Kesetaraan Gender dalam Prespektif Islam

Oleh :
Khofifah Khoirun Nisa
(Mahasiswi Perguruan Tinggi di Yogyakarta)

 

Lensa Media News – Kesetaraan gender merupakan kalimat yang sering digaungkan oleh para aktivis sosial dan kaum feminisme bahkan para politkus Indonesia. Penyebabnya adalah dikarenakan muncul rasa ketidakadilan bagi para kaum feminisme atas kesetaraan yang dinilai tidak dimiliki para perempuan, oleh sebab itu kaum feminisme ini menuntut hak dan kesetaraan atas kaum pria.

Aktivis feminisme sering mengatakan bahwa kesetaraan gender adalah hak asasi bagi manusia terutama kaum perempuan. Keinginan kesetaraan gender bermula karena kaum feminis merasa bahwa sosok perempuan sering dipinggirkan. Terlebih bahwa banyak sekali pikiran mengenai perempuan yang hanya memiliki peran sebagai ibu rumah tangga, mengurus anak, suami dan rumah.

Serta terkadang pendapat perempuan tidak selalu didengar di dalam mengambil keputusan-keputusan penting. Kaum feminis merasa bahwa perempuan tidak bisa bekerja seperti apa yang dilakukan pria. Ketika perempuan bekerja juga tidak diberikan hak yang sama seperti pria. Maka dari itu mereka ingin kesetaraan antara pria dan wanita. Diperparah lagi dengan masuknya tradisi dan kebiasaan barat ke negeri-negeri Islam telah membuat pengaruh besar terhadap pola pikir perempuan terhadap perannya.

Jika kita berkaca pada pandangan Islam tentang sosok perempuan, Islam memandang bahwa perempuan adalah sosok yang harus dimuliakan, memuliakan perempuan bukan hanya soal kesetaraan fungsi dan peran dengan pria. Islam memandang fungsi dan peran antara pria dan wanita itu berbeda namun di dalam perbedaan antara pria dan wanita itu adalah untuk saling melengkapi.

Islam tidak mewajibkan perempuan bekerja dan Islam juga tidak pernah melarang seorang perempuan untuk bekerja. Sebab bekerja adalah kewajiban suami dan ayah, namun jika perempuan menginginkan atau terpaksa harus bekerja ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perempuan. Seperti, harus memperoleh izin dari walinya, tetap berpakaian syar’i dan harus didampingi mahrom jika safar, juga meminimalisir interaksi dengan lawan jenis.

Perlu ditekankan lagi bahwa Allah memandang wanita dan pria memiliki kedudukan yang sama di mata-Nya. Tetapi yang membedakan seseorang adalah terdapat pada kualitas keimanannya kepada Allah Swt., misal jika perempuan memiliki keimanan lebih dari pria maka dia akan mendapatkan pahala atau derajat lebih besar atas apa yang dikerjakan, sebaliknya jika pria memiliki keimanan yang lebih dari perempuan dia juga akan mendapat pahala atau derajat lebih besar atas apa yang dikerjakan.

Dengan kata lain, gender tidak menentukan posisi seseorang sebab yang menentukan lebih tinggi derajatnya adalah soal keimanan yang dimiliki seseorang. Seperti firman Allah dalam TQS Al-Hujurat ayat 13:

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.”

Islam adalah agama yang sempuran, Islam bukan hanya tentang persoalan ibadah saja, namun Islam juga mengatur hubungan manusia dengan pencipta, hubungan dengan dirinya sendiri dan hubungan antar manusia. [LM/Ra]

Please follow and like us:

Tentang Penulis