Perhatikan Nasib Tenaga Kesehatan

Di tengah rencana pemerintah untuk segera memberlakukan new normal, kasus positif Covid-19 justru makin meningkat. Tenaga kesehatan pun ikut menjadi korban. Tak sedikit di antara mereka yang tertular virus corona, bahkan meninggal dunia.

Di Jawa Timur, per tanggal 16 Juni 2020, tercatat 175 tenaga medis positif terinfeksi Covid-19, sebagian besar adalah dokter dan perawat. Sebanyak 41 dokter PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) dikonfirmasi terjangkit virus corona. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebut, jumlah dokter yang meninggal selama pandemi Covid-19 secara nasional hingga 20 Juni 2020 sebanyak 38 orang.

Persentase kematian tenaga kesehatan di Indonesia diperkirakan mencapai 6,5%, jauh lebih tinggi dari rata-rata global (0,37%). Bahkan jauh lebih besar dari Amerika Serikat yang memiliki jumlah kematian kumulatif tertinggi di dunia saat ini.

Kelangkaan APD menjadi masalah vital yang menyebabkan tingginya penularan di kalangan tenaga kesehatan. Pasien yang membludak di rumah sakit rujukan juga membuat tenaga medis kelelahan hingga gampang tertular. Di saat seperti ini, masih saja ada tuduhan keji yang menganggap pandemi ini hanya rekayasa tenaga medis demi meraup keuntungan.

Sungguh, peran pemerintah sangat diperlukan untuk mendukung kinerja tenaga kesehatan. Jangan sampai kebijakan yang ditetapkan justru bertentangan dengan penanganan wabah. Jangan sampai pula mengutamakan alasan ekonomi, tapi menumbalkan nasib tenaga medis.

Pemerintah hendaknya menyediakan APD dan fasilitas kesehatan yang layak dan memperluas distribusinya. Pemerintah juga amat berperan untuk memberi edukasi yang benar kepada masyarakat agar tidak termakan hoax dan senantiasa mengikuti protokol kesehatan. Dan selama pertambahan kasus positif Covid-19 masih terus melonjak, sebaiknya ditunda dulu pemberlakuan new normal.

 

Ventin Yurista,
(Praktisi Kesehatan di Malang) 

 

[hw/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis