Sistem Islam Janjikan Ketentraman
Sistem Islam Janjikan Ketentraman
Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
Lensa Media News–Kekacauan demokrasi makin tampak. Berbagai kecurangan muncul secara alamiah dan dikonsumsi publik terang-terangan. Salah satunya sengketa Pilpres 2024 yang menyisakan rasa kecewa pada sebagian besar rakyat.
Absurdnya Demokrasi, Wajar Terjadi
Hakim Konstitusi, Arif Hidayat menyatakan Pilpres 2024 merupakan kontestasi politik yang dipenuhi konflik. Dugaan adanya cawe-cawe atau intervensi penguasa sangatlah tampak. Demikian lanjutnya. Intervensi yang kuat dari penguasa secara eksekutif jelas-jelas mendukung pasangan calon tertentu (kompas.com, 22/4/2024).
Arif pun berpendapat bahwa presiden dan aparaturnya bersikap tidak netral. Dan hal ini sudah tentu menyalahi aturan konstitusi yang berlaku. Tindakan presiden tersebut seolah mencoba menyuburkan kekuasaan politik dinasti yang dikemas dalam penyakit nepotisme yang mengancam tata nilai demokrasi di masa depan.
Tindakan dan ucapan penguasa yang tidak konsisten pun menunjukkan keburukan watak tidak amanah terhadap aturan yang telah ditetapkan. Akrobatik etik terus ditontonkan di hadapan publik. Semuanya demi satu tujuan, yakni menguasai kursi kepemimpinan demi keuntungan dengan cara apapun.
Menyoal hasil sengketa Pilpres 2024 lalu, banyak pihak menyayangkan. Hasil sidang yang memenangkan pasangan calon pilihan penguasa, semakin jelas memperlihatkan sandiwara mahal di balik kontestasi. Bahkan dalam persidangan, gugatan-gugatan pasangan calon yang lain ditolak mentah-mentah tanpa ragu.
Lantas, pada siapa lagi rakyat harus berharap? Kontestasi yang dijadikan harapan hanya menyajikan angan kosong. Tidak ada kawan dan lawan yang abadi dalam demokrasi. Semua keputusan dan kebijakan yang ditetapkan dilandasi konsep kepentingan yang saling menguntungkan bagi para penguasa. Lalu, kepentingan rakyat diletakkan dimanakah?
Mau tidak mau, rakyat dipaksa mandiri demi melayani kepentingan sendiri. Pemimpin tidak lagi mengurus rakyat. Para pemimpin sibuk berebut kuasa demi keuntungan materi dan kepentingan oligarki.
Inilah sistem demokrasi. Sistem yang mengusung konsep kedaulatan ada di tangan manusia dan bisa kapan saja diubah atau bahkan dihilangkan sesuai kepentingan para penguasa. Standar benar salah pun kian bias saat standar yang digunakan makin tidak jelas.
Wajar saja, saat keadilan dan kebenaran menjadi hal yang mustahil diwujudkan. Layaklah dikatakan bahwa demokrasi bukan jalan untuk berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan. Sistem demokrasi yang absurd jelas hanya menyisakan kezaliman.
Islam Niscaya Mensejahterakan
Pemikiran Islam untuk membangkitkan pemikiran umat mutlak dibutuhkan dalam perubahan. Metode tersebut telah nyata berhasil mengubah jalan kehidupan umat dari pemikiran jahiliyah menuju masa terang benderang dalam pengaturan kehidupan masa Rasulullah saw.
Pemikiran politik Islam menjadi satu-satunya pedoman menuju perubahan. Inilah hal utama yang dilakukan Rasulullah saw. dalam aktivitas Beliau saw. dan para sahabatnya. Aktivitas yang terorganisir dalam barisan yang rapi, meniscayakan sistem Islam sebagai satu-satunya jalan amanah menuju perubahan yang terbaik.
Dalam sirah Rasulullah SAW., disebutkan bahwa Rasulullah saw. berdakwah pada setiap lapisan masyarakat. Keluarga Beliau, masyarakat sekitar lingkungan, hingga para pemimpin yang memiliki kekuasaan. Semua dibina demi satu pemikiran yang sama, yakni taat pada syariat Islam dalam sistem Islam sebagai bingkai politik yang mampu mengurusi seluruh urusan umat.
Dengan konsep demikian, ditetapkan bahwa syariat Islam adalah satu-satunya pedoman untuk menetapkan kebijakan dan pengaturan seluruh urusan rakyat. Sehingga didapat paradigma bahwa urusan rakyatlah satu-satunya prioritas utama yang wajib dilayani negara dengan amanah sebagai bentuk ketundukan pada syariah. Sehingga niscaya diperoleh kepemimpinan yang amanah untuk setiap pengurusan urusan umat.
Rasulullah SAW. bersabda,”Imam adalah ra’in (pengurus) dan ia bertanggung jawab atas urusan rakyatnya” (HR. Al Bukhari). Kekuasaan dan agama bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Saat aturan agama sirna, kekuasaan tidak mampu menjadi sumber kuasa pengurusan dunia.
Dengan pengaturan amanah berstandar syariah, rakyat niscaya terjaga sempurna. Sejahtera dengan berkah dan rahmat yang melimpah. Wallahu’alam bisshowwab. [LM/ry]