daya manusianya telah tergadai kepada kehendak para kapitalis yang notabene asing atau kafir. Wallahualam bissawab. [LM/ry].

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Please follow and like us:

Tentang Penulis