Akar Konflik Partai Politik
Oleh : Kunthi Mandasari
(Pegiat Literasi)
Lensa Media News – Konflik internal yang dialami Partai Demokrat berujung pada dualisme. Setelah beberapa kader dan mantan kader mengadakan Kongres Luar Biasa (KLB) di Deli Serdang, Sumatera Utara. Hasilnya mengantarkan Moeldoko, Kepala Staf Kepresidenan, sebagai Ketua Umum Partai Demokrat (PD) periode 2021-2025 (tempo.co, 07/03/2021).
Padahal, sebelumnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) terpilih secara aklamasi setelah mendapat dukungan 93 persen suara dari DPD maupun DPC pada Kongres V Partai Demokrat. Hasil tersebut mengantarkan AHY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat (kompas.com, 14/03/2020).
Konflik serupa juga pernah menimpa beberapa partai politik di Indonesia, seperti Partai Golkar, PPP, PKB, PAN, PKS, dan lain-lain. Tanpa adanya asas yang shahih, partai politik memang rawan diterpa konflik. Baik itu akibat faktor internal maupun faktor eksternal. Namun yang jelas, kisruh internal partai politik telah menyibukkan jajaran partainya pada permasalahan internal mereka sendiri. Sedangkan fungsi parpol untuk menasihati dan mengkritik kebijakan justru terabaikan.
Setidaknya ada empat penyebab kegagalan partai politik. Pertama, pemikiran partai tidak berdiri atas dasar fikrah (pemikiran) dengan batasan yang jelas. Akibatnya muncul kekaburan atau pembiasaan. Alhasil masyarakat tidak bisa melihat tujuan keberadaan parpol, kecuali untuk berebut kedudukan sehingga memenangkan kontestasi pemilu.
Kedua, metode parpol. Hal ini berkaitan dengan langkah strategi parpol dalam menjalankan kegiatannya. Partai yang tidak memiliki asas pemikiran yang jelas akan mempengaruhi aktivitasnya pula. Aktivitas partai hanya terlihat pada situasi tertentu saja. Seperti saat bencana untuk menyerahkan bantuan serta pada saat menjelang pemilihan dengan melakukan kunjungan atau kampanye.
Ketiga, anggota partai. Orang-orang yang dijadikan tumpuan belum memiliki kesadaran yang benar akan posisinya di parpol. Akibat dari pemikiran dan aktivitas yang belum jelas. Sehingga niat yang dimiliki juga melenceng. Apabila partai tidak sejalan yang diimpikan akan dengan mudah ditinggalkan dan berpindah pada partai lain yang memiliki nilai tawar lebih.
Mereka hanyalah orang-orang yang berbekal keinginan dan semangat untuk melakukan perubahan. Meski tak memiliki kompetensi tetap bisa direkrut sebagai anggota. Apalagi jika orang tersebut bisa mendongkrak elektabilitas partai pada saat pemilihan. Baik melalui dana, kedudukan maupun ketenaran.
Keempat, ikatan antar anggota. Ikatan yang ada hanya berupa struktur organisasi, deskripsi tugas, dan sejumlah jargon-jargon partai. Tidak adanya ikatan yang benar antar aktivis parpol juga menjadi penyebab anggota parpol mudah berpindah-pindah.
Agar bangunan partai bisa kokoh, keempat asas partai tersebut harus dipenuhi. Tidak boleh ada yang hilang satu pun. Karena keempat asas organisasi tersebut saling berkaitan. Apabila salah satu tidak terpenuhi bisa dipastikan parpol tersebut akan gagal.
Lantas sebenarnya apa fungsi partai politik? Menurut surah Ali Imran ayat 104, partai politik berfungsi untuk menegakkan amar makruf nahi mungkar. Kemungkaran akan mudah merajalela ketika syariat Islam tidak diterapkan oleh sebuah negara. Maka keberadaan sebuah parpol harus memastikan bahwa kehidupan masyarakat diatur dan diurus negara dengan syariat Allah.
Agenda lain yang harus dilakukan sebuah parpol adalah melakukan edukasi terhadap masyarakat dengan pemikiran-pemikiran Islam. Membersihkan masyarakat dari tsaqofah asing. Apabila ditemukan pelanggaran syariat, parpol harus melakukan koreksi kepada penguasa.
Landasan yang digunakan adalah ideologi Islam yang terdiri dari pemikiran dan metode Islam guna mewujudkan kebangkitan umat dengan melanjutkan kehidupan Islam. Adapun metodenya mengikuti metode dakwah Rasulullah Saw. yang meliputi pembinaan, interaksi ide ke masyarakat, dan penerimaan kekuasaan. Di mana dalam aktivitas dakwahnya tidak menggunakan kekerasan.
Sedangkan alasan bergabungnya aktivis dakwah ke dalam partai politik ialah karena kesadaran untuk melanjutkan kehidupan Islam. Di mana untuk mewujudkannya syariat Islam harus diterapkan dalam skala negara. Mereka yang bergabung dalam parpol diikat oleh akidah Islam. Inilah yang menjadikan ikatan partai kokoh tidak mudah disusupi. Serta menjadi filter alami bagi para calon anggota yang hendak bergabung.
Keberadaan parpol ideologis yang memenuhi keempat asas tersebutlah yang akan tampil menjadi pemenang. Mampu mewujudkan tujuannya, yaitu membangkitkan umat manusia dan melanjutkan kembali kehidupan Islam.
Wallahu’alam bishshawab.
[ry/LM]