Rupiah Melemah, Ekonomi Makin Goyah

 Oleh: Yuke Octavianty

Forum Literasi Muslimah Bogor

 

Lensa Media News–Posisi rupiah terhadap mata uang dollar makin mengkhawatirkan. Keadaan tersebut akan semakin mengancam keadaan ekonomi dalam negeri.

 

Pengaturan ala Sistem Rusak

 

Posisi rupiah kian melemah setelah mencapai angka Rp 16.200 per dollar (kompas.com, 19/4/2024). Tentu saja keadaan ini akan berpotensi pada naiknya biaya produksi.

 

Ekonom Center of Reform on Economic (Core) Yusuf Rendy Manilet, mengungkapkan apabila penurunan nilai tukar rupiah terjadi dalam jangka waktu yang panjang, maka harga barang impor otomatis akan naik. Faktanya, sebagian besar industri dalam negeri masih tergantung pada bahan baku impor. Bahan baku yang mahal akan mempengaruhi kenaikan biaya produksi hingga akhirnya harga barang pun akan naik. Tentu saja, kondisi ini akan memperburuk kondisi ekonomi dalam negeri yang sedang terpuruk.

 

Menguatnya pelemahan rupiah menjadi dilema tersendiri dalam sistem ekonomi saat ini. Apalagi setiap solusi yang disajikan, belum mampu menjadi obat mujarab anti krisis. Berbagai faktor mempengaruhi terjadinya pelemahan rupiah. Salah satunya adalah penggunaan uang kertas yang sangat bergantung pada posisi dollar AS. Semua kebijakannya di bawah kendali negara adidaya tersebut. Akhirnya sistem ekonomi dalam negeri menjadi mandul dan tidak bertaji.

 

Tidak hanya itu, pelemahan rupiah juga didominasi pada ketergantungan negara pada negara asing sehingga setiap kebijakan yang ada diciptakan untuk mengekor negara kiblat ekonomi saat ini, yakni Amerika Serikat. Inilah konsep imperialisme yang disajikan asing untuk mencengkeram negeri-negeri kaya sumberdaya yang tidak mampu berkembang sempurna, seperti Indonesia.

 

Ketergantungan ini menjadi racun luar biasa bagi setiap aspek kehidupan suatu negeri. Karena imbasnya tidak hanya dirasakan pada sektor ekonomi, namun di setiap sektor yang dibutuhkan masyarakat dalam kehidupannya. Keadaan sulit tidak bisa dihindarkan setiap individu.

 

Betapa buruk konsep pengaturan di bawah kendali sistem ekonomi kapitalisme liberalistik. Sistem ini hanya mengutamakan perolehan keuntungan tanpa memposisikan kebutuhan rakyat sebagai layanan utama. Ekonomi global yang disajikan hanya melahirkan sistem ekonomi rusak bahkan bangkrut. Karena setiap negara berkembang diposisikan sebagai negara lemah yang menyandarkan segalanya pada negara kapitalis. Tidak hanya ketergantungan impor, namun juga menjadi candu hutang yang kian menyulitkan keadaan ekonomi.

 

Sistem Ekonomi Islam Menjaga Kemandirian

 

Sistem ekonomi Islam berbasis syariat Islam menyandarkan konsep pengaturan mata uang pada emas. Mata uang emas dalam sistem Islam posisinya lebih adil dan tahan krisis. Sejak masa Rasulullah SAW., mata uang emas dan perak telah digunakan. Berdasarkan sejarah penggunaannya, kedua mata uang tersebut merupakan mata uang tangguh dalam sistem ekonomi Islam.

 

Penetapan mata uang emas dan perak akan menstabilkan sistem ekonomi yang ditetapkan Islam. Dalam institusi khilafah, sistem ekonomi yang ditetapkan semata-mata bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi seluruh masyarakat. Sehingga melahirkan keadaan yang tenang, tanpa khawatir lonjakan harga-harga barang. Tidak hanya itu, sistem ekonomi Islam dalam naungan khilafah ini pun dikenal sebagai sistem anti inflasi dan anti krisis.

 

Kemandirian dalam negeri menjadi strategi utama demi menjaga kekuatan dan ketahanan ekonomi. Tidak menjadikan impor dan utang sebagai komponen penstabil ekonomi dalam negeri. Karena khilafah mengetahui pasti bahwa impor dan utang senantiasa akan menyajikan solusi yang sama sekali tidak menyentuh akar masalah. Justru sebaliknya, kedua komponen tersebut akan menjerumuskan ekonomi dalam negeri dalam jurang kezaliman.

 

Semua kebijakan dalam sistem Islam ditetapkan demi penjagaan rakyat. Demi kestabilan dan kemudahan bagi setiap pelayanan kepada setiap individu. Karena paradigma utama dalam sistem Islam adalah menjadikan kebutuhan rakyat sebagai satu-satunya prioritas utama yang wajib dilayani negara.

 

Sebagaimana Rasulullah SAW. bersabda, “Imam adalah ra’in (pengurus) dan ia bertanggung jawab atas urusan rakyatnya” (HR. Al Bukhari). Wallahu’alam bisshowwab. [LM/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis